Jangan lupa ngaji dan shalawat Nabi 🤍
Tetap jaga iman dan imun 🤍Happy Reading!
***
Raina mengeluarkan kotak yang berisikan cokelat di dalamnya untuk diberikan kepada kakak kelasnya. Raisa menggeleng heran dengan tindakan yang akan dilakukan oleh Raina."Raina, lo seriusan mau ngasih tuh cokelat sama Bang Irsyad? Gue pastiin lo bakalan malu seumur hidup, Na," ucap Raisa membuat Raina mendengkus dengan kesal.
"Ish, apaan sih, Sa? Tadi malam gue kan lagi buat cokelat terus dia minta bawain. Ya udah gue bawain lah. Emangnya salah?" tanya Raina dengan alis yang saling bertautan.
"Salah lah, Dodol! Lo polos banget sih, Na. Kalau lo ngasih cokelat ke Bang Irsyad, pasti dia ngiranya lo ngasih harapan," kata Raisa.
"Mana mungkin sih, Sa. Cuma ngasih cokelat aja. Udah deh, gue pergi sama Rayya aja. Yok, Ya!"
Raina langsung menarik tangan Rayya sebelum gadis itu menyetujui ucapan dari Raina.
"Dih, terserah," kata Raisa sambil mengangkat bahunya tak peduli.
Raina dan Rayya sudah di depan kelas 12 IPS 1. Raina menyenggol bahu Rayya untuk memanggil kakak kelas mereka yang bernama Irsyad Maulana. Rayya memutar bola mata malas ketika Raina dengan seenak jidatnya mendorong tubuhnya.
"Lo yang mau ngasih ke Bang Irsyad malah gue yang jadi tumbal."
"Harus nurut sama kakak."
"Kakak-kakak, cuma beda beberapa menit ae," gerutu Rayya kesal.
"Penting kan beda."
Ketika keduanya masih berdebat. Lelaki bernama Irsyad Maulana itu malah keluar kelas. Mungkin, ia merasa jika sedang dibicarakan. Irsyad terkejut, tapi ia langsung melukiskan senyuman.
"Halo, Bang Irsyad. Gimana keadaan keluarga?" tanya Rayya karena suasana hening, mendengar pertanyaan tersebut membuat Raina menyenggol bahu Rayya lalu melotot ke arahnya.
"Cuma basa-basi, Na," bisik Rayya.
"Ya, tapi basa-basi lo udah busuk," sahut Raina sambil berbisik.
"Ekhem ...."
Deheman dari Irsyad membuat bisik-bisikan keduanya berakhir. Raina serta Rayya menyengir kuda melihat ke arah Irsyad.
"Katanya, Bang Irsyad minta cokelat, ya, ke Raina?" tanya Rayya ceplas-ceplos membuat Raina mencubit pinggang Rayya.
"Ssssh, sakit, Na. Sembarangan banget sih nyubit gue," omel Rayya menatap kesal Raina.
"Tuh, mulut direm dulu napa, Ya," decak Raina kesal.
"Itu cokelat buat abang?" tanya Irsyad membuat Rayya mengurungkan niatnya untuk menyahut ucapan Raina.
"I-iyya, Bang. Nah, cokelat rasa cinta. Eh, bukan rasa yang pernah ada. Eh bukan juga, rasa apaan dah. Itulah pokoknya," ucap Raina sambil menyengir membuat Irsyad tertawa.
Irsyad mengambil kotak berisi cokelat tersebut. "Makasih, ya, Raina. Pasti cokelatnya manis kayak kamu," kata Irsyad dengan senyuman.
"Manisan Rayya daripada Raina, Bang," sambar Rayya membuat Raina yang akan salting pun tak jadi.
"Udah, ye, Bang. Gue balik dulu. Bye!"
Sebelum, Rayya semakin menjadi. Raina langsung menarik tangan Rayya pergi dari sana sedangkan Irsyad yang melihat itu menggeleng sambil tertawa.
"Ck, malu-maluin gue aja, Ya!"
"Kan kenyataan kalau gue lebih manis dari lo."
"Noh, ngomong sama tembok!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Absurd Quintuplets (END)
MizahMengisahkan kelima saudara kembar yang memiliki sifat yang absurd yang membuat suasana ramai. Raka dan Risa merupakan orang tua kandung dari kelimanya, yang menyayangi anak-anaknya tanpa pilih kasih membuat Five R tidak merasakan pilih kasih. Bagaim...