Job

216 20 24
                                    

•GIRL IN MY DREAM•

Malam hari begitu tenang, Nami di hantui rasa bimbang. Waktunya tidak lama lagi, tetapi ia masih bingung harus memilih yang mana.

Salah satu ia harus ia relakan, tetapi begitu berat baginya. Apa yang harus ia lakukan? Jika saja yang sedang mengalami hal seperti ini bukanlah Nami, mungkin mereka telah menggantung dirinya di pohon. Karena beban yang begitu berat sedang ia rasakan.

Datangnya orang itu sedikit mengobati rasa sakit hatinya. Namun, disaat bersamaan juga, datangnya menambah beban rasa sakit di hatinya.

👒🍊

Nami terbangun saat merasakan tenggorokannya yang kering. Dia tersenyum bahagia karena sebuah lengan masih setia memeluknya.

Tentu, orang itu adalah orang yang kembali mengisi hatinya yang kosong. Orang yang membuat api untuk menghangatkan hatinya.

Ia berusaha melepaskan pelukan itu. Namun, semakin ia berusaha melepaskannya, semakin erat pelukan itu. "Luffy...." Nami masih berusaha untuk melepaskannya.

Orang yang ia panggil masih belum bangun dari mimpinya. "Luffy!" Sedikit mengeraskan suaranya mungkin akan membuatnya terbangun.

"..."

Tapi yang ia rasakan malah pelukan yang semakin erat. Hingga ia susah untuk bernafas. "LEPASKAN AKU SIALAN!"

Lalu sebuah bogem mentah mendarat di kepala Luffy, dan membuatnya terpental dari ranjang.

"N-Nami, kau terlalu sadis memperlakukan kekasihmu" Rintih Luffy.

"Kau lebih sadis lagi, aku hampir saja mati di pelukanmu"

"Bukankah itu bagus?"

Puk~

Sebuah bantal terlempar kearahnya, "Bagus dengkulmu!" Protes Nami.

"Kau sedang datang bulan ya?"

"Tidak"

"Hm.... Apa karena semalam aku terlalu agresif?"

Wajah Nami memerah padam mengingatnya, "JANGAN INGATKAN AKU LAGI!" Teriak Nami dengan wajah garangnya.

"Shishishisi, maaf-maaf aku hanya bercanda" Lalu Luffy bergerak naik ke atas kasur lagi.

"Aku mau ambil minum dulu" Baru mau melangkah tapi lengan Nami ditarik untuk kembali.

Cup~

Pelukan erat dan ciuman hangat ini begitu terasa, Nami tidak menolak, dan Luffy sendiri tidak ada niat untuk berhenti.

Suasana yang begitu panas, mengingatkan mereka tentang apa yang terjadi semalam.

Jika kalian mengira pasangan ini habis melakukan, ekhem, anu-anu itu semalam. 100 untuk kalian, tetapi tidak sampai kelewatan, tidak sampai menghilangkan keperawanan Nami. Meskipun keduanya saling mencintai, namun hal hal yang lebih dari itu dirasa masih terlalu cepat untuk bocah baru puber kaya Luffy.

Jadi, jika kalian bertanya pada dukun terdekat rumah kalian, "Apakah Nami masih tersegel?" Jawabannya pasti. "Ya, masih bersegel".

Semakin lama ciuman itu, semakin banyak pula kehangatan yang di dapatkan. Namun, nafas sudah mereka butuhkan atau keduanya akan pingasn di sini.

"Huh... Huh... Huh..." Keduanya saling tatap dan tersenyum, entah apa artinya itu.

Luffy bergerak menyerang Nami lagi, menjatuhkan tubuhnya di atas kasur dan menindihnya. Lalu ia menenggelamkan kepalanya di leher jenjang Nami, aroma jeruk yang begitu menyegarkan, sedikit menjilatinya da berhasil membuat Nami mendesah.

Girl In My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang