katanya pacar : prolog

270 46 3
                                    

"Nama saya Taehyung."

Lalu, sudah. Begitu saja. Boro-boro mencerocos panjang lebar perihal riwayat hidup; apa tujuannya datang; dari mana dia berasal; alasan kenapa pindah; kapan pindah; bagaimana kronologi pindahan; siapa nama bapaknya; apa kabar tetangganya; berapa saldo rekeningnya; atau apa lah apa kek apa tuch, dia bahkan ogah bersusah payah buat sekadar menarik sudut-sudut bibir untuk menyertakan senyum di perkenalan barusan.

Air mukanya tak beriak sama sekali. Blasss. Datar seperti logo Kumon. Bikin canggung. Beruntung, Pak Siwon berinisitif mejadi juru bicara dadakan sebelum jangkrik dan kodok dari labolatorium berebut kesempatan untuk memecah keheningan.

Sambil menepuk-nepuk pundak Taehyung yang dirangkulnya, Pak Siwon menjelaskan, "Seperti yang sudah dilihat. Anak-anak, kalian punya teman baru. Namanya Taehyung, pindahan dari Jakarta. Nah, Taehyung ini blablabla yadayadayada ...."

Jangankan kabar tetangga, asal-usul kakek-nenek moyang Taehyung sampai tujuh turunannya pun bisa dibahas tuntas oleh Bapak Siwon yang Terhormat. Entah tahu dari mana. Padahal anak-anak muridnya sebodo amat. Kalimatnya berentetan masuk ke telinga kanan, lalu dulu-duluan keluar lewat telinga kiri. Tidak ada yang tersangkut di benak. Toh, memang enggak penting-penting amat kok.

Kendati begitu, semua mata tertuju pada Taehyung. Titel selaku anak baru, figur tinggi menjulang nan atletis, tampang rupawan seperti bintang film, hingga suaranya yang rendah dan dalam, membikin dia sukses jadi pusat perhatian walaupun raut mukanya judes dan enggak ada ramah-ramahnya.

Sebagian memberi tatapan normal, sebagian lagi memandang penasaran, sementara sebagian sisanya menyorot intens dengan tambahan binar bling-bling yang menyilaukan.

Bagian terakhir itu tentu saja berasal dari mata murid-murid perempuan. Setelah selama ini sekadar mendapat penampakan muka-muka jamet pengkolan milik cowok-cowok kelas, kehadiran Taehyung yang termasuk anggota kaum good looking itu tak ubahnya obat tetes mata yang membikin penglihatan mereka jernih kembali.

"Salam kenal, Taehyung. Betah-betah ya di sini!" kata para siswi, kompakan. Suaranya diempuk-empukin ditambah bonus kedipan mata bertenaga 4.5 skala richter yang mampu menggonjang-ganjing wilayah Jawa Barat dan sekitarnya.

Murid cowok pada linglung, malah ada juga yang gumoh, melihat kelakuan cewek-cewek yang mendadak kesurupan jablay. Wonwoo menepak kening Joy yang belum berkedip sejak tadi menggunakan tempat pensil, berniat menyadarkannya, tapi dia justru digebuk balik menggunakan buku pelajaran biologi yang setebal catatan dosa sampai oleng dari kursi, sebelum kemudian cewek itu kembali bertingkah sok kecakepan.

Gelagat itu menular pada siswi lain. Lebih-lebih sewaktu biji mata Taehyung menyisir setiap inci ruangan.

Padahal, Pak Siwon menyuruh si anak baru mengambil tempat duduk, tapi perawan-perawan kecentilan itu berlagak seakan mereka lah yang bakal dipilih buat dilamar. Ada yang mesem-mesem, mengubah posisi duduk, menyelipkan rambut ke belakang kuping, membetulkan hijab dan lain sebagainya.

Jennie bahkan memaksa Jimin buat pindah ke bangku lain supaya bisa menawarkan kursi di sebelahnya. Jimin otomatis mendelik. Namun, sebelum dia sempat protes, ternyata Taehyung sudah lebih dulu menentukan pilihan.

Cowok itu melangkah ke jajaran terakhir. Tujuannya merupakan meja di samping tembok; satu-satunya tempat duduk yang tersisa, mengingat bangku lain tidak bisa digunakan gara-gara kehilangan satu kaki. Di sana, buku cetak biologi dibuat berdiri demi menutupi si empunya yang sebentar-sebentar mengintip ke arah Pak Siwon.

Taehyung menarik kursi untuk diduduki. Saat menengok ke samping, matanya otomatis bersibobrok dengan milik Rosé yang sedang mengunyah makanan hingga pipinya menggembung seperti tupai.

Cewek itu mengerjap. Ia menyedot lembaran mi yang menggantung di mulut, mengunyahnya hingga habis, lalu memperlihatkan kotak bekal berisi mi goreng dan nasi yang tinggal setengah bagian sambil berkata, "Makan, Bwang."








keranjang sampah: dibuang s-ayankTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang