Bab 47 : Masa Lalu (2)

108 8 52
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم

Oh iya. Aku ingin menargetkan vote 30 + comment 50, bisa kan ya🤭 Gampang loh itu nggak sampai ribuan 😂

Karena aku lihat yang baca sama vote jomplang banget😭

Komentar di setiap paragraf ya, biar cepat terpenuhi targetnya 💖 setelah itu aku double update.

Taqobbalallahu minna wa minkum ✨
Minal aidzin wal faidzin✨

Terimakasih.
Happy Reading.

____________

Kita sahabat. Apapun yang terjadi aku akan selalu berada di dekatmu sekalipun itu terasa menakutkan dan membahayakan bagiku, aku tetap di sampingmu. Sukamu, dukamu, sedihmu, bahagiamu, sakitmu, berbagilah denganku tanpa ragu. Karena perasaan baik dan buruk yang menimpamu secara otomatis akan mengalir tanpa henti dalam diriku.

Assalamualaikum Ya Ukhty
Epina Mardiana

🌻🌻🌻

Angin malam berembus menyapu permukaan kulit Syahla yang dilapisi kain. Dinginnya menusuk tulang sekalipun ia mengenakan pakaian tebal. Sesekali kedua tangan yang memeluk tubuh mengusap lengan berulang kali guna menyamarkan rasa dingin menerpa kulit. Bibir tidak luput dari desisan bersamaan karbon dioksida berembus dari mulut saking dinginnya cuaca. Malam ini anginnya begitu menusuk, sepertinya akan turun hujan mengingat langit perlahan berubah menjadi hitam. Meskipun begitu tidak membuatnya beranjak sedikit pun dari kursi.

Sepasang mata terpejam, helaan napas pun berulang kali terdengar berat mengingat kejadian siang tadi di rumah Lechia. Kalimat istigfar menjadikan penolong bagi hatinya yang kini mulai terasa kemelut bahkan lebih dahsyat dari sebelumnya. Kedua tangan berada di sisi tubuh kini mengepal, napasnya tersengal, udara terasa menipis hingga membuatnya sesak.

Tanpa di komando kristal bening menumpuk di kelopak mata pecah begitu saja. Peristiwa beberapa tahun silam menjadikan luka lama yang hampir mengering kini tergores kembali hingga menimbulkan luka baru di atas luka lama. Sungguh, ia mati-matian melupakan insiden itu tetapi mengapa disaat hampir berhasil melenyapkan seluruh ingatan, lelaki itu kembali hadir merusak segalanya.

“Apa dia kakaknya Lechia? Itu berarti kalau main kesana, aku bakalan sering ketemu dia. Allah ....” lirihnya membayangkan apa yang akan terjadi ketika bertemu dengan lelaki itu. Dia yang berhasil membuatnya mengerti makna cinta dan juga obsesi.

“Sebenarnya mau kamu apa sih, Kak? Aku udah hampir lupa sama kejadian itu tapi kenapa kamu kembali dan memaksaku mengingatnya lagi?”

Syahla menaikkan kedua kakinya ke atas kursi, kini posisinya membungkuk memeluk lutut. Kepala ia tenggelamkan di antara dua kaki, isak tangis pun mulai terdengar di area balkon rumah. Beruntung keadaan rumah sepi sebab Dani dan Latifa ada urusan penting sedangkan Rizfan belum pulang dari rumah teman.

Lima menit sudah isak tangisnya terdengar pilu, kini perlahan ia mengambil napas lalu mengeluarkan melalui mulut secara berulang. Tangan kanan terkepal ia gunakan menepuk dadanya pelan, sesak masih menguasai tubuh hingga membuatnya memukul dada dengan durasi lebih cepat dari biasanya.

Ia tidak terkontrol, bayangan insiden tiga tahun lalu terngiang hebat hingga memaksanya tertarik dalam masa itu. Lelaki jangkung berkalung rasio itu mulai bergerilya ria dalam benak. Umpatan, makian, perlakuan tak senonoh dari lelaki itu memenuhi otaknya. Tanpa sadar Syahla meremas kuat kepalanya tatkala bayang-bayang tangan besar lelaki itu melepas paksa kain hijab menutupi rambut lebatnya. Sesekali ia memukul tengkorak berlapis kulit itu tanpa ampun.

Assalamu'alaikum Ya UkhtiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang