Bagi Pringgabaya Putra, jatuh cinta adalah hal paling rumit dan membutuhkan banyak waktu. Namun, anggapannya salah ketika ia dipertemukan dengan sosok Fay, seorang kakak tingkat yang datang tanpa diundang membawa serta sepucuk surat cinta untuknya.
...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Untuk jatuh cinta dan berhenti mencintai, waktu mana yang paling cepat? ***
Fayli Anggia Putri bukan pertama kali jatuh cinta pada lawan jenisnya. Namun, jika ditanya tentang mengungkapkan perasaan, maka Putra adalah lelaki pertama yang membuatnya rela mempermalukan diri.
Mungkin benar apa yang dikatakan teman-temannya, di usia menginjak 21 tahun, Fay masih terlihat lugu. Mudah terpengaruh, bahkan kerap berubah pikiran dalam waktu singkat. Kalau kata Zemima, ia masih labil seperti anak remaja.
Fay memiliki wajah yang cantik, bahkan terkesan imut. Hal tersebut juga diakui oleh mereka yang pernah satu kelas dengannya sejak duduk di bangku sekolah dasar. Namun, sifat Fay yang kalem dan cukup pemalu membuatnya tak cukup dikenal banyak orang.
Dulu, ia pernah jatuh hati pada teman satu kelasnya selama tiga tahun hingga lulus SMA. Perasaannya bertepuk sebelah tangan. Maka dari itu, Zemima yang mengetahui kisah cintanya selalu berakhir menyedihkan bermaksud membantu dengan cara mempengaruhinya.
"Jangan ngelamun! Nanti kesurupan."
Fay mengaduh merasakan sesuatu menimpuk kepalanya. Ia mengambil bantal yang jatuh ke pangkuan dan melempar balik pada Zemima yang tengah duduk di atas ranjang mini size.
Kebetulan setelah menyelesaikan tugas UAS, ia datang ke kamar Zemima. Kebetulan kamar kos merupakan bersebelahan. Keduanya bertambah dekat karena berada satu jurusan dan kelas yang sama, yaitu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Zemima memiliki sifat yang lebih dewasa dibandingkan dirinya, mungkin karena usia mereka yang terpaut satu tahun. Kebetulan Fay masuk sekolah dasar lebih cepat dari teman seusianya.
Fay manja, Zemima dewasa. Fay ceroboh, Zemima begitu hati-hati dalam segala hal. Fay yang pemalu, Zemima tak tahu malu. Fay terlalu pasrah, Zemima selalu berontak.
Mereka saling melengkapi dan Fay selalu merasa kehilangan arah jika Zemima tidak ada di sekitarnya. Gadis itu membutuhkan Zemima untuk membantunya mengambil keputusan, termasuk mengungkapkan perasaan pada pujaan hatinya.
"Terus sampe sekarang lo belum ngasih nomor lo ke dia?" tanya gadis berambut sebahu itu yang kini berubah posisi menjadi tengkurap.
Fay yang duduk di atas karpet berbulu mengangguk dengan raut bertekuk. Ada sedikit penyesalan karena dirinya berbohong saat Putra meminta nomornya.
Ia hanya sedang berusaha menghindar. Selain rasa malu yang mendera, Fay sadar kalau lelaki itu tidak akan membalas perasaannya.
"Gue mau move on, Zem." Fay berkata dengan nada berat. Ia memundurkan badan lalu bersandar pada lemari kayu di belakangnya. "Kenapa bisa-bisanya gue terpengaruh sama ucapan lo, ya?"
Zemima yang mendengar keluhan sahabatanya mendengkus. Fay kalau sedang menyesali kejadian itu, pasti akan menyalahkannya. Turun dari tempat tidur, Zemima membuka kardus berukuran sedang dan mengambil dua bungkus makanan ringan yang dibelinya sepulang dari kampus.