AR-19

15.1K 2.1K 107
                                    

Aruna kini berada di Cafe bersama Garka, Sagas, dan Niki.

Entah apa maksud mereka, tapi Aruna nurut aja untuk datang kesana, lumayan makan siang gratis karena Sagas yang bakal traktir.

"Jadi mau bicarain apa?" tanya Aruna seraya memakan tiramissu pesanannya.

Niki yang duduk disebelah kanan Aruna, mulai sibuk bersandar dibahu Aruna dan sesekali mendusel diceruk lehernya.

Sagas sempat menggeser kepala Niki tapi remaja itu kembali bersandar dibahu Aruna.

"Jadi, dalang dari fitnah Liliana itu dari Liano." ucapan Garka membuat suapan dimulut Aruna berhenti, dia menatap Garka heran.

"Tapi kenapa?"

"Iya, soalnya Liano mau ngehancurin jalan cerita disini."

"Tunggu, maksudnya gimana sih?"

Helaan napas kasar Garka berikan, bicara pada Aruna memang harus sabar soalnya anak ini agak lemot dan lola.

"Lupain, intinya Liano bakal terus manfaatin Liliana untuk ngehancurin semuanya, dia gak mau semua berjalan lancar."

"Apa untungnya buat Liano?"

"Entahlah, mungkin dia gabut doang."

"Gajelas ah."

Garka menggenggam tangan Aruna pelan, dia menatap Aruna dengan tatapan dalam tersirat "Aluna." panggilnya lembut.

Aruna menegang, dia menatap jelas wajah Garka yang terlihat sendu penuh kerinduan, pegangan Garka ditangannya menguat.

"Apa? Kenapa lo bisa tau?"

"Kalau gue bilang, kalau gue itu Albert, lo bakal percaya?" lirihnya.

Aruna meletakan sendok kecil ke piring tiramissu nya, lalu meneguk ludahnya kasar "Albert, gebetan gue?" tanya nya memastikan.

Tawa pelan Garka berikan, dia mengelus pipi Aruna lembut "Iya, ini gue Albert, Sagas itu Keno dan Niki itu Nino."

Aruna bergetar, dia shock dan tak percaya tentu saja.

"A-apa!?"

Sagas mendecih lirih, dia menepuk bibir Aruna pelan "Biasa aja kenapa sih." keluhnya.

"Ya gue kaget woy.."

"T-terus si Garka, Sagas dan Niki yang asli kemana?"

"Entahlah, gak tau." gumam Niki.

Aruna tak percaya tapi keberadaannya disini saja juga tak akan dipercayai orang.

"Gue kangen sama lo bertiga.." lirih Aruna.

Ya, itu sudah pasti. Dia begitu merindukan ketiga sahabat baiknya itu.

"Kemarin, gue denger suara Lyn dikepala gue, dia bilang sama gue supaya lo pergi selama 3 bulan dari kota ini, karena syarat kita bisa balik ke dunia nyata itu dengan cara menyelamatkan peran Aruna agar tidak mati." jelas Garka.

Aruna mengangguk paham "Oke, kalian ikut gue ya, nanti gue izin ke Daddy dan Mommy biar diizinin cuti selama 3 bulan."

"Iya, kami bakalan selalu bareng lo Lulu, tenang aja." sahut Sagas.

Aruna senang, karena dengan begitu dia tak merasa sendirian lagi.

....

Plak!

Liliana menangis lirih saat Liano menamparnya kuat, decihan malas Liano berikan saat melihat saudara tirinya menangis.

"Lo kalau gak berguna bagi gue, nanti gue bunuh aja lah, beban."

"M-maaf bang..hiks..b-besok Liana bakal lakuin apa yang abang minta.."

"Ya itu harus, gue mau lo hancurin Aruna sampai semua orang benci sama dia, kalau perlu sampai dia mati."

"I-iya bang.."

Liano menyeringai puas, dia menyugar rambutnya perlahan lalu berjalan mendekati cermin, menatap jelas wajahnya yang tampan paripurna.

"Lyn, lo denger tadi kan? Lo gak bakal bisa hilang dari gue karena kalau lo hilang maka Aruna, Garka, Sagas dan Niki bakal habis sama gue."

"Lakukan semau mu karena itu tak akan berpengaruh padaku."

"Kenapa lo berubah Lyn? Gue gak suka lo kaya gini."

"Karena kau jahat Liano, aku benci karakter yang jahat."

"Gue jahat demi lo, gue jahat supaya lo gak pergi dari gue, jahat gue karena lo Lyn, gue cinta sama lo."

"Gila."

"Diriku yang disana akan menjadi jawabannya Lyn, aku pastikan dia tak akan melukaimu sayangku."

Lyn segera menghentikan komunikasinya bersama Liano saat Zian masuk ke rumahnya.

"Kenapa kau kemari?" tanya Lyn tak suka.

Zian mengulas senyum miring "Diriku yang disana sudah mengatakannya bukan?" ujarnya tenang.

"Apa maksud-"

Bugh!

Lyn pingsan saat Zian memukul tengkuknya kuat, dengan sigap Zian menahan tubuh gadis itu dan menggendongnya.

"Tenang saja, diriku yang disana akan menyelesaikan semuanya, saudara dan teman saudaramu akan kembali sayang, walau dengan kematian sekalipun." bisik Zian berat.

Yah, dia mengerikan, karena obesesi nya pada Lyn tak bisa dikendalikan lagi.






Bersambung.

Aruna [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang