Bab 4 : Pandangan tak Seharusnya

393 51 15
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"Laki-laki dikatakan shalih jika ia bisa menjaga pandangan dari yang haram. Sedangkan perempuan dikatakan shalihah jika ia bisa menjaga iffah dan izzahnya."

~ Assalamu'alaikum, Ya Ukhti ~
Epina Mardiana

🌻🌻🌻

Hari ini ada pertandingan basket antar sekolah. Semua sibuk memilih tempat untuk menonton dan menyemangati siswa yang mengikuti pertandingan. Mereka begitu semangat ketika mengetahui Daffa dan kawan kawan ikut serta pertandingan tersebut. Apalagi para siswi kini sudah berbaris rapi paling depan. Antusiasnya melebihi ibu-ibu saling tawar menawar dipasar.

Tidak diragukan lagi sekolah SMA Kemilau Bangsa pernah mengalahkan seluruh pertandingan basket dimanapun. Dan itu semua berkat Daffa, selaku kapten team basket dan juga berkat teman-temannya.

Kini tinggal menghitung menit pertandingan dimulai. Saat itu juga teriakan demi teriakan mendominasi suasana tegang.

"Daffa semangat!!"

"Ayo Daffa!! Kamu pasti bisa!!"

"Daffa!! Daffa!!"

Syahla bergidik ngeri. Mereka rela menyumbangkan suara cemprengnya demi cowok yang sedang pertanding dilapangan. Iya sih, untuk meramaikan. Tapi, apa mereka tidak merasakan sakit sekitar area leher? Serak, perih atau kering mungkin.

Kalau saja tempat duduknya dibelakang, pasti ia sedikit terhindar dari suara 'merdu' mereka. Tapi apalah daya, Syahla tidak bisa menolak ajakan Aisyah untuk menempati barisan paling depan, Zahra dan Lechia pun ikut. Katanya, dia ingin menyumbangkan suara paling merdu agar suasana pertandingan lebih terasa.

"Yuhuu!! Semangat semangat! Jangan kalah sama tetangga sebelah!!"

Tuh kan. Baru saja dibicarakan, sudah heboh sendiri. Padahal belum mulai. Aisyah.. Aisyah..

Terdengar bunyi peluit menandakan pertandingan basket dimulai. Para pemain mulai menjalankan aksinya. Saling melempar, mengoper pada sesama team hingga seterusnya berlanjut seperti itu.

Suporter cewek mulai heboh ketika Daffa mendrible bola kesana kemari. Lelaki itu sigap menghindar ketika lawan hampir mengambil alih bolanya. Berlari sebisa mungkin, menghindari lawan hingga ring tepat didepan mata, dan..

"Masuk!!" untuk kedua kalinya Daffa berhasil memasukkan bola dalam ring. Ucapan tahmid kembali terlontar dari bibirnya. Senyum manis menampilkan kedua lesung pipi menghiasi wajah Daffa sontak membuat kaum hawa kembali histeris.

"Astaga!! Daffa senyum!!"

"Itu beneran Daffa kan!? Kapten basket kita! Ya Allah, mau pingsan gue lihat dia senyum!!"

"OMG hellow!! Jangan senyum, jangan senyum please! Leleh hati dedek, bang!"

Siapapun tolong Syahla. Kedua telinganya harus rela mendengar ocehan cewek cewek seperti mereka. Jujur saja, dari awal Syahla memang sedikit tertanggu adanya teriakan mereka. Tetapi, semakin kesini raganya semakin betah menerima keadaan. Sesekali ia tersenyum geli apa yang mereka katakan.

Cukup menghibur ternyata.

Ia berusaha tidak melirik Daffa ketika beberapa siswi mengatakan jika dia tersenyum. Mulut dan hati sangatlah berbeda. Begitupula dirasakan Syahla. Mulutnya mengatakan tidak boleh dan berakibat zina mata. Tetapi soal hati, siapa yang tahu. Hanya Allah lah yang tahu apa isi hati kita.

Assalamu'alaikum Ya UkhtiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang