20. MENGENAL LEBIH DALAM

1.6K 143 12
                                    

Tak terasa satu minggu sudah berlalu, kini semua siswa kelas dua belas SMA Ouranos sedang melakukan ujian kelulusan. Begitu pula dengan Sekar, perempuan itu sepertinya sudah mempersiapkan ujian ini dari jauh-jauh hari, terbukti terlihat tidak ada kesulitan sama sekali pada perempuan itu.

"Gimana Rev tadi?" tanya Sekar yang sudah menyelesaikan ujian hari ke-tiga.

"Ada sih satu dua yang gue nggak tahu jawabannya, tapi yang lain beres. Sama persis kaya prediksi lu," balas Reva dengan senangnya.

Setelah lulus Reva akan melanjutkan kuliah dan mengambil hukum. Gadis itu lebih meminati hukum daripada kedokteran, ya meskipun Reva masih tetap tinggal di Jakarta tapi ia tahu pasti bahwa akan sulit dirinya bertemu dengan Reva karena jadwal keduanya yang padat.

"Pulang sekolah gue ke rumah lu lagi ya. Kaya biasa lu pulang bareng gue," ujar Reva dan diangguki Sekar.

Reva akui jika kepintaran Sekar itu di atasnya. Jadi selama ujian, setiap pulang sekolah pasti ia menyempatkan waktu untuk belajar bersama Sekar. Dan itu mampu membuatnya semakin mudah untuk memahami materi yang dirinya tak tahu.

"Ekhm— Kar, boleh bicara sebentar?" celetuk seseorang yang baru saja datang.

Mendengar itu membuat Sekar dan Reva menoleh. Terlihat seorang gadis yang tidak asing di mata Sekar, hingga mengingatkannya pada kejadian beberapa hari lalu.

"Nggak boleh! Mau apa lu? Nggak puas waktu itu Celsia udah nampar Sekar? Sekarang rencana apa lagi yang mau lu sama temen lu buat?" ujar Reva sembari menatap sinis gadis yang ada di depannya.

Vira menggelengkan kepalanya kuat. "Ini sama sekali nggak ada hubungannya sama Celsia. Gue bener-bener mau ngomong berdua sama Sekar. Dan maaf untuk waktu itu."

"Sekali nggak boleh ya nggak— "

"Rev!" tegur Sekar pada sahabatnya. Ia beralih menatap Vira. "Mau ngomong apa?"

"Kita bisa ngomong di kafe samping sekolah aja— "

"Gila lu? Lu pikir gue nggak tahu akal busuk lu?" Reva memotong perkataan Vira.

Sekar menghela napas panjang melihat emosi Reva yang tidak bisa dikontrol. Sahabatnya ini memang sedikit temperamen, terbukti saat ia menceritakan semua kejadian di toilet waktu itu Reva langsung mendatangi Celsia dan balik menamparnya. Mengerikan bukan?

"Reva, mending kamu ke perpustakaan dulu. Ini catatan aku dipelajari dulu, nanti kalo urusannya udah selesai aku kabarin kamu," kata Sekar.

"Tapi, Kar— "

"Gue janji nggak akan ngapa-ngapain Sekar. Kalo sampai Sekar kenapa-kenapa lu boleh balas semuanya sama gue," ujar Vira yang meyakinkan Reva.

"Oke. Awas lu ya!"

Setelah mengatakan itu keduanya berjalan menuju kafe samping sekolah yang jaraknya tidak terlalu jauh, jadi berjalan kaki saja bisa. Sesampainya di sana mereka memilih di lantai dua yang cukup sepi dan memesan minuman untuk keduanya.

"Maaf," tutur Vira lembut.

Sekar yang sedang fokus pada minumannya kini teralihkan dengan perkataan Vira. "Untuk?"

"Yang waktu itu di toilet."

Sekar mengangguk kecil sebagai jawabannya. Ia memang masih sedikit sakit hati karena perlakuan Celsia dan teman-temannya yang memperlakukan dirinya dengan seenaknya. Namun bukankah sesama manusia harus saling memaafkan?

"Celsia itu anak broken home. Bokapnya kaya, nikah lagi sama perempuan yang juga udah punya anak seumuran sama Celsia. Mama kandungnya nggak tahu ke mana. Bokapnya selalu ngebandingin Celsia sama kakak tirinya itu, maka dari itu Celsia selalu ingin berada di paling atas agar bisa di pandang sama bokapnya. Tapi sekeras-kerasnya Celsia berusaha tetep kalah sama kakak tirinya yang selalu di manja sama bokap dan nyokapnya. Jadi satu-satunya harapan Celsia adalah beasiswa itu," papar Vira yang menceritakan semuanya pada Sekar.

Promise Me ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang