22

368 78 3
                                    















{22}






















Setelah hari yang panjang itu, Jennie menyempatkan waktunya pada malam hari di sebuah Rumah besar yang memiliki desain rumah adat

Kedatangannya di sambut oleh banyak pengawal yang memiliki badan besar dan tinggi

"Apa Kakek masih sibuk beribadah?" Tanya Jennie yang menghentikan langkahnya untuk memasuki ruangan yang di jaga ketat oleh banyak pengawal

"Dia sudah selesai dari dua jam yang lalu, anda tak perlu khawatir jika merasa akan mengganggu waktunya. Beliau selalu menanti kedatangan anda" Jennie pun tersenyum tipis mendengarnya, dia membuka pintu ruangan tersebut. Aroma bunga melati menyengat hidungnya ketika memasukkan langkahnya kedalam ruangan itu

"Kakek?" Panggil Jennie lirih, lalu seorang Pria tua dengan rambut sebagiannya yang sudah memutih menoleh, memberikan senyuman terbaiknya ketika melihat kedatangan Jennie

"Waahh... Cucu kesayangan Kakek sudah datang" Jennie pun tersenyum dan berlari untuk memeluk kakeknya yang sedikit tidak berdaya karena penyakit yang di miliki kakeknya

"Kakek sudah makan?" Tanya Jennie menatap hangat kearah kakeknya

"Sudah dong! Jennie sudah makan?" Jennie pun mengangguk tersenyum dan semakin mengeratkan pelukannya pada kakeknya

"Kakek terima kasih untuk segala bantuannya, Maaf karena Jennie membuat Kakek membuang begitu banyak uang Kakek, nanti kalo Jennie udah punya penghasilan--"

"Husshh... Kakek malah seneng banget bisa bantu cucu kesayangan Kakek, lagipula Kakek juga akan di panggil tuhan sebentar lagi, Mungkin semua harta Kakek akan Kakek kasih ke kamu"

"Apa yang Kakek katakan, aku akan sendirian jika Kakek pergi, dan untuk masalah warisan seharusnya Kakek membicarakan dengan Ayah

"Hah... Dia bahkan tak pernah menjenguk Kakek, aku bahkan merasa bahwa kau adalah anak ku bukan cucu ku, terima kasih karena selalu menjenguk Kakek mu yang tak berdaya ini selama ini"

"Kau juga sudah pernah mewakili Kakek sebagai perdana menteri untuk menghadiri rapat yang penting, tapi karena kondisi Kakek yang tidak memungkinkan, Kakek jadi merepotkan mu"

"Lagipula Jennie juga jadi punya pengalaman"

"Kau ingin terjun ke dunia politik?"

"Tidak mungkin, itu terlalu mengerikan dan sebenarnya Jennie juga memanfaatkan hal itu sebelumnya dengan menjadi perwakilan untuk Kakek, Maaf...."

"Ah tentang ketua partai Hayoon?"

"Kakek kok bisa tau?"

"Hei selepas kondisi Kakek yang mengenaskan ini, Kakek masih memiliki banyak orang yang Kakek jadikan sebagai mata, telinga, tangan Kakek" Jennie pun terkekeh mendengarnya

"Sejujurnya Kakek cukup terkejut kau seberani itu mencoba mencari masalah dengan orang sepenting itu, apa karena seseorang kau bisa senekat ini?"

Seketika tatapan Jennie berubah sendu, mungkin kakeknya akan marah jika usaha yang ia lakukan untuk seseorang justru membuat seseorang itu kecewa terhadapnya

"Yeaahh... Seseorang yang membuat Jennie memiliki sisi hidup yang berbeda, keberadaannya sudah seperti Lisa di hidupku, aku sangat menyukainya hehehe, Jennie masih belum dewasa ya?"

"Tidak kok, hal ini wajar... Kakek tetap bangga memiliki cucu yang bisa di andalkan" Jennie pun tersenyum dan kembali memeluk kakeknya, tapi dalam pelukan kakeknya itu dia menangis dan kakeknya sadar akan hal itu

Not A VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang