44. WISH LIST KE TUJUH

697 57 9
                                    

Semenjak kejadian Sekar jatuh dari tangga membuat perempuan itu harus bolak-balik ke rumah Sakit untuk memeriksakan kondisinya dengan Dokter Hana. Sejauh ini kondisi Sekar semakin membaik.

Seperti saat ini, Sekar dan Zayyan tengah berada di ruangan Dokter Hana. Terlihat Sekar yang sudah mulai terbuka dengan Hana, tidak seperti awal dirinya kenal dokter ini. Bahkan sesekali ia dan Hana bertelponan tidak hanya mengobrolkan tentang kandungannya, namun juga hal lain.

"Ya sudah, kita pamit dulu, Dok," kata Sekar yang mengubah posisinya menjadi berdiri.

Hana menganngguk. "Sekar, kamu harus jaga kondisi kamu sama dede bayinya loh ya. Katanya mau lahiran normal, kalo mau normal ibu sama bayinya harus sehat. Kalo ada keluhan ngomong sama saya."

Perempuan itu tersenyum lalu mengangguk. "Iya, Dok."

Setelah itu keduanya berjalan keluar dari ruangan Hana, namun saat Zayyan membuka pintu dan akan keluar keduanya dikagetkan dengan kehadiran Celsia yang akan masuk ke ruangan Hana.

"Sekar? Baru periksa kandungan?" tanya Celsia yang sedikit gugup.

"Iya. Kamu sendiri mau ketemu Dokter Hana?" tanya Sekar dan diangguki Celsia.

"Em- lu buru-buru nggak? Gue mau ngobrol sebentar," ucap Celsia hati-hati. Dirinya takut Zayyan tidak mengijinkan Sekar untuk mengobrol dengannya.

Mendengar itu membuat Sekar menatap Zayyan. "Mas Zayyan ke mobil dulu aja enggak apa-apa. Nanti Sekar susul, cuma sebentar kok."

Tidak ada jawaban dari Zayyan. Laki-laki itu masih terus menatap kedua manik mata Sekar, namun tak berselang lama lelaki itu mengangguk.

"Hati-hati, kalo butuh apa-apa langsung telpon Mas," ujar Zayyan dan diangguki Sekar.

Singkat cerita kini Sekar dan Celsia berjalan di lorong rumah sakit yang tidak terlalu ramai. Kali ini Celsia bingung dan malu tentunya untuk membuka obrolannya.

Celsia menghela napas panjang lalu membuangnya secara perlahan. "Kar, gue mau minta maaf. Gue sadar kalo perlakuan gue sama lu waktu sekolah itu salah."

Keduanya kini mendudukkan diri di bangku panjang yang terletak di lorong yang mereka lewati.

"Yang udah berlalu nggak perlu dibahas lagi, Cel. Setiap orang pasti juga pernah melakukan kesalahan. Lagipula aku udah maafin kamu," balas Sekar.

"Enggak seharusnya lu maafin gue gitu aja." Celsia mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Tadi minta maaf, terus sekarang malah ngomong kalo aku enggak seharusnya maafin kamu. Jadi yang berner mana?" ujar Sekar yang mengerutkan dahinya.

Mendengar itu membuat Celsia terkekeh kecil. "Kenapa lu semudah itu maafin orang yang udah nyakitin lu?"

Sudut bibir Sekar sedikit terangkat mendengar pertanyaan dari Celsia. "Tidak akan ada bahagia tanpa rasa sakit. Memang enggak semua bisa memaafkan kesalahan orang, tapi dengan memaafkan saja kamu sudah menang Cel. Jangan menyimpan dendam di dalam hati kamu, karena itu akan berdampak buruk juga buat kamu. Enggak ada manusia yang lahir di dunia ini tanpa merasakan rasa sakit."

"Meskipun rasa sakit itu tercipta dari seseorang yang sangat kamu sayang, apa kamu tetep akan maafin orang itu?"

Sekar menoleh ke arah Celsia yang sedang menatap taman depan dengan tatapan kosong.

"Seandainya kamu ninggalin orang yang kamu sayang itu karena udah nyakitin. Apa kamu bisa melupakannya dengan mudah?" tanya Sekar yang membuat Celsia menatapnya.

Sekar tersenyum tipis. "Memaafkan orang emang enggak mudah, tapi apa manfaatnya kamu menyimpan rasa sakit dalam hatimu berlama-lama? Bukannya mengobati, malah menyimpan luka yang tak akan kunjung sembuh itu. Kasian hati kamu, coba berdamai dengan diri sendiri, dan juga- seseorang yang kamu sayang."

Promise Me ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang