Bagi Pringgabaya Putra, jatuh cinta adalah hal paling rumit dan membutuhkan banyak waktu. Namun, anggapannya salah ketika ia dipertemukan dengan sosok Fay, seorang kakak tingkat yang datang tanpa diundang membawa serta sepucuk surat cinta untuknya.
...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Perasaan ini, biarlah mengalir seperti air. ***
Lelaki itu melangkah ringan melewati koridor rumah sakit yang cukup ramai. Ruang melati nomor 4 adalah tujuannya saat ini. Setelah beberapa hari disibukan dengan ujian semester dan pertandingan futsal, akhirnya Putra memiliki waktu untuk menjenguk teman sekelasnya. Ya, Jikara kini bukan lagi orang yang ia sebut sebagai gebetan melainkan hanya seorang teman.
Di depan ruangan, Putra bertemu dengan Zian, adik Jikara yang masih mengenakan seragam putih abunya. Mereka sempat berbincang sebelum Zian pamit untuk membeli makanan ke kantin dan menitipkan kakaknya.
Mendorong pintu ruangan, didapatinya Jikara sedang bermain ponsel, mengabaikan televisi di hadapannya yang menyala, menampilkan tayangan FTV.
Decitan pintu membuat Jikara mendongak. Sebuah senyuman mengembang di bibirnya mengetahui siapa yang datang. Gadis itu melambaikan tangan disertai senyuman riangnya. "Putra!"
"Hai, Ra!" Putra membalas sapaannya tak kalah senang. Ia melangkah mendekat. "Gimana kabarnya?"
"Kirain udah lupa sama gue," sindir Jikara mengerucutkan bibir. "Udah lebih baik."
"Sukur, deh. Lega dengernya." Lelaki itu melepaskan tas dan menyimpannya di bawah, menyandarkan ke nakas. Putra kemudian mendudukan diri di kursi plastik dekat brankar. "Sorry, ya. Gue nggak bawa bingkisan. Kata Zian, makanan lo dibatasin."
"Iya nggak apa-apa. Udah dijengukin aja gue seneng banget."
Putra tersenyum tipis, memperhatikan Jikara yang membenarkan rambutnya. Gadis itu masih secantik biasanya walau dalam keadaan sakit sekalipun. Namun, entah kenapa perasaannya tak seperti dulu. Tidak ada getaran dalam dadanya.
Kagum itu memang masih ada, tapi tidak ada lagi keinginan untuk memiliki. Mungkinkah karena dirinya sudah berhasil move on?
"Besok udah mulai libur, ya?"
Putra kembali menatap Jikara lalu mengangguk. Setelah berkutat dengan ujian semester serta mengikuti pertandingan futsal hingga masuk ke semi final dan mendapat juara ke dua, akhirnya Putra bisa menikmati indahnya libur semester.
Rencananya lusa ia akan pulang ke kampung halamannya di Tasikmalaya. Putra benar-benar merindukan keluarganya setelah hampir tiga bulan tidak pulang.
Libur di semester ganjil biasanya cukup lama, yaitu sekitar tiga bulan. Namun, Putra hanya mudik selama dua minggu karena ia harus kembali untuk persiapan KKN yang akan diselenggarakan sekitar satu bulan lagi.
"Sayang banget, ya. Gue nggak bisa ikut KKN tahun ini," lirih Jikara. Kecelakaan naas beberapa bulan lalu membuatnya terpaksa mengajukan cuti kuliah.
Putra yang prihatin meraih tangan Jikara, memberi tepukan pelan. Tidak bermaksud apa-apa. Ia hanya berusaha menenangkan gadis itu.