43. KHAWATIR

572 47 4
                                    

Ting.. tong...

Seorang gadis berjalan menuju pintu utama untuk melihat siapa yang berkunjung ke rumahnya sore hari. Tangannya perlahan membuka handle pintu itu dan matanya membulat saat mengetahui siapa yang berdiri di depannya saat ini.

"Kak Zay?" bibir Reva kelu, rasanya sangat sulit untuk berbicara karena melihat Zayyan yang sekarang berada di rumahnya tanpa ada Sekar di sampingnya.

"Saya mau bicara sebentar bisa?" tanya lelaki itu.

Reva mengangguk cepat. "Ayo masuk, Kak."

"Di luar saja, hanya sebentar."

Reva menurut keduanya kini duduk di kursi yang berada pada teras rumah Reva. Otak gadis itu masih terus memikirkan kenapa Zayyan datang kerumahnya? Jika masalahnya tak penting tak mungkin seoranng Zayyan mau berkujung ke rumahnya.

"Langsung ke intinya saja. Wist list ke tujuh sekar itu ingin ke pantai sama kamu, Lina dan Rere, saya yakin enggak akan bisa jika saya meminta kalian datang secara mendadak. Jadi tiga minggu lagi apa kamu bisa meluangkan waktu untuk istri saya?" tanya Zayyan to the poin.

Gadis itu terdiam sebentar. "Tiga minggu lagi?" lirih Reva yang diangguki Zayyan. "Dua minggu lagi aku mau ke Jerman, Kak. Bunda udah pesen tiket buat aku, Bunda sama Ayah."

"....kita di sana sekitar satu bulanan."

◇◇◇◇

"Kenapa muka lu? Kaku amat," ujar Reno yang baru saja memasuki ruangan kerja Zayyan.

Mendengar itu membuat Zayyan melirik ke arah Reno sebentar lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia masih memikirkan bagaimana mewujudkan wist list ke tujuh Sekar.

"Kenapa lu? Ada masalah?" Reno mendudukkan diri di kursi yang ada di depan meja kerja Zayyan.

Lelaki itu menggelengkan kepalanya pelan. "Kurang tidur aja gue."

"Dari dulu kan lu selalu kurang tidur. Jadi apa masalahnya?" tanya Reno jujur.

Dirinya sangat mengenal Zayyan. Jam tidur lelaki ini bisa dikatakan berantakan, entah itu dipakai untuk bekerja atau bukan, tapi yang Reno tahu Zayyan selalu tidur larut malam dan harus bangun pagi.

"Sialan lu!"

Reno terkekeh pelan. "Lagian muka lu kenapa gitu? Nggak seperti biasanya. Gimana kerja sama lu, masih ada problem?"

"Sejaun ini masih lancar— "

Ucapan Zayyan terhenti karena ponselnya yang berbunyi di atas meja. Ia melihat layar ponselnya yang menampilkan panggilan masuk dari Laras. Tumben sekali bundanya telpon? Namun tak menunggu lama Zayyan mengangkat panggilan itu

"Asslamualaikum, Zay."

Zayyan melirik Reno sekilas. "Waalaikummussalam. Ada apa, Bun?"

Terdengar Laras yang sedang mengatur napasnya di seberang sana. "Kamu ke rumah sakit sekarang, Sekar tadi jatuh dari tangga. Bunda kirim alamatnya."

Deg!

Jantung Zayyan seakan-akan berhenti berdetak. Kabar tidak enak ini sampai di telinganya? Lantas bagaimana kondisi Sekar dan calon anaknya yang ada di dalam perutnya.

Apa lagi ini Tuhan?

"Zayyan ke sana sekarang."

Panggilaan terputus. Lelaki itu langsung bergegas ke rumah sakit. Kini dirinya sedang tidak bisa berpikir jernih, otaknya hanya ada satu pertanyaan. Bagaimana keadaan Sekar dan calon anaknya?

Promise Me ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang