CHAPTER [01]
TANGGAL KEDALUWARSA"KAU TAHU SENDIRI kalau pernikahan bukanlah tujuan utamaku untuk saat ini, Chaeyoung."
"Setidaknya, temui saja orang tuaku dulu," Chaeyoung menumpuk jemari kidal yang tidak merapatkan selimut ke dada, di punggung tangan Jungkook begitu ia duduk melipat satu kaki di hadapannya setelah mengenakan kembali kaus semalam, "katakan pada mereka kalau kita benar-benar serius dengan hubungan ini. Aku juga sudah bosan terus-menerus ditanyai perkara kapan kau akan melamar," sambungnya sekalian mengadu. Ia menganyam ruas-ruas jari mereka di atas pangkuan.
Jungkook mengganjur napas pendek. "Tetap saja. Apa kau pikir ayah dan ibumu lantas akan mengizinkan putri kesayangan mereka diminta bujangan kurang mapan macam diriku ini?" balasnya, yang membuat mata nyalang Chaeyoung meredup seketika. Menggunakan satu tangan bebas, ia mengatur helai surai berantakan yang menghalangi mata si gadis ke balik telinga sembari melanjutkan dengan pelan dan perhatian, "Masalahnya bukan pada aku yang tidak ingin cepat-cepat melamarmu, Chaeyoung, tapi keadaanku yang masih luntang-lantung ini. Sebatas sutradara tanpa jam terbang yang jauh dari berkecukupan. Mengurus diri sendiri saja masih engap-engapan, bagaimana bisa bertanggung jawab terhadap istri apalagi anak? Jadi, jika ayahmu bertanya tentang apa saja yang kumiliki, apa yang harus kubanggakan supaya beliau akhirnya memercayakanmu padaku nanti? Cinta? Memangnya kita akan kenyang sebab makan cinta saja? Tidak, 'kan?"
"Tidak," guman Chaeyoung beserta tersenyum sumir, sebelum mendenguskan tawa tanpa humor seraya melemparkan atensi ke arah lain, "tentu saja tidak. Uang memang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang. Aku mengerti itu. Namun sebagai perempuan dewasa, aku juga butuh hal lain-status dan komitmen. Itu sama pentingnya dengan uang. Setiap hari, Ibu merecok tentang saudara sepupuku yang sudah bertunangan bahkan menikah, sementara lelaki yang kusebut-sebut sebagai pacar justru tidak pernah sudi bertandang ke rumah."
"Usia kita baru dua puluh lima, Chaeng. Kita masih memiliki banyak waktu."
"Usia kita memang dua puluh lima. Kau juga memiliki banyak waktu, tapi aku tidak, Jung. Tahu kenapa?" Chaeyoung mengarahkan matanya supaya bersibobrok dengan milik Jungkook. "Karena kau lelaki, sementara aku perempuan. Di usia ini, kami para perempuan dianggap telah memasuki fase tua. Ibaratnya bunga, cuma tinggal menghitung sekon sampai akhirnya layu dan membusuk. Makanya, ibuku khawatir kalau aku akan membusuk sendirian tanpa anak ataupun suami," ujarnya. "Jika boleh jujur, aku juga tidak ingin begini. Ini tidak adil. Jika lelaki bisa bertahan sangat lama, kenapa perempuan mesti punya tanggal kedaluwarsa? Itu memberikan kesan bahwa perempuan yang lewat tenggat waktu tidak lagi bagus ataupun berguna."
Jungkook bungkam. Begitupula Chaeyoung yang lantas melepaskan kaitan jemari dan memeluk diri sendiri di balik selimut yang dinaikkan sampai leher demi menutupi ketelanjangan. Keduanya berbagi pandangan, rasa, dan kegelisahan yang sama. Ini jelas bukan perkara mudah. Persoalan finansial dan dogma masyarakat.
Jungkook paham pada kegamangan Chaeyoung, tapi di saat yang sama ia juga tidak mampu berbuat apa-apa lantaran kehidupannya yang masih belum layak. Ia baru lulus kuliah dua tahun lalu dan sampai saat ini masih berusaha keras mendapat pekerjaan menjanjikan. Jangankan memikirkan mengurus istri dan anak, membanggakan sekaligus membalas jasa orang tuanya sendiri pun masih menjadi cita-cita yang sulit digapai. Jadi, jika ia sampai berlagak tidak tahu diri dengan menikahi Chaeyoung, bagaimana kehidupan mereka selanjutnya?
Pernikahan bukan sekadar tentang bersatunya ego dan cinta, tapi juga bertambahnya tanggung jawab. Jungkook jelas tidak ingin sembarangan melangkah. Ia mau yang terbaik demi kekasihnya. Penghasilan lebih dari cukup, rumah tetap, kebutuhan terpenuhi, dan lain sebagainya. Chaeyoung tidak boleh merasa kekurangan. Jungkook menikahi anak orang bukan supaya gadis tersebut ikut hidup susah bersamanya. Mana bisa seorang gadis yang diperlakukan laksana putri raja oleh orang tua justru turun kasta menjadi rakyat jelata gara-gara suaminya? Itu terdengar seperti neraka.
KAMU SEDANG MEMBACA
keranjang sampah: dibuang s-ayank
Fanficisinya sekumpulan part satu cerita lama aqoe yang ternyata lumayan lucu dan menghibur muehehehe CATATAN: HANYA 1-2 PART DAN SEMUA CERITA DISCONTINUE!!!