PRELUDE: The past and Hector

637 52 12
                                    

Are you stuck, or are you choosing to remain?

_Arch Hades.

<<>>

Pahit.

Mungin kata inilah yang dapat mengespresikan perasaannya sekarang, bukan karena rasa kopi yang dia teguk sekarang ini sepahit 'itu'. Bukan!

Hanya saja semua yang dia alami sekarang rasanya cukup pahit, bukan berarti perjalananya selama ini juga lumayan manis.
Bahkan lebih dari ini.

Bicara tentang kopi, dia berada dikafe ditemani segelas kopi. Sepulang dari sana dia lebih memilih kesini untuk sekedar menyendiri dan meredam sedikit egonya.

Tempat ini merupakan saksi bisu perjalanan seorang Hector, dia menghabiskan banyak waktunya disini baik seorang diri maupun bersama orang lain. Hector mengenal tempat ini dari mulai dia tau bagamana caranya menembak seorang gadis yang dia sukai, dimana waktu itu dia masih terlalu naif untuk mengerti apa itu 'berkomitmen'.

Kafe ini tidak terlalu besar, namun terletak dititik strategis pertemuan antara dua jalan yang kerap di lalui siswa maupun mahasiswa, entah untuk berangkat ataupun pulang sekolah dan juga selesai kuliah. Bangunanya didominasi oleh warna warna earthy yang terkesan hangat. Sebagian besar bagian kafe terbuat dari kayu yang dipelitur hingga halus, berwarna senada dengan meja konter dimana pengunjung kafe bisa memesan kopi mereka. Dimalam hari suasana kafe ini sangat cozy dan enak dijadikan tempat nongkrong. Dimana Hector bersama yang lainya juga sering menghabiskan waktu bersama disini. Entah itu pulang sekolah, mengerjakan tugas ataupun membolos.

Bisa dibilang waktu mereka lumayan banyak disini. Sampai-sampai bang Nicholas mahasiswa tingkat akhir—pemilik kafe sangat kenal dengan mereka saking seringnya datang.

Hector menyandarkan pungungnya, kepalanya menoleh kearah luar melihat kearah langit yang sudah mendung dimana sebentar lagi hujan mungkin akan turun. Hector tersenyum tipis, suasana seperti ini mengajaknya terlempar kemasa lalu dimana semuanya sangat menyenangkan, waktu ketika segalanya baik-baik saja.

Hector ingat waktu itu hari senin, karena Pauline sudah kelas 6 jadi dia harus mengikuti kelas tambahan dari sekolah untuk persiapan ujian akhir. Seperti biasanya hari ini dia tidak akan pulang bersama Hector, dia akan dijemput supir setelah les selesai.

Namun hari ini berbeda, entah apa yang terjadi kepada supir mereka membuatnya belum menjemput sang adik. Sehingga, membuat teman sekelas Pauline yang mengatakan bahwa dia melihat Hector sang adik, belum pulang dan sekarang dia berada dikoridor kelas seorang diri.

Dengan langkah pasti, Pauline membawa kakinya melewati koridor kelas, sesekali Pauline mengerutkan keningnya seolah memikirkan sesuatu. Sesampainya dikoridor kelas dua, mata Pauline terpaku pada sosok anak laki-laki yang sedang berjongkok menekuk kakinya sambil memeluk dirinya sendiri, wajahnya diletakkan dikedua lututnya sambil melamun diujung koridor. Tidak perlu sulit untuk tau siapa dia, karena suasana sekolah sudah sepi memudahkanya untuk mengenali anak tersebut.
Dia Hector, adiknya satu-satunya.

Pauline tersenyum teduh, kemudian berjalan menghampiri. Karena posisi Hector yang membelakangi atau pikiran Hector yang sedang berkelana terlalu jauh sampai Pauline berhenti dibelakangnya, dan menunduk sambil mencolek punggungnya, barulah Hector menyadari keberadaan sang kakak.

Hector terkejut dengan otomatis kepalanya berputar kemudian mendongak keatas hanya untuk mendapati senyuman dari sang kakak. Sampai-samapi mulut Hector terbuka sedikit hingga Pauline bertannya padanya.

Dua Remaja Satu Cerita |ft. HaeselleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang