10. Girls

126 26 0
                                    

If I didn't go there, we probably wouldn't have become a "we".
It feels like time has stopped,

I can only see you.
















<<>>








Drrrt Drrrt Drrrt

Dering ponsel milik Lyana menginterupsi kegiatan keduanya yang sedang asik menikmati makanan mereka, sepulang dari sekolah setelah selesai mengikuti ekstrakurikuler. Salome mengangkat kepalanya melirik Lyana yang tergesa-gesa mengangkat telepon dari seberang, dengan alis berkerut dia tetap menikmati nasi gorengnya.

Sebelum menjawab, Lyana menyempatkan diri untuk berdehem membersihkan tenggorokan, dia membalas sebentar tatapan Salome. "Halo Pa..." Katanya dengan suara pelan.

"..."

"Aku lagi diluar Pa, makan dulu habis pulang OSIS tadi."

"..."

"Sekarang?" Lyana tiba-tiba memekik membuat Salome menatapnya dengan alis terangkat, "ta-tapi bukanya Papi sama Mami pulangnya lusa? Kenapa sekarang?"

"..."

"Iya iya, Lyan ngerti." Lyana mencebikkan bibir kesal setelah mengakhiri panggilan dari sang papa. Dengan kasar dia meminum minuman miliknya. "Ah sial." Makinya lagi entah kepada siapa.

Ternyata Salome menyadari gelagat aneh temannya itu, sehabis pembicaraannya sebelumnya, "Kenapa Lyn? Ada masalah sama bokap lo?" Tanyanya melirik Lyana.

Gadis itu menghela nafas, "tau deh Sha, papa gue nggak asik banget. Masa mau balik nggak ngabarin apa-apa sama gue."

"Mereka udah mau pulang?" Salome menanyakan kabar kedua orang tua Lyana yang beberapa minggu belakangan ini pergi keluar kota untuk urusan pekerjaan papanya.

"Udah nyampe malah." Lyana mendengus kesal seolah menunjukkan ketidak sukaannya dengan kepulangan papa dan mamanya, "ini gue disuruh buat jemput mereka di bandara, padahal kan gue masih capek."

"Capek apaan dah Lyn? Lo cuman rapat OSIS kali, duduk juga kok."

"Tapi, tetap menghabiskan tenaga Salome." Kukuhnya tidak mau kalah. "Eh, tapi lo nggak papa kan Sha gue tinggal? Soalnya gue harus langsung ke bandara dari sini." Lyana menatap dengan harap pada Salome, membuat gadis itu jadi terkekeh.

"Yaelah Lyn, kayak siapa aja sih. Gue bisa sendiri kok, tenang aja." Salome menyunggingkan senyum tipis, "kalau lo mau pergi sekarang ya udah sana gih, sebelum mereka nungguinnya lama. Nggak usah pikirin gue."

"Serius Sha? Nggak papa nih kalo gue tinggal?" Anggukan Salome memantapkan hati Lyana untuk segera bergegas, dia merapikan barang-barang miliknya lalu pergi dari sana. Selepas kepergian Lyana, Shalom melanjutkan kegiatan yang tadi menyantap makanannya.

Disaat sedang asik menikmati makanan, pesan dari Tigris sang abang membuatnya melirik ponselnya. Dia tersenyum melihat isi pesan tersebut yang menanyakan tentang kabar misi kerja sama mereka. Beberapa hari yang lalu setelah percakapan Tigris dan Nayaka yang membahas tentang kafe si sulung, keduanya sepakat untuk meminta bantuan Salome untuk bicara terlebih dahulu dengan Lyana perihal tawaran kerjasama dengan kafe yang Tigris dan teman-temannya kelola.

Dua Remaja Satu Cerita |ft. HaeselleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang