Mulai
Jum'at 15 Juli 2022
Jam : 19.35Hari ini adalah hari Senin yang paling tidak disukai oleh semua orang termasuk Saskala, walaupun dia seorang ketua osis bukan berarti dia suka dengan hari Senin, malah dia sangat membencinya, karena apa? Karena dia harus berurusan dengan para berandalan sekolah yang selalu berbuat onar dan itu membuatnya ingin sekali memakan orang hidup-hidup.
Saat ini Saskala sedang berada di depan gerbang sekolah untuk memastikan tidak ada siswa siswi yang datang dengan terlambat, dengan tampang datarnya dia mengedarkan pandangannya ke sana ke mari untuk mencari para siswa yang datang terlambat, siapa tau ada dan mencoba kabur darinya.
Setelah memastikan tidak ada yang terlambat, Saskala memutuskan untuk menutup pintu gerbang sekolah dan memberi amanat kepada sang penjaga gerbang, kalau-kalau ada siswa yang terlambat maka pintu gerbang jangan dibukakan.
Saskala melangkahkan kakinya menuju ke arah lapangan sekolah dan sesekali lelaki itu mengedarkan pandangannya ke sana ke mari. Tentunya untuk memastikan sekali lagi bahwa tidak ada yang terlewatkan oleh pandangannya itu.
"Hah ...," helaan napasnya begitu berat, mungkin karena dirinya menjadi ketua OSIS yang banyak mengurus segala hal yang membuatnya pusing tujuh keliling.
"Hari ini semoga tidak merepotkan seperti sebelum-sebelumnya," gumamnya karena sungguh Saskala paling benci hari Senin. Selain dirinya harus tegas kepada para pelanggar hukum, dirinya juga harus berhadapan dengan Naufal dan kawan-kawan yang tingkahnya membuat dirinya kesal setengah mati yang untungnya dirinya memiliki stok kesabaran yang banyak. Sehingga tidak pernah menggubris tingkah Naufal dan kawan-kawannya, walaupun terkadang ingin sekali dirinya mengumpati si tengil Naufal, sekaligus menenggelamkannya kerawa-rawa.
"Bagaimana?" tanyanya kepada sang wakil ketua OSIS yang bertugas menjaga taman belakang sekolah, karena terkadang anak-anak yang datang terlambat ke sekolah suka nekat memanjat tembok belakang sekolah jadi Saskala menyuruh Gauran untuk berjaga di sana.
"Aman," balasnya singkat yang membuat Saskala menganggukkan kepalanya sebagai responnya.
"Sekarang kita ke lapangan, sebentar lagi upacara akan dimulai," perintahnya dan pergi meninggalkan Gauran seorang diri di sana, sedangkan Gauran yang di tinggalkan begitu saja, langsung mengikuti langkah kaki Saskala yang tengah berjalan didepannya, dengan gaya cool andalannya yang membuat para siswi tergila-gila kepadanya.
Gauran jadi iri dengan banyaknya fans Saskala, tanpa dirinya sadari bahwa dirinya juga sama terkenalnya seperti Saskala.
Saskala dan Gauran, kini keduanya masuk kedalam barisan teman sekelas keduanya. Ya mereka berdua memang satu kelas, jadi tidak heran jika keduanya terlihat bersama, karena memang sama-sama anggota OSIS, tetapi jika urusan OSIS sudah selesai keduanya lantas tidak berinteraksi lagi. Jangan heran dengan tingkah keduanya yang seperti ini sebab keduanya memang tidak sedekat itu.

30 Menit sudah berlalu, kini upacara hari Senin telah usai setelah pidato kepala sekolah yang cukup panjang dan membuat seseorang mengantuk, karena sangking panjangnya, sehingga mereka merasa sedang dibacakan dongen."Sas." Panggilan seseorang membuat Saskala menoleh dan ternyata orang itu adalah anggotanya sendiri, kalau tidak salah namanya Sain.
"Ada apa?" tanya Saskala penasaran.
"Mereka sudah ditangkap," balasnya tidak jelas membuat Saskala menjadi tidak mengerti dengan apa yang Sain katakan kepadanya, bahkan Gauran sampai berpikir, apa yang dimaksud dengan kata sudah ditangkapnya itu.
"Siapa yang ditangkap?" tanya Gauran penasaran.
"Biasa Naufal dan kawan-kawannya, mereka ketahuan telat datang sama anggota OSIS yang lain." Sain menjelaskan agar Saskala mengerti dengan apa yang dirinya katakan dan Saskala hanya mengangguk paham dengan maksud perkataannya.
"Buset, kenapa mereka tidak pernah jera buat masalah sih," kesal Gauran karena terkadang dirinya juga harus mengurusi keenam orang itu yang bawaannya menguras emosi, apalagi Naufal, jika sudah cerewet yang cerewetnya melebihi seorang perempuan dan membuat telinganya berdenging mendengar suaranya. Ingin rasanya Gauran sumpel pakai sapu tangan mulut cerewetnya itu.
Saskala yang mendapatkan informasi itu hanya bisa menghela napasnya lelah, karena lagi-lagi hari tenangnya harus terganggu oleh para berandalan sekolah yang senang sekali memancing emosinya.
"Sekarang mereka dimana," tanya Saskala.
"Kayanya dikelasnya deh." Sain tampak tidak yakin dengan jawabannya itu.
"Nanti kita urus mereka, sekarang kita keruangan OSIS dulu," putus Saskala, karena untuk kali ini saja dirinya tidak akan langsung mengurus masalah yang menyebalkan ini.
Sain dan Gauran hanya mengangguk patuh dengan perintah Saskala, kini ketiganya tengah melangkahkan kaki mereka menuju keruangan OSIS, untuk mengumpulkan sebuah buku catatan. Dimana disanalah nama para pebuat onar tertulis dan ditulis dengan tinta warna merah tanda bahwa mereka telah melanggar peraturan.
Sesampainya di ruangan OSIS, Saskala melangkahkan kakinya menuju ke arah meja kerjanya dan mulai mendudukan dirinya di sana di susul oleh para anggota yang lainnya.
"Kumpulkan semua buku catatan kalian, nanti aku yang akan menentukan hukuman apa saja yang akan aku berikan kepada mereka," jelas Saskala dengan tegasnya yang perintahnya langsung dilaksanakan oleh para anggotanya.
Sain berjalan menuju ke arah Saskala berada dan menyerahkan semua buku yang dikumpulkannya kepada Saskala, dan Saskala menerima buku itu dengan baik lalu mulai membukanya. Kemudian membaca nama-nama yang ada di sana, tetapi sepertinya ini akan memakan waktu yang banyak, jadi Saskala memerintahkan para anggotanya untuk pergi ke kelas mereka masing-masing.
"Kalian pergilah ke kelas kalian masing-masing, biarkan aku yang mengurus semua catatan ini," perintahnya.
"Baik ketua," balas para anggota OSIS termasuk Sain dan juga Gauran. Setelahnya mereka semua pergi ke luar ruangan dan berjalan menuju kelas mereka masing-masing, sedangkan Saskala langsung menyibukan dirinya untuk membaca nama-nama si pelanggar peraturan di buku catatannya.
Di sisi lain Naufal dan kawan-kawan tengah duduk tenang diatap sekolah, sepertinya mereka tengah mendiskusikan sesuatu, karena raut wajah mereka yang tampak serius.
"Cara apalagi yang harus kita buat, untuk mencairkan es kutub itu sih." Kenan sangat kesal karena dirinya tidak tahu harus melakukan apa lagi untuk meluluhkan Saskala. Celio, Silan, Nenja dan Leksan tampak mengangguk setuju dengan perkataan Kenan.
"Entahlah lagi buntu nih," balas Naufal apa adanya yang membuat Kenan menatapnya dengan kesal.
"Kok gak tahu sih, kan, lo yang nyuruh kita semua buat ngeluluhin si es kutub." Kenan semakin kesal dibuatnya yang membuat Naufal sedikit bergidig ngeri melihatnya.
"Tenang atuh, jangan marah-marah terus, kaya cewe aja lo," balas Naufal yang ikutan kesal juga.
"Udahlah kita pikirin aja nanti," sahut Silan.
"Kita kekelas aja, soalnya bel udah bunyi barusan." Silan.
" Wih anak rajin mah beda yah," celetuk Celio dengan tampang polosnya yang membuat Silan tidak bisa mengumpati anak itu, terkadang Silan bertanya-tanya dalam pikirannya. Kenapa anak sepolos Celio, mau bergabung dengan mereka yang gilanya tidak ketulungan, apalagi mereka selalu membuat masalah dan hal ini entah kenapa membuatnya merasa tidak enak.

Tobi Continue
Sabtu, 01 Juni 2024
Jam : 10.40Dipublikasikan : Sabtu, 01 Mei 2024
Jam : 10.41
KAMU SEDANG MEMBACA
01. PSKODDPBS ( Naruto Lokal ) ( Completed ✅ ) (Sudah Terbit)
RandomNOVELETTE : PSKODDPBS ( Pertemanan Si Ketua Osis Dingin Dengan Para Berandal Sekolah ). Terbit dengan judul baru yaitu Ketua OSIS Dingin dan Para Berandal Sekolah. "Ini kisah siketua osis dengan para berandal sekolah yang selalu membuat ulah, sekal...