Kamu dan rintik hujan adalah perpaduan terindah hasil karya Tuhan
***Lelaki itu menatap layar laptopnya dengan serius. Tangannya dengan lincah menggerakan mouse, mengarahkan kursor dengan tatapan tak lepas dari tulisan di depannya.
Ujian akhir semester Metode Penelitian berbeda dengan mata kuliah lain. Sang dosen menugaskan para mahasiswa untuk membuat proposal penelitian berdasarkan materi yang telah dipelajari serta dipresentasikan semua kelompok selama satu semester.
Putra yang masih bingung menentukan topik yang akan diteliti terus bolak balik antara perpustakaan kampus dan daerah. Dua minggu ini dirinya sengaja close order karena ingin fokus pada ujiannya.
Beruntung Drs. Yusuf selaku dosen pengampu mata kuliah tersebut memberikan batas waktu sampai minggu depan. Setelah bergelut selama berhari-hari, akhirnya lelaki itu menemukan tema yang akan ia ambil untuk tugasnya.
Terinspirasi dari sebuah buku yang Putra temukan di perpustakaan serta kejadian di lapangan saat observasi, Putra memutuskan mengambil penelitian tentang Punishment Education.
Putra merenggangkan ototnya yang terasa keram. Hampir dua jam ia menghabiskan waktu untuk mengerjakan tugas. Putra melirik ke arah jendela, langit tampak mendung, suara gemuruh terdengar samar.
Satu persatu para mahasiswa mulai meninggalkan perpustakaan. Hal tersebut membuat Putra segera mengakhiri kegiatan. Tasnya tidak waterproof, bisa bahaya kalau laptopnya terkena air hujan.
Selesai merapikan barang-barang, Putra berjalan menuju mesin book drop untuk mendaftarkan buku yang akan dipinjam. Setelah itu, ia melangkah ke arah loker nomor 28 untuk mengambil tas.
Dingin angin terasa menusuk. Putra baru beberapa meter berjalan ketika hujan turun dengan deras tanpa aba. Lelaki itu refleks mengumpat dan berlari untuk mencari tempat berteduh.
Putra berdiri di depan laboratorium. Ia mengibaskan rambutnya lalu mengecek tas, memastikan air hujan tak tembus dan membasahi laptopnya.
Ia mengembuskan napas berat. Hujan begitu deras dan tidak pasti kapan akan berhenti. Kalau saja tidak membawa laptop, Putra pasti memilih menembusnya.
"Apes banget, sih," keluhnya. Putra menyentuh perutnya yang berbunyi, lupa belum sempat makan siang karena terlalu berambisi untuk menyelesaikan tugas.
Asik meratapi nasib, ia dibuat terlonjak mendengar suara gemuruh disusul kilat yang terlihat jelas di atas langit sana.
"Anj- eh astagfirullah," koreksi lelaki itu mengusap dadanya.
Putra kemudian melirik sekitar. Ada dua mahasiswi yang sama tengah berteduh.
Melangkah mundur, ia menyandarkan punggungnya saat mulai merasa pegal. Kalau tidak ada orang, Putra pasti sudah berjongkok atau duduk berselonjor.
Lelaki itu berusaha menghubungi Jendra, tetapi nomor sahabatnya tidak aktif. Sempat meminta jemput juga pada teman satu kosnya yang lain, tapi mereka semua sedang berada di kampus, sama-sama terjebak dan tidak bisa pulang.
Hampir satu jam Putra menunggu hingga hujan mulai mengecil. Jika memaksakan diri, ia akan tetap basah kuyup mengingat jarak dari kampus ke kosan yang tidak. Usa di bilang dekat.
Putra mengarahkan tatapan ke sekitar hingga menangkap sosok Fay seorang diri. Rintik hujan bekerja sama dengan alam menciptakan pemandangan apik. Langkah kecil gadis itu yang tengah memegangi payung transparan sempat membuat Putra tertegun. Pergerakan slow motion Fay yang mengaitkan rambutnya terlihat mempesona.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cutie Fay (Pre Order)
Ficção AdolescenteBagi Pringgabaya Putra, jatuh cinta adalah hal paling rumit dan membutuhkan banyak waktu. Namun, anggapannya salah ketika ia dipertemukan dengan sosok Fay, seorang kakak tingkat yang datang tanpa diundang membawa serta sepucuk surat cinta untuknya. ...