chaengderella; 2

30 8 0
                                    

TAMPANG ITU dapat menipu.

Contohnya Chaeyoung. Dengan senyum lugu dan wajah tanpa dosa begitu, siapa yang dapat menyangka bahwa ternyata mulutnya belangsak tak terkira? Dengan mulut sembrono itu pula, siapa yang bakal percaya jika ada yang bilang bahwa otaknya bisa dikatakan cukup cerdas? Iya. Kau sendiri pasti kini tengah terperangah lantaran tak percaya, kan? Nama Chaeyoung disandingkan dengan kata ‘cerdas’ tanpa ada kata ‘tidak’ di tengah-tengah itu terdengar seperti lelucon. Berita bohong. Bahasa gaulnya, hoax. Namun, memang begitu lah faktanya.

Kendati kadar keserasiannya nyaris nol persen. Survei membuktikan bahwa namanya selalu berada di lima peringkat teratas pada daftar akumulasi nilai siswa satu sekolah. Dari SD sampai SMA. Wow. Untuk ukuran gadis yang diduga memiliki rangking sepuluh besar dari bawah, ia hebat juga. Malah, Chaeyoung juga berhasil mendapatkan beasiswa untuk bersekolah di sebuah SMA elit terfavorit di mana sembilanpuluh sembilan persen populasi siswanya merupakan anak konglomerat.

Kalau bukan anak pendiri perusahaan entertainment besar, anak pemilik perusahaan fesyen lokal kenamaan, ataupun anak direktur rumah sakit sohor, ya, pasti anak pejabat. Anak rakyat jelata sepertinya bisa dihitung jari. Sudah seperti drama The Heirs yang dibintangi Park Shinhye, Lee Minho, dan Kim Woobin begitu, deh. Sayangnya, walaupun sudah miskin seperti Cha Eunsang, tidak ada lelaki semacam Kim Tan maupun Choi Youngdo yang memperebutkannya.

Padahal Chaeyoung menunggu-nunggu momen tersebut. Siapa tahu dicintai lelaki tajir bisa membuatnya kecipratan kaya. Kan, lumayan. Ia tak perlu menjual kunci jawaban pada siswa-siswi berdompet tebal serta berotak kopong itu hanya demi uang jajan. Sampai tepergok dan dihukum guru malahan. Iya. Sebegitunya. Namun, bukan itu intinya. Masalah nyaris di-skors akibat bisnis ilegal itu akan dibahas suatu saat nanti yang tidak akan lama lagi; lantaran fokus pembicaraan ini justru tertuju pada kartu undangan yang tempo hari terdampar di teras Chaeyoung.

Mengingatnya? Betul, yang itu. Namun bukan. Itu bukan surat undangan pernikahan dari mantan. Karena; 1) Chaeyoung jomlo tulen; 2) artinya, Chaeyoung tak memiliki pacar apalagi mantan; 3) kalaupun ada, sang mantan pun pasti ogah mengundangnya; dan 4) isi undangan menyatakan bahwa acara yang diselenggarakan merupakan agenda reuni akbar untuk lulusan sekolahnya satu dekade terakhir. Dan kegiatan tersebut diadakan malam ini.

Lalu, apa Chaeyoung akan datang? Sebenarnya malas. Namun mengingat di meja prasmanan acara tersebut pasti terhidang banyak sekali makanan enak, mewah, dan mahal; maka ia akan hadir. Sip.

Tepat seperti sangkaan, balairung sekolah lamanya yang seukuran stadion itu disesaki lelaki-perempuan berpenampilan glamor yang pasti menyiapkan diri sampai seharian demi berada selama beberapa jam di tempat tersebut. Begitu masuk, semuanya begitu bling-bling dan menyilaukan; kontras sekali jika dibandingkan Chaeyoung yang kelewat apa adanya.

Di mata Kim Jennie, ia bahkan terlihat seperti seekor itik buruk rupa di antara kawanan angsa jelita. Menyedihkan. Kendati tak ayal, sudut bibirnya membentuk satu tarikan yang disembunyikan bersama isapan anggur merah dalam genggaman.

Dan sepertinya, ia bukanlah satu-satunya kepala yang berpikir demikian, melihat bagaimana reaksi orang lain yang tak jauh berbeda. Netra mereka menelisik presensi si gadis dari atas sampai bawah; rambut diikat rendah, kaus model crop top warna hitam, boyfriend jeans belel, dan sneakers. Dari samping, Jennie dapat mendengar suara Jisoo yang tertawa mendengus.

Kim Jisoo menelan minuman yang disesapnya, lantas menunjuk Chaeyoung menggunakan gelas corong dalam apitan jemarinya yang berisikan sparkling champagne. Ia geleng-geleng kepala. “Cinderella satu itu ternyata tak kunjung berubah juga, ya? Padahal sudah berapa tahun ini? Tujuh? Delapan?”

Jennie mengangguki. “Lihat pakaiannya,” katanya. “Orang macam apa yang datang ke acara seperti ini menggunakan jins dan kaus? Buluk pula.”

“Ya macam Park Chaeyoung,” seloroh Jisoo. Lantas, keduanya tertawa, sebelum akhirnya kikikan itu diputus paksa oleh Seokjin, kakak Jisoo, yang mendadak menginterupsi dari belakang mereka.

keranjang sampah: dibuang s-ayankTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang