Sider itu setan, karena ada tapi gak mau nunjukin keberadaan mereka, vote aja gak mau.
...
Zian hanya menatap Lyn yang sedari tadi sibuk membersihkan tubuh Albert, dari menyekanya dengan kain basah, lalu memakaikannya pakaian.
Lalu diakhiri dengan kecupan di dahi.
"Bang Al, aku bakal usahain dari sini biar abang dan yang lain bisa pulang, tunggu sebentar lagi ya bang." bisik Lyn tepat ditelinga Albert.
Dia akan berusaha menyelesaikan masalah di novel itu, masalahnya ada pada Liliana, Liano, Jovan dan Emilio, maka mereka harus disingkirkan.
Zian menarik lengan Lyn perlahan dan mendekatkan tubuh gadis itu.
"Makan siang dulu." ujarnya.
"Iya."
Zian menatap tubuh Albert dengan tatapan dingin.
Pergi aja, selamanya di dunia sana juga gak masalah, gak perlu balik lagi. Batin Zian.
Sudut bibirnya naik sebelah, dia mengeratkan tautannya pada tangan Lyn, hanya Zian saja yang akan menjaga dan bersama Lyn.
Albert tak perlu kembali, biarkan saja dia disana terjebal selamanya.
"Jadi bagaimana dengan novel kamu?"
"Kan udah aku bilang, berantakan bang."
"Gimana kalau kamu rombak total saja alurnya."
"Percuma aja."
Zian mengusap rambut Lyn pelan "Coba aja, mungkin satu per satu diubah seperti mematikan tokoh Sagas, Garka dan Niki, lalu menyatukan kembali Liano dengan Liliana, lalu biarkan Aruna bebas tanpa harus bersama siapapun." bisiinya lembut.
Lyn diam, dia menepuk bahu Zian agak kuat "Gak bisa gitu sih, soalnya peran Sagas, Garka dan Niki itu penting bagi Aruna, sebab hanya mereka saja yang memahami Aruna."
Decakan lirih Zian berikan, dia mengangguk pasrah saat ini, memang tak bisa dia menang kalau bicara pada Lyn.
"Terserah kamu aja." putusnya.
Lyn mengulas senyum bangga, tentu saja terserah dia, karena dia lah authornya, dia yang mengatur semuanya agar sesuai keinginannya.
"Lyn, lo denger gue? Hiks..lo kemana aja..kenapa gak bersuara lagi hiks.."
Lyn tersentak pelan, bagaimana bisa Liano berkomunikasi duluan? Biasanya harus Lyn dulu yang membuka percakapan.
"Kenapa ada suara isak tangis?"
"Gue yang hiks nangis.."
"Kenapa?"
"Gue takut lo pergi..lo hiks gak pernah bersuara selama 4 hari ini.."
"Kan udah kubilang, aku sedang bersama gebetanku."
"Terus gue apa Lyn? Hiks gue lo anggap apa hah!?"
"Kau? Kau itu hanya protagonis pria yang ditakdirkan bersama Liliana tanpa harus menyakiti Aruna."
"TAPI GUE MAUNYA ITU LO! BUKAN LILIANA!"
Nyut.
Rasa sakit akibat teriakan Liano membuat Lyn terhuyung pelan, kepalanya berdenyut amat kuat.
Kalau Zian tak menahannya, maka Lyn sudah ambruk ke lantai.
"Kenapa? Apa kepalamu sakit?"
"Ya..sedikit."
"Mau pulang saja atau jadi makan?"
"Makan dong, laper nih." Lyn memblokir jalan pikirannya agar Liano tak bisa berkomunikasi dengannya.
Mengerikan, Liano semakin mengerikan.
Sementara Zian saat itu tersenyum tipis, dia mengusap pelipis Lyn dan berbisik.
"Jangan bersama yang lain yah, kamu milik aku dan hanya kamu yang aku mau..bukan yang lain."
Kini Lyn tersadar, kalau karakter Liano dan Zian benar-benar sama, Lyn membuat Liano memang mirip dengan Zian tapi dia tak sangka akan semirip ini.
Bahkan cara bicaranya, Lyn mulai takut.
Disatu sisi, Liano mulai keterlaluan, sementara disisi lain, Zian mulai bertingkah aneh.
Seandainya aku bisa komunikasi sama Aruna, aku akan memintanya pergi jauh dari mereka semua lalu hidup sampai 3 bulan kedepan, agar Aluna bisa kembali.
Disisi lain, Aruna yang tadinya sedang makan bakso bareng Kaino, Jemian dan Jian terdiam dan meringis pelan.
Apa, kenapa tiba-tiba dia berpikir untuk pergi dari sini selama 3 bulan, dia merasa cara itu bisa membuatnya kembali ke dunia nya.
Tapi apa alasannya? Apa alasan hal itu bisa membuatnya balik ke dunia asalnya.
"Ruru, ada apa?" Aruna menggeleng menanggapi pertanyaan Kaino, dia mengibas pelan.
"Bukan apa-apa, hanya berpikiran random saja barusan."
"Random apanya?" tanya Jemian.
Aruna menimbang sebentar, haruskah dia katakan? Tapi ini kan teman-temannya, mungkin tak akan masalah.
"Gue pikir kayanya pergi liburan selama 3 bulan seru, gue jenuh dan butuh refreshing nih."
"Tapi sekolah kits cuma izinin murid libur selama 3 minggu." sahut Kaino.
"Iya sih bener."
"Tapi kalau di skors, bisa sampai berbulan-bulan, mending lo lakuin sesuatu biar di skors lama." usulnya.
"Ide bagus, nanti gue bakar ruang kepala sekolah biar di skors!"
PLAK!
"Goblok, gak gitu juga!" Aruna meringis saat Jemian memukul kepalanya agak kuat, karena tak terima Aruna membalas dengan jambakan.
Alhasil terjadilah aksi jambak-jambakan antara Aruna dan Jemian.
Jian serta Kaino hanya memberi dukungan pada Aruna, sesekali Jian akan memukul kepala Jemian dengan botol minumnya.
Untuk sesaat, Aruna melupakan masalahnya.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Aruna [End]
Teen FictionAluna, gadis bar-bar kelas 3 SMK jurusan Otomotif masuk ke dunia novel menggantikan Aruna. Aluna itu, anaknya seperti monyet yang lepas dari kandang, dia berusaha menjauhi para remaja yang nantinya akan menjadi alasan dirinya mati. Aruna nanti nya m...