16. Something Just Like This

143 10 0
                                    


I let my soul fall into you
I never thought I'd fall right through
I fell for every word you said
You made me feel I needed you

__





























<<>>

Suara pintu yang dibuka kasar menginterupsi kegiatan Nohan yang sedang membaca buku. Ia mengangkat wajahnya menatap pelaku yang berjalan mendekatinya. Nohan menaikkan alis melirik Hector yang berjalan kearahnya dengan terengah-engah. Seragam abu-abunya tampak lusuh dengan kancing yang terbuka sepenuhnya menampakkan kaus hitamnya sebagai dalaman. Tak lupa keringat yang membasahi dahi serta pelipis cowok itu.

Hector menghempaskan tubuhnya kasar ke sofa lusuh satu lagi yang ada di seberang meja didepan Nohan. Cowok itu menutup matanya dengan salah satu lengannya.

Tanpa mengatakan apapun Nohan mengalihkan wajahnya kembali membaca buku dengan tenang.

"Udah siap hukumannya?" Berselang beberapa saat, Nohan bertanya membuka suara dengan tatapannya masih fokus pada buku. Hector hanya mengangguk kecil sambil berdehem.

Setelah itu hening kembali melanda keduanya, sampai kemudian suara pintu kembali dibuka yang tak kalah kasar dari Hector tadi. Kali ini Nohan tidak mau repot-repot melirik kearah pintu sebab suara pelaku tersebut ia kenal.

"Kan apa gue bilang tadi Rigel, pasti anaknya bakal kesini nggak ke perpus. Tuh buktinya si palu Thor udah ngebo santai di sofa favorit gue ck. Kagak usah telpon lagi." Dari arah sana Javas serta Rigel yang menyipitkan mata berjalan kearah mereka.

"Pindah lo Thor sana. Sofa ini udah jadi hak milik gue seorang aja. Sana lo." Javas mengguncang tubuh Hector agar berpindah dari sana.

Sejenak Rigel menatap Nohan yang tak terusik dengan kedatangan mereka, lalu kemudian mendudukkan diri di sofa single diantara dua sofa tersebut.

Hector mengeram kesal dengan tingkah Javas. Dengan kesal ia menendang kecil cowok itu agar menjauh. Javas yang tidak siap dengan perlakuan Hector akhirnya mendarat dipangkuan Rigel dengan tidak elitnya.

Javas menoleh melirik Rigel yang melotot padanya. Ia kemudian menyeringai kecil menatap pemuda itu yang hampir meledak. "Bangsat sana lo." Rigel sontak mendorong Javas menjauh, "najis tau." Katanya melanjutkan ketika Javas tertawa dari tempatnya yang sudah duduk manis di samping Nohan yang sekali lagi tidak terganggu sama sekali.

"Lo ngapain disini Thor? Bukannya Lo lagi disuruh buat bersihin taman belakang ya?" Rigel mengalihkan perhatian pada Hector.

Oknum yang ditanya tidak menjawab membuat Rigel berdecak kesal.

Dari tempatnya Javas kembali terkekeh. Ia melirik kecil buku bacaan Nohan lalu beralih pada Hector, "kalau sampe si mata kucing tahu lo ada disini, pasti hukuman lo ditambah." Ujarnya menyebutkan Grey sang bendahara OSIS yang sedang bertugas mengawasi murid-murid hari ini. Mata kucing sendiri adalah panggilan yang mereka buat (minus Rigel) pada Grey yang kata Javas memiliki bentuk mata seperti kucing.

"Bukan cuman Hector. Kita semua bakal langsung di eksekusi sama tu cewek." Setelah sekian lama bungkam akhirnya Nohan berbicara seraya meletakkan bukunya ke meja kaca didepannya yang setengah bagiannya sudah pecah.

"Kita kan nggak buat onar kayak orang ini noh." Javas menunjuk Hector yang sudah membuka matanya dan menatap dirinya malas, "sok-sokan bolos cuman karena ditonjok. Di kasih hukuman malah kabur ke rooftop."

Keempatnya sedang berada di rooftop salah satu gedung kelas yang sudah lama tidak terpakai. Area tersebut sudah di cap sebagai basecamp tempat mereka untuk bolos ataupun bersantai. Disana terdapat beberapa barang yang sudah tidak layak pakai lagi atau rusak pada bagian tertentu. Contohnya seperti tiga buah sofa abu-abu lusuh dimana beberapa bagiannya sudah bolong serta meja kecil ditengah-tengah yang mereka gunakan saat ini. Tempat tersebut dijadikan sebagai tempat penampungan fasilitas sekolah yang tidak digunakan lagi.

Dua Remaja Satu Cerita |ft. HaeselleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang