29. SEBUAH PILIHAN

1.2K 109 19
                                    

"Assalamualaikum."

Tok.. tok.. tok..

"Waalaikumussalam!"

Reva bergegas menuruni anak tangga lalu berjalan menuju pintu utama untuk melihat siapa yang datang. Saat membuka pintu Reva sedikit terkejut melihat kedua orang tua Zayyan yang berdiri di depan rumahnya.

"Eh- Om, Tante. Tumben pagi-pagi gini ke rumah Reva, yuk masuk dulu!" kata Reva yang menyalami Laras dan Panji.

"Di sini aja, enggak apa-apa. Om cuma mau tanya, Sekar di sini 'kan? Om sama Tante khawatir soalnya," ujar Panji yang membuat Reva mengerutkan keningnya.

"Sekar?" tanya gadis itu.

"Iya, Sekar ada di sini 'kan?" tanya Laras mengulangi perkataan Panji.

Reva menggeleng cepat. "Enggak ada, Tan. Pesan Reva aja belum dibalas sama Sekar dari kemarin."

Laras menatap suaminya. Kini perasaan cemas semakin mereka rasakan, lantas jika bukan di rumah Reva, lalu di mana gadis itu berada?

"Gini aja, Om sama Tante masuk dulu. Kita bicara di dalam, nanti Reva bantu cari," ujar gadis itu dan diangguki keduanya.

Ketiganya masuk ke dalam rumah Reva. Aisyah juga keluar dari kamarnya mendengar ada tamu yang datang, dan Reva menjelaskan bahwa kedua orang tua ini adalah mertua Sekar.

"Jadi gimana Om, Tan?" tanya Reva serius.

Laras mulai menjelaskan semuanya tanpa terkecuali. Sebenernya ia tidak mau melibatkan Reva, tapi hanya Reva satu-satunya teman Sekar yang dapat membantunya untuk mencari keberadaan Sekar.

"Sekar hamil? Terus beasiswanya gimana?" Reva terkejut mendengar penuturan Laras. Baru saja kemarin sahabatnya bahagia mendengar kabar bahwa Sekar lolos dan mendapatkan beasiswa itu, dan di hari yang sama Sekar mendapat kabar jika perempuan itu tengah mengandung.

"Itu yang buat Tante juga bingung. Mungkin itu juga yang jadi penyebab Sekar pergi, pikirannya juga lagi kacau," kata Laras.

"Gini aja. Mbak Laras sama suaminya kembali ke rumah sakit, kali aja ada CCTV yang bisa buat kita tahu keberadaan Sekar sekarang. Biar Reva bantu nyari ke teman-teman Sekar," ujar Aisyah dan diangguki ketiganya.

"Ya udah Tante sama Om balik ke rumah sakit dulu ya. Maaf ngerepotin, Reva," ujar Laras yang beranjak dari tempat duduknya.

"Enggak sama sekali, Tan. Reva juga khawatir kalo Sekar kenapa-napa," balas Reva yang tersenyum manis.

♪♪♪

"Jadwal kamu dua kali dalam satu minggu ya, Cel. Untuk harinya nanti saya kasih tahu," ujar seorang perempuan bernama Sera yang tak lain dan tak bukan adalah seorang psikolog.

Celsia mengangguk kecil, ia berpamitan pada Sera untuk pulang. Tapi bukannya pulang ke rumah, justru Celsia ke rumah sakit tempat tantenya bekerja.

Satu jam perjalanan gadis itu habiskan untuk sampai di rumah sakit. Setelah memarkirkan mobilnya ia masuk ke dalam kemudian berjalan menuju ruangan tantenya. Kali ini dirinya hanya mempunyai tantenya, karena kedua orang tuanya sudah tak memperdulikannya lagi.

Tok.. tok..

"Tan, gue masuk ya," ujar Celsia namun tak mendapat jawaban dari tantenya- Hana.

"Tan?" Celsia membuka pintu ruangan Hana namun tidak ada siapa-siapa di sana. Gadis itu melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, apakah Hana belum berangkat?

Tiba-tiba saja pintu ruangan terbuka lebar menampilkan seorang dokter dengan jas putih yang masuk dengan raut wajah khawatir.

"Celsia? Kamu udah ke Sera 'kan?" tanya Hana dan diangguki gadis itu.

Promise Me ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang