maung: satu

147 36 2
                                    

[KEUNTUNGAN MENJADI PACAR WIRYATEJA PERMANA
disusun dan dicatat oleh
Rosiana Eva Sundari]

Catatan itu iseng belaka. Rosi menulisnya sambil melamunkan Teja pada suatu malam di awal-awal PDKT. Isinya sesuai judul, perihal profitabilitas apa-apa saja yang bakal ia peroleh seandainya hubungan mereka langgeng sampai pernikahan.

Di antaranya ialah:

1. Tentang Teja yang sudah mapan di usia muda dan berasal dari keluarga berada-so ... yeah, financially secured, cyin;

2. Gantengnya subhanallah walhamdulillah wallailahailallah wallahuakbar-jadi enggak bakal malu-maluin buat diboyong ke kondangan mantan dan acara keluarga;

3. Nyokapnya baiiik kebangetan-insyaallah enggak akan ada drama menantu ditindas mertua ala-ala sinetron hidayah kanal ikan terbang.

Cucok meong, kan? Tinggal ijab kabul, lalu 'SAH!'. Maka, Rosi pun resmi menjadi Nyonya Teja Permana berlabel halal MUI, yang kesehariannya cukup ongkang-ongkang kaki sambil mengumpulkan belanjaan di keranjang Syopi.

Namun, sebatas itu. Sampai kini hubungan mereka telah beranjak tiga tahun, Rosi sama sekali tidak pernah membayangkan bahwa profit pacar Teja bisa lebih dari itu.

Kendati mengetahui kalau beberapa bulan lalu lelaki itu melepas pekerjaan lamanya dan memulai status baru selaku pengajar di universitas tempat Rosi menimba ilmu, dia tidak berekspektasi apa pun sebab sibuk kelimpungan mengurus internship dan tetek bengeknya.

Hingga kemudian hari ini tiba, kenyataan mengatakan bahwa tugas akhir Rosiana Eva Sundari (dan beberapa mahasiswa lainnya) berada di bawah bimbingan Wiryateja Permana. Saat itu juga, Rosi berasa seolah dia adalah pemeran utama wanita di FTV yang biasa tayang jam sepuluh pagi.

Dosen Pembimbing Ganteng Itu Ternyata Adalah Pacarku.

"Ajegile." Rosi berdecak. Kepalanya geleng-geleng. Barangkali Dewi Fortuna baru saja mengangkatnya jadi anak kesayangan gara-gara mengasihani nasibnya yang saban hari di-bully senior di kantor. "Begini, dong. Baru mantap," ucapnya, berbisik.

Ia berusaha menahan sudut-sudut bibir supaya tidak terangkat lebih tinggi. Seandainya teman-temannya sadar jika ia menyengir di saat mereka mengeluhkan fakta kalau Teja lebih sering pergi dinas dibanding berada di kampus, bisa-bisa dia dianggap gila. Jadi, Rosi menekan hasrat itu untuk saat ini, memilih undur diri.

Langkah kakinya ringan. Rosi merasa seakan-akan dia melayang ketika tungkainya terayun di sepanjang koridor. Benak yang doyan mengkhayalkan hal indah berandai-andai perihal apa-apa saja yang bakal dia dapatkan berkat titel 'pacar dosbing' yang disandang.

Proposal di-acc? No revisi-revisi kleb? Sat-set-sat-set langsung wisuda? Anjay enak banget kalau hidup semudah itu.

"Ngelamun mulu," ujar Teja, "kesambet Nyai Kukun pohon jengkol depan parkiran, lho!"

Daripada isi kalimat, suara Teja yang mirip Mbah Jambrong dan eksistensinya yang tiba-tiba muncul tanpa aba-aba justru menjadi alasan keterkejutan Rosi. Kepalanya otomatis menengok. Bola matanya nyaris meloncat dari masing-masing rongga, diameter pupil melebar. Telapak tangannya hinggap di dada sebelum memukul bahu Teja. Serta-merta membentak, "Ngapain, sih, ngagetin segala!?"

Untungnya koridor yang mereka lewati sekarang sedang sepi, jadi tidak ada mata yang menyaksikan kekurangajarannya pada Bapak Dosen Wiryateja yeteha.

"Saya enggak ngagetin, saya nyapa," elak Teja.

"Tapi bikin kaget!" Rosi masih nyolot.

Teja mencibir. "Lemah." Sejurus kemudian-"Oh ya, yang sopan kamu kalau bicara, saya dosen kamu. Seenaknya bentak-bentak sambil geplak-geplak," omelnya. Kedua alis bertaut. Ia menepis debu imajiner pada bekas tepukan Rosi di pundaknya.

Rosi hampir mengumpat. Jika diingat kembali, kali ini adalah interaksi pertama mereka di kampus. Sebagai dosen dan mahasiswa pula. Ia mengerjap. Tumitnya berputar supaya tubuh mereka berhadapan. "A," panggilnya.

Kerutan di kening Teja tak kunjung hilang. "Panggil yang bener!"

"Aa." Rosi malah aegyo. Kelopak matanya berkedip-kedip, bibirnya dimanyunkan. Suaranya dibikin sok imut. "Aa Ejaaa-" jidatnya dikeplak, dia berteriak, "aw kampret!" Dikeplak lagi.

"Bilang apa?" tanya Teja.

"Kampret!" Dikeplak lagi. "Kampret!" Sekali lagi. "Teja kampret, udah dong! Jidatku jenong nanti!" Sekali lagi, agak keras hingga Rosi terhuyung ke belakang. Ia mendelik. Giginya bergemeretak. "Kampret!"

Teja balas memicing. "Rosiana, saya tandain kamu, ya," ancamnya.

"Apa, hah? Tandain apa?" Rosi memelotot. Raut mukanya mengatakan kalau dia tidak takut sama sekali. Dia malah menceletuk, "Cupang?"

"Rosiana Sundari, minus satu."

Proposal di-acc? No revisi-revisi kleb? Sat-set-sat-set langsung wisuda? PREEETTT. Ngayal terus sampe stres!








 Ngayal terus sampe stres!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





keranjang sampah: dibuang s-ayankTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang