AR-21

17K 2K 69
                                    

PRANK!

Ponsel ditangannya hancur setelah dia melempar benda itu ke dinding, rasa gila akan kekhawatiran terus merongrong otaknya.

"Gue kira gak bakal jadi gini! Ternyata emang alasan sebenarnya itu bukan karena Niki tapi karena Railo." Sagas menggeram rendah.

Dia mendapat kabar dari Garka kalau sinyal di ponsel Aruna berada di sebuah kapal yang ada di tengah laut.

"Tapi, kalau dengan cara ini Aluna bisa balik, kan gak masalah." sahut Niko yang sudah bersiap untuk menuju ke lokasi dimana Aruna berada.

"Iya sih, cuma kan kasihan kalau gini caranya, kita bisa cari cara lain."

"Lagipula, kita bisa ikutan balik kalau kita mati juga, aku mau cepetan pulang bang, kangen susu keju buatan ibu."

"Haish, dahlah diem!"

Niki mengangguk dengan wajah polosnya. "Ah! Aku ingat sesuatu bang."

"Apa itu?"

"Kaino, Jian dan Jemian kerja sama juga sama bang Railo, dia sengaja nyuruh tiga orang itu untuk jadi teman Aruna karena kan Liano dan yang lainnya udah Aruna musuhin."

"Walah jancok!"

"Iya, mereka sengaja temenan sama Aruna karena suruhan Railo, Railo mau mereka terus kabarin Railo perihal Aruna."

Sagas menggeleng pelan, memang ya, kalau sudah takdirnya bakal dikhianati teman dan saudara, itu akan terus terjadi.

Aruna di novel asli juga begitu, dikhianati teman dan saudaranya sendiri, bahkan dikhianati sama orang yang dia suka.

Sekarang saat Aluna yang masuk, juga sama kasusnya, benar-benar nasib buruk yang tak bisa dihindari.

....

Jujur Aruna gak kaget kalau-kalau hal ini terjadi lagi, bebas dari Liano dkk, ternyata pelaku lain adalah saudaranya sendiri.

"Gini amat nasib gue." gumamnya malas.

Tubuhnya tergantung-gantung disebuah tiang yang dibawahnya langsung mengarah ke laut, dan mereka ada ditengah laut saat ini.

Di dek kapal, ada Railo, Wardan, Oliver, Jian, Jemian dan Kaino.

Mereka menatap Aruna dengan tatapan yang berbeda-beda, rata-rata mereka menatap dengan tatapan penuh rasa bersalah.

"Padahal gue temenan sama lo bertiga itu tulus, tapi nyata nya gue dikhianati juga." Jian menunduk dalam, dia bersembunyi dibelakang tubuh Jemian.

"M-maaf.." lirih Jian.

Kalau saja dia tak diancam, pasti dia tak mau. Masalahnya ancaman ini menyangkut keluarganya dari Jian tak bisa berkutik.

Kaino memilih pergi dari sana, nampaknya hidup dalam kubangan penyesalan akan terus menghantuinya.

"Bang, sekalian tenggelamkan aja udah." cetus Wardan.

Railo mengangguk "Tunggu bentar, pahlawanya udah mau dateng."

"Kenapa sih..harus kaya gini? Gue udah gak masalah soal dia anak tiri bokap, toh itu masalah lama."

Railo tampak emosi, dia menendang tubuh Oliver kuat sampai cowok itu terbentur ke pinggiran kapal.

"Mommy harus sampai bolak-balik psikiater demi anak sialan itu! Lo gatau semenderita apa Mommy selama anak haram itu ada di rumah kita!"

"Tapi gak dengan cara bunuh dia kan! Kita bisa ngusir tanpa harus bunuh!"

"Gak mau, gue maunya dia mati!"

"Ekhem, intruksi bentar."

Mereka menoleh kearah Aruna bersamaan. "Sebenarnya, Aruna yang asli udah mati, gue ini bukan Aruna." jujurnya begitu santai.

Dahi Railo mengernyit pelan "Maksud lo?"

"Iya, gue bukan Aruna, gue Aluna."

"Lo, kembaran si sialan Aruna!?"

Aruna memejamkan matanya pelan, Railo tolol juga ya. Malas meladeni ketolol an Railo, Aruna memilih diam saja.

"Tuh kan bang, dia bukan Aruna, mending lepasin aja." bujuk Oliver.

Railo mendelik, dia mengambil pistol dari balik jaketnya dam mengarahkannya ke dada Aruna.

"Kalau dia bukan Aruna, itu lebih baik karena apapun yang berhubungan dengan gadis itu, harus mati!"

DOR!

Aruna tak merasakan sakit, tapi kini dia merasa bahwa tali yang menopang tubuhnya mulai goyah.

Aruna menunduk guna menatap bawah, air lautnya begitu gelap, berarti begitu dalam airnya.

"Lo harus mati lemas Runa, mati lah dengan perlahan." ujar Railo bernada.

Aruna pasrah saja, toh setelah ini dia bakalan pulang ke dunia nya.

Tak jauh dari kapalnya, Aruna bisa melihat beberapa speedboat datang dengan cepat.

Dari yang Aruna duga, itu adalah Sagas, Garka, Niki, Jovan dan Emilio.

Sekarang Aruna sadar, bahwa menjauhi tokoh yang dirasa jahat nyata nya tak sejahat yang diduga, dan mendekati tokoh yang dirasa baik nyata nya gak sebaik itu.

"Ya Aruna, ini nasib lo sekarang."

DOR!

BYUR!

Rasanya seperti bermimpi, dan kini saatnya Aruna bangun dari mimpi panjangnya itu.




















Bersambung

Aruna [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang