AR-14

19.7K 2.4K 127
                                    

Pagi ini rasanya Liano begitu sial, sudah tidak mendapat ucapan selamat pagi dari Lyn, dan sekarang dia harus berangkat bersama adik tiri nya itu.

"Kakak, nanti disana Liana gak bakal di gangguin kan?"

Itu pertanyaan ke 10 yang sudah gadis itu lontarkan, kuping Liano panas, bisakah dia berikan Liano pertanyaan lain!?

"Gue udah jawab berapa kali Liana, gak bakal ada yang ganggu lo kecuali kalau lo yang ganggu duluan." ketus Liano.

Liliana, gadis manis yang terlihat begitu imut dan lugu, begitu mendambakan perhatian dari banyak orang di sekitarnya.

Liana ini adalah anak dari istri kedua papi Liano, sungguh menyebalkan membayangkan jika dia dan Liana itu berbagi ayah.

Cih, menyebalkan.

"Tapi dari yang kutau, kau begitu menyayanginya Lian."

Ah itu tidak mungkin, tipe gue bukan cewek menye yang kena angin langsung mleyot.

"Lalu bagaimana tipe mu?"

Hmm, gue suka yang galak, judes dan ketus.

"Aneh, tipe mu aneh sekali."

Ck, dasar gak peka.

"Paan sih!?"

Gak, bukan apa-apa.

Ternyata Lyn itu gak peka, jadi Liano gak bisa pakai kode-kode an, harus sat set sat set jadi ya kan.

Iya kalau bisa.

"Kakak, apa disana ada yang lebih imut dari Liana?" pertanyaan dengan suara yang diimut-imutin membuat dahi Liano mengernyit.

Bukan imut, kedengarannya malah kaya suara kucing yang keinjek.

"Huek anying, jijik."

Hahahaha lo geli kan? Sama gue juga.

"Najis banget, bisa gak suruh dia ngomong biasa aja."

Iya iya, nanti gue suruh.

Demi Lyn apa sih yang enggak, semua bakal Liano lakuin.

"Suara lo biasa aja Liana, gak usah di imut-imutin."

"Ihhh Liana emang imut kakak!"

"Kau suruh dia diam atau aku cangkul kepalanya!"

Iya iya sabar atuh.

"Diem deh, berisik!"

Liana menunduk, bibirnya mengerucut sebal, kenapa sih!? Padahal Liana maunya itu Liano gemas sama dia, bukan malah dimarahin.

"Huh! Sebel sama kak Liano!"

"Dih..najis." bisik Liano lirih, beneran najis woy.

.....

Aruna benar-benar tak menyangka jika si menye mleyot itu datang lebih cepat dari yang tertera di novel, pegangan tangannya pada Kaino mengerat.

Saat ini mereka ada di kantin, dan Aruna tak sengaja melihat Liliana duduk bersama Liano, Jovan dan Emilio.

Sementara Sagas, Garka, Niki, Oliver dan Wardan di meja lainnya.

Lalu Jian dan Jemian sudah menanti Aruna dimeja lain "RUNA! SINI WOY NAK MONYET!" teriakan Jemian mengalihkan atensi banyak orang.

Termasuk Oliver dan Wardan yang langsung memicing tajam kearah Jemian, enak aja adik mereka dikatai anak monyet!

Aruna menarik tangan Kaino menuju meja Jian dan Jemian, dia bisa melihat Oliver dkk berjalan menuju meja Jemian juga.

Mereka gabung supaya bisa bareng Aruna lagi.

Sementara Liano hanya diam menikmati makan siangnya, mengabaikan Liana yang asik bercerita bersama Jovan dan Emilio.

"Kak Lio, nanti mau temenin Liana ke gramedia gak?" suara Liana kembali diimut-imutin.

Emilio yang sedari awal memang sayang pada Liana langsung mengangguk, dia mengelus rambut Liana perlahan.

Jovan sendiri kembali menyuapi Liana makan siangnya, mereka sudah cukup stress karena Aruna benar-benar menjauhi mereka.

Tapi sekarang ada Liana, mereka bisa bersama gadis itu saja.

Alur novelnya sudah melenceng sangat jauh, kini mereka terbagi 2 kubu, pecinta Liana dan pecinta Aruna.

Tapi tentunya Liano tak masuk di kedua kubu tersebut karena Liano itu pecinta Lyn, aseeeeek.

Liano memang akan melindungi Aruna dalam diam, dia hanya perlu mengawasi tingkah Liana serta tingkah Niki.

Lyn, menurut lo gimana ini kedepannya?

"Kedepannya bakal aman kalau adek mu titisan tikus got itu gak berulah."

Benarkah? Kalau dia aman dan gak banyak tingkah, berarti Aruna bakal selamat kan?

"Iya itu benar."

Yes! Berarti gue cuma perlu ngawasin Liliana aja.

"Hm, benar."

Lyn, lo udah janji sama gue, lo gak bakal ninggalin gue kalau semua udah kembali normal.

"Iya, aku ingat."

Hehe, tetap bersuara ya Lyn.

"Seandainya aku tak lagi bersuara, itu tandanya semuanya udah selesai Liano."

Maksud lo?

"Iya, itu hanya seandainya, udah ya, aku mau istirahat."

Istirahat mulu.

"Hahaha, udah ah. Bay Ano."

Hm, bay Lyn.

Liano asik dengan dunia dikepalanya, dia cukup menyaksikan kondisi disekitarnya.

Kalau Liana buat ulah, maka Liano akan langsung mengambil tindakan.

Atau bila perlu, Liano tak akan membiarkan semuanya damai, karena dia tak mau Lyn berhenti bicara padanya.

Nah, itu lebih baik.



















Bersambung.

Aruna [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang