AR-05

43.7K 4.9K 237
                                    

Ayo biasakan vote diawal atau diakhir chapter ya.

200 vote dan 70 komen gas ayoo🏃

><

Kegiatan yang Aruna lakukan hari ini begitu melelahkan, berursan dengan Jian yang ternyata nangis tak henti setelah Aruna obati di UKS.

Aruna sudah mengganti pakaian, sudah makan siang dan saat ini lagi tiduran di kasur kamarnya.

Bola mata bermanik coklat muda itu terlihat menatap langit-langit kamar yang berwarna pink dan biru muda.

Aruna memakai kaus dan celana selutut.

Gabut, ponsel yang dibeli di Australia lagi dicharger karena sedari tadi sudah Aruna mainkan.

"Huh, Kaino, Jian, dua orang itu lucu banget, gemes banget." Aruna membayangkan wajah kedua cowok itu yang tampak merona.

Lucu, bagaimana jika mereka mengenakan jumpsuit berbentuk kelinci atau unicorn, itu pasti sangat lucu.

"Hehehehe." seharian ini Aruna bersama Kaino dan Jian, dia benar-benar menjauhi Liano Dkk, bahkan saat pulang dia mengabaikan Liano dan Jovan.

Aruna tak mau mendekat dengan dua setan itu, oh dan nanti Emilio juga tak akan dia dekati, seram.

Untuk Garka dan Sagas, Aruna kembali mengingat apakah dulu kedua orang itu ada melakukan hal buruk atau tidak?

Seingat Aruna, baik Sagas dan Garka dua orang yang abai, mereka tak jahat, tapi mereka menutup mata dengan keadaan Aruna.

Dan saat Aruna mati, keduanya ada di ruangan itu, menonton, tak ada tindakan membela.

Ya, Aruna harus memblack list mereka juga, Aruna harus fokus mencari cowok-cowok imut dan mengumpulkan mereka.

Muahahahahhaa.

Tok tok.

"Siapaaa?"

"Bang Rai."

"Oh, masuk aja bang."

Cklek.

Railo baru pulang dari kampus, dia menenteng sebuah paper bag yang berisi hodie.

Railo ingat, kalau sebelum Aruna sakit dia pernah meminta Railo untuk membelikannya hodie baru.

"Oh, apa itu bang?" Aruna beranjak dan berjalan mendekati Railo, Railo hanya berdiri dipintu saja dia tak mau masuk.

Senyum lembut Railo berikan, dia mengelus rambut Aruna pelan dan sangat hati-hati.

"Hodie, kan Ruru kemarin minta." Railo memberikan paper bag itu, Aruna menerimanya dengan senang hati walau sebenarnya dia merasa bersalah juga.

Aruna mendongak menatap Railo, mengulas senyum manis yang membuat Railo gemas.

"Makasih abang~" Railo mengangguk, dia mencubit pipi Aruna kemudian berlalu pergi.

Aruna ingat, kalau Railo ini orangnya begitu pendiam dan jarang berinteraksi dengan keluarga, dia hanya mengamati dalam diam.

Dan perhatian Railo pada Aruna terasa sangat tipis, dia melakukannya sangat hati-hati.

Aruna [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang