AR-07

36.8K 4.2K 99
                                    

Aku tadi nonton Ivanna makannya gak update muahahahhaha.

Btw, jangan spam ya, mau spam next ataupun Spam huruf, dan biasakan vote diawal atau diakhir chapter ya.

200 vote dan 70 komen gas🏃

><

Disini lah Aruna berada, setelah dia dipanggil ke BK, kedua abangnya juga dipanggil kesana.

Dan kini Aruna sedang disidang kedua abangnya, ada Liano, Jovan, Emilio, Garka dan Sagas.

Aruna ditengah sementara mereka ber 7 duduk didepan Aruna, tadi Jian, Jemian dan Kaino ada disana, tapi mereka langsung diusir sama Garka.

Tatapan mata Oliver begitu datar, dia melipat tangan didada, dia heran, kenapa adiknya ini jadi bisa berkelahi?

"Kenapa kamu jambak Lucia? Dahinya sampai berdarah karena kepalanya kamu hantuk ke meja."

Aruna bersandar disofa, mereka ada di ruang KomDis.

Helaan napas malas Aruna berikan, dia menatap Oliver dan Wardan, dia tak menatap ke 5 lainnya yang ada disana.

Ingat kalau Aruna harus menjauh dari sumber kematiannya.

"Dia nge fitnah Jian sampai Jemian nonjok Jian, gue sebagai teman Jian gak terima dan jambak dia supaya ngaku dan minta maaf, dah gitu doang."

Ketidak percayaan tercetak diwajah Wardan dan Oliver, tapi mereka yakin Aruna jujur.

Adik mereka ini jarang berbohong.

"Yakin cuma itu?" tanya Emilio.

Dia merasa kini Aruna sangat menjaga jarak darinya, dia kan rindu pelukan hangat Aruna, dia rindu elusan Aruna.

Kini Aruna seolah membatasi diri dari mereka semua, dan malah dekat sama Kaino dan Jian.

Aruna tak menatap Emilio, dia mengangguk saja.

Dilain hal, Liano tampak menatap Aruna lekat, apakah mimpi nya tadi akan menjadi kenyataan? Itu terlalu tragis untuk gadis lembut kesayangannya.

Gue harus kasih tau Aruna.

Liano membuka mulutnya, hendak memanggil Aruna namun sebuah suara terdengar dikepalanya.

"Heh, jangan kasih tau Aruna, kan udah aku bilang tadi, kau harus mencegah semua terjadi tanpa harus Aruna ketahui."

Dahi Liano mengernyit pelan, suara siapa itu?

"Tolol, ini aku, Lyn."

Liano terdiam, oke itu urusan nanti, tapi sekarang Liano harus mencari cara agar Aruna tak bertemu dengan Niki bajingan itu.

Sementara Sagas, laki-laki itu mengepalkan tangannya kuat, dia harus bisa melindungi Aruna.

Dia tak akan kehilangan Aruna lagi, tidak untuk yang kedua kalinya.

.....

"Ruru, kamu gak dihukum kan?" Aruna tersenyum manis, setelah keluar dari ruang KomDis tadi, Aruna mendatangi Kaino, Jian dan Jemian yang ada di kantin.

"Enggak kok, aman."

Jian menggenggam jari-jari lentik Aruna, dia mendongak pelan.

"T-t-terima kasih s-s-sudah..m-menolong..J-jian.." suaranya yang gugup dan terbata menjadi candu bagi Aruna.

Gadis cantik berambut sepinggang itu mengelus pipi chubby Jian lembut.

"Gak papa, bukan masalah."

Jemian sendiri hanya diam di tempat duduk sebrang Aruna, hanya terpisah satu meja saja antara mereka.

Aruna sadar tatapan Jemian terus tertuju padanya, Aruna mengangkat matanya dan menatap Jemian tenang.

Namun tatapannya berubah menjadi lembut "Ada apa Jemi?" tanya nya dengan suara yang halus.

Jemian tersentak kaget, dia mengelus tengkuknya pelan karena gugup, dia tak pernah segugup ini sama gadis manapun.

Apalagi Jemian tak pernah tertarik pada hubungan atau kedekatan dengan perempuan.

Ini kali pertama dia punya rasa ingin dekat dengan seorang gadis, dan dia adalah Aruna.

Gadis yang memiliki kepribadian aneh, kadang lembut, kadang ganas kaya monyet pantat merah, kadang kalem kaya kucing anggora.

Jemian jadi tertarik, dia ingin tau apa saja yang bisa gadis ini lakukan kedepannya.

"Aruna, gue, um..boleh temenan sama lo?" suara Jemian begitu pelan, dengan wajah yang memerah dan bola mata bergulir gugup.

Aruna gemas, tampilan Jemian ini seperti anak nakal pada umumnya, memakai tindik dengan rambut selehernya.

Jemian mengikat sebagian rambutnya menjadi bentuk tengah, ada beberapa helai rambut jatuh diantara dahi indahnya.

Aruna akui ketampanan Jemian setara dengan Liano, namun diantara mereka yang lebih tampan adalah Sagas dan Railo.

Kalau Oliver dan Wardan, mereka masih ada sisi manis diwajah mereka.

Liano, Jovan, Emilio dan Garka biasa saja dimata Aruna, walau dia akui juga kalau Liano itu lumayan tampan.

Wajar kali ya, dia kan pemeran utama di novel ini, apalagi saat dia bersanding dengan Liliana.

Mereka cocok, tapi tetap saja Aluna benci mereka berdua.

Dari novel yang Aluna baca, Liano dan Jovan murni menyayangi Aruna sebagai seorang sahabat.

Tapi dia tak tau bagaimana kedepannya disini, mungkin perasaan itu bisa berubah atau tetap sama.

Aruna harap, perasaan Liano dan Jovan tetap perasaan seorang sahabat, karena Aruna mau ngumpulin Harem cowok imut dan manis.

Kalau ada yang nyelip, Aruna harap jangan diantara Jovan ataupun Liano.

Entahlah, Aluna sangat amat membenci mereka berdua, sebab kematian tragis Aruna ada ditangan mereka berdua.















Bersambung.

Aruna [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang