10. KAMPUNG HALAMAN

2.3K 193 2
                                    

“Bisa jadi Tuhan sengaja mengambil orang yang kita cintai, untuk mendatangkan orang yang begitu tulus mencintai kita.”

°°°°°

"Yang sabar ya, Kar."

Lina mengelus punggung sahabatnya yang menangis di pelukannya. Terhitung sudah setengah jam Lina dan Rere berada di rumah Sekar. Keduanya kini berada di kamar gadis itu untuk sekedar menenangkan.

"Pokoknya kamu harus kuat, Bapak udah bahagia di sana," ujar Rere lembut sembari mengelus lengan Sekar.

Gadis itu mengangguk lemah. Sebenarnya ia masih belum ikhlas jika Aji meninggalkan dirinya secepat ini, tapi ia juga tidak boleh egois, karena memang Allah lebih sayang Aji daripada dirinya.

"Kar, tadi Jiro tanya sama aku tentang pernikahan kamu. Emangnya dia udah tau?" tanya Lina pelan, ia takut menyakiti hati sahabatnya yang sedang berduka.

Lagi dan lagi Sekar mengangguk. "Tadi Mas Zayyan ngomong kalo suami aku. Jangan bahas Jiro dulu ya, aku lagi nggak mood."

Lina menatap Rere yang juga sedang menatapnya balik. Mungkin memang yang terbaik adalah diam, karena pasti Sekar masih kepikiran terus tentang kepergian Aji.

"Lin, Re," panggil Sekar pelan.

"Kenapa, Kar?" jawab kedua gadis itu bersamaan.

"Lusa aku pindah ke Jakarta."

Hening...

Lina dan Rere begitu terkejut mendengar penuturan Sekar. Delapan belas tahun Sekar di besarkan di Kota Purworejo, dan tiba-tiba gadis itu mengatakan bahwa akan pindah ke Jakarta, jadi bagaimana mereka tak terkejut?

"Kar, lusa?" tanya Lina yang melepas pelukannya.

Gadis itu menatap Lina dan Rere secara bergantian, lalu mengangguk lemah. "Mas Zayyan yang ngomong tadi."

"Terus sekolah kamu gimana?" tanya Rere.

"Mas Zayyan udah ngurus semuanya. Besok aku juga udah nggak berangkat sekolah," balas gadis itu yang menatap kedua sahabatnya.

Lina mengelus bahu Sekar lembut sembari tersenyum manis. "Enggak apa-apa, kita 'kan masih bisa chat atau telpon. Asal kamu di sana nggak lupa sama kita aja itu udah cukup. Iya 'kan, Re?"

Rere mengangguk cepat. "Iya dong! Yang penting kamu jaga diri di sana. Kita tetep sahabat kok, sampai kapan pun!"

Perlahan kedua sudut bibir Sekar terangkat. Dirinya bersyukur mempunyai teman seperti Lina dan Rere, ada di sampingnya setiap kali dirinya butuh, dan selalu mendukung keputusannya tanpa membesarkan ego masing-masing.

"Peluk dulu dong!" ujar Sekar yang merentangkan kedua tangannya.

Melihat itu Lina dan Rere tersenyum lebar lalu memeluk sahabatnya erat. Mereka memang akan terpisah, namun itu hanya jarak. Pertemanan mereka akan tetap bertahan selamanya.

♪♪♪

Seorang gadis tengah duduk di bangku panjang terbuat dari kayu yang terletak di depan rumahnya. Ia menatap kosong jalanan depan rumahnya, malam ini terasa sangat berbeda.

Biasanya kursi ini di duduki oleh dua orang dan terdapat satu kopi di tengahnya. Bercanda sampai larut malam hanya untuk membicarakan hal yang itu tidak penting, dan kenangan itu tak akan bisa diulang kembali.

Sekar merasakan sebuah tangan kekar yang mengelus pundaknya pelan, ia mendongak dan mendapati suaminya yang tersenyum manis ke arahnya. Setelah menikah, Zayyan memang selalu murah senyum padanya, namun berbeda jika di luar, pria itu bisa saja menjadi seorang yang sangat dingin.

Promise Me ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang