DONGENG KLASIK yang apik biasanya dimulai dengan deskripsi pagi yang indah; langit cerah, matahari bersinar terang, udara segar, helai daun mapel yang terbang dibawa semilir angin, cicit riang anak burung di atas dahan, penduduk desa yang mengawali kegiatan pagi mereka sembari bercengkerama bersama tetangga sebelah, sang putri yang membuka jendela sejenak setelah terbangun dari tidur cantiknya dalam keadaan yang ... benar-benar cantik?
Seolah muka beler, kantung mata setebal catatan dosa, iler yang melilit di rahang, serta rambut kusut masai tak ubahnya surai singa yang setahun tak keramas adalah suatu kemustahilan yang bakal ada di dirinya—sebelum kemudian agenda dilanjutkan dengan bernyanyi, lalu bernyanyi lagi, dan bernyanyi terus.
Sementara cerita milenial dengan target audiens para remaja puber yang mengambil latar waktu pada zaman ini umumnya dilalui dengan kerusuhan luar biasa bersama alarm yang masih berbunyi nyaring kendati sudah dibanting, teriakan ibu di lantai bawah, datang terlambat, menabrak tokoh lainnya, dan blablablabla, lalu yadayadayadayada.
Tapi, Chaeyoung tidak.
Agenda paginya tidak berjalan seperti itu. Kendati kepribadian dan plot hidupnya bisa dibilang berantakan, nyatanya kesehariannya di pagi hari senantiasa berlalu dengan tertib dan tenang.
Mungkin sekali-dua kali seraya merutuki fakta pasal dirinya yang masih saja terbangun sebagai gadis miskin yang mesti
bekerja keras selaku pencuci piring berupah minim hanya untuk sesuap nasi dan menyewa atap buat berpulang setelah siang dijemput petang, bukannya anak konglomerat yang cuma perlu ongkang-ongkang kaki di atas sofa empuk berharga jutaan won dan menjentikan jari sebanyak sekali demi mendapatkan satu lamborghini keluaran terbaru.
Namun, ya, begitu saja. Sekadar gerutuan tak berarti. Karena setelahnya, ia langsung beranjak dari kegiatan leha-lehanya dan gegas bersiap ke tempat kerja yang berjarak satu kilometer dari rumah. Well, begitu-begitu, ia merupakan pribadi yang cukup disiplin.
Terlebih dipikirnya, apa yang bakal mengisi perutnya kalau bukan hasil dari diri sendiri? Beras, garam, dan gula tidak akan muncul di dapurnya hanya dengan sepotong kalimat 'simsalabim'. Apalagi ia juga memiliki rumah sewa yang wajib dibayar per satu bulan jika tak ingin makin turun level dari rakyat jelata jadi gelandangan. Tuh, terpikirkan sekelebatan saja sudah bikin kepala pening. Makanya, mau tak mau.
Dan, oh ya, omong-omong tentang rumah sewa, Chaeyoung jadi teringat pada penyihir jahat yang tinggal di ujung gang sana; yang sejak empat hari terakhir begitu getol menyambanginya sekadar mengirimkan teror yang bikin ia gemetaran di bawah pelototan dan kalimat tajamnya itu. Biasanya, pagi-pagi sekali, Si Penyihir yang bukan lain adalah pemilik rumah kontrakan itu sudah berkacak pinggang di depan pintu, meneriakan namanya supaya ia cepat-cepat keluar, lalu menodongnya untuk membayar tunggakan.
Tumben sekali sepagian ini Chaeyoung belum ada mendengar gedoran di pintu atau pun suara soprannya yang mirip sirine ambulans itu. Tapi, syukurlah. Artinya, pagi ini ia tak perlu
berlutut, mengepalkan tangan di bawah dagu, dan mencerocos minta keringanan lantaran masih belum memiliki uang—seperti apa yang dilakukannya kemarin.
Ugh. Kalau saja seminggu lalu pamannya yang memiliki kedai ayam dan bir tidak mengalami kecelakaan sewaktu mengantarkan pesanan, mungkin istrinya yang licik dan peritungan itu tak akan memintanya membayar biaya pengobatan dengan embel-embel balas budi karena sudah dirawat sejak kecil, hingga membuatnya terpaksa memakai uang yang sengaja sudah disisihkan demi anggaran rumah dan berakhir begini. Huh.
Namun, ya, sudahlah. Toh, bibinya itu ada benarnya juga. Mungkin dengan risiko bertemu Park Bom setiap hari ini lah, Chaeyoung bisa sedikit membalas kebaikan hati pamannya yang telah mengurusnya sejak Ayah dan Ibu tak lagi ada di dunia sedari belasan tahun lalu.

KAMU SEDANG MEMBACA
keranjang sampah: dibuang s-ayank
Fanficisinya sekumpulan part satu cerita lama aqoe yang ternyata lumayan lucu dan menghibur muehehehe CATATAN: HANYA 1-2 PART DAN SEMUA CERITA DISCONTINUE!!!