Absurd Quintuplets (6)

36 13 11
                                    

Jangan lupa ngaji dan shalawat Nabi🤍
Tetap jaga iman dan imun🤍

Happy Reading!

***
Pagi ini hujan mengguyur kota Jakarta. Namun, tak menyurutkan semangat Raindra untuk pergi ke sekolah meskipun ada badai menerjang, Raindra akan tetap berangkat sekolah. Ia memang rajin, tapi nyaris dodol sebagai sosok seorang manusia. Lihatlah, sampai sekolah pun ia tak menemukan satu orang pun di sana dikarenakan masih terlalu pagi dan hujan yang terus mengguyur tanpa ampun.

Raindra menghela napas lalu duduk di kursinya dengan mata memandang jendela dengan perasaan sedih karena bajunya lumayan basah dan tak ada satu pun orang di sini. Ia hanya ditemani oleh benda yang tidak bisa berbicara. Padahal, jika diteliti Raindra tidak sendiri karena para makhluk halus juga berada di sana. Dasarnya Raindra saja yang tidak peka.

Ponsel Raindra berdering membuat lelaki itu mengeluarkan alat komunikasi tersebut dari plastik. Tertera nama 'Emak Tersayang' di sana sudah dipastikan ia akan mendapatkan omelan.

["Assalamualaikum, Raindra," salam Risa ketika panggilan video call tersebut terhubung.]

["Wa'alaikumussalam, Emak."]

["Ya Allah, Raindra. Kamu enggak tahu ini masih hujan? Kenapa nekat pergi sih? Hah!" sembur Risa langsung terhadap putra keduanya tersebut.]

["Ya maap, Mak. Gausah ngomel-ngomel dulu, ya."]

["Heh, bocah kampret. Gimana emak nggak ngomel? Kalau kamu sakit emak juga yang repot!"]

["Apa enggak bisa kamu tuh nunggu hujannya reda, Raindra?"]

["Bisa, Mak."]

["Kalau bisa kenapa malah nekat pergi? Kamu pikir kamu itu Avatar yang enggak bisa sakit? Hah!"]

Risa benar-benar kesal dengan anaknya tersebut. Ia di sini sudah ketar-ketir ketika Rayya mengatakan kalau Raindra nekat pergi diderasnya air hujan sedangkan Raindra hanya memasang wajah tanpa dosa dengan cengiran kuda.

["Kamu tuh me---,"]

["Kenapa, Mak?" tanya Raindra ketika Risa tak melanjutkan ucapannya.]

["Gausah dijawab kalau orang tua ngomong tuh!" sungut Risa membuat Raindra kicep.]

["Kamu basah kali enggak, Raindra?" tanya Risa yang sudah menetralkan rasa kesalnya, tapi Raindra hanya diam.]

["Jawab kalau ditanya bukan bengong kek patung pancoran!"]

["Astagfirullah, tadi Emak bilang gausah dijawab kalau orang tua ngomong," ujar Raindra takut-takut.]

["Kan konteks emak barusan nanya. Jadi, harus kamu jawab."]

Raindra menghela napas mendengar ucapan dari Risa. Memang, Raindra tercipta untuk selalu salah di mata ibu dan adik-adiknya.

["Raindra enggak terlalu basah kok, Mak."]

Kemudian, Raindra kembali mendengarkan semua rentetan ucapan Risa dan tak berani untuk menanggapi karena ia takut akan lebih kena sembur oleh wanita yang melahirkannya tersebut.

"Pagi-pagi kena omel secara gratis," ujar  Raindra ketika panggilan telah terputus.

***
Raiden akan menggantikan pakaian santainya dengan pakaian Pramuka pun merasa heran karena bajunya tidak ia temukan. Mulai mencari dari lemari lalu di segala tempat yang sekiranya baju Pramuka tersebut berada. Namun, tetap saja nihil membuat Raiden langsung bertanya kepada Risa yang berada di ruang tamu.

"Mak, baju Pramuka Raiden di mana?"

"Ya, di lemari kamu lah, Raiden. Yakali, di lemari Raffi Ahmad," jawab Risa tanpa menoleh ke arah anak sulungnya tersebut.

Absurd Quintuplets (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang