Kenapa mencintai harus sesulit ini?
***Semenjak menjadi mahasiswa, kehidupan Putra berubah. Tidak ada lagi kata berleha-leha. Ia disibukan dengan berbagai hal hingga untuk sekedar menjalin hubungan, Putra tak mampu memperjuangkan perasaannya.
Berusaha move on dari Jikara membutuhkan waktu hampir dua tahun lamanya. Putra kira, semua akan sama. Ia kembali gagal melupakan gadis itu, tapi kehadiran Fay berhasil menyita perhatiannya akhir-akhir ini.
Itu jelas bukan cinta. Putra yakin. Mungkin dirinya hanya penasaran. Namun, kian hari, entah kenapa sikap Fay malah membuatnya merasa terganggu.
Awalnya ia kira Fay hanya malu atas perbuatannya, tapi semakin ke sini Putra yakin ada alasan lain. Terkadang, gadis itu terlihat enggan sekali berdekatan dengannya.
Kemarin saat dirinya menghubungi untuk mengembalikan payung, Fay hanya membaca chat-nya tanpa membalas. Hal tersebut membuatnya berpikiran negatif. Putra sampai bertanya-tanya, apakah sikapnya terlalu berlebihan sehingga membuat Fay merasa tidak nyaman?
Mengingat perasaan Fay terhadapnya, bukankah seharusnya gadis itu bahagia saat didekati?
"Tim lo dipanggil, tuh!"
Lamunan Putra buyar. Ia menoleh pada Deri lalu memutar bola matanya. Sudah ia bilang berulang kali kalau Rizpan yang akan naik ke panggung untuk menerima penghargaan. Namun, teman satu kosannya sangat bebal dan terus saja menyuruhnya pergi.
Membuatnya malu merupakan hiburan tersendiri bagi mereka. Di antara teman-temannya, hanya Putra yang tidak ikut UKM satu pun. Jadi, wajar mereka ingin melihatnya tampil di depan umum. Bukan itu saja, mereka pasti akan melemparkan godaan nanti.
"Rizpan udah naik," tegas Putra menunjuk ke arah panggung.
Deri mendengkus. Raut kecewa tampak di wajahnya.
"Udah, Der. Jangan berharap lebih sama dia." Jendra berusaha menyadarkan. Ia kemudian menepuk bahu Putra. "Anak ganteng emang nggak perlu cari perhatian, entar juga datang sendiri kalau ada yang mau."
"Udah ada yang mau, kok." Putra menimpali dalam hati. Tatapannya kini tertuju pada gadis yang duduk di depan Jendra. Hanya dengan melihat sisi wajahnya saja, ia terlihat ayu.
Fay membisikan sesuatu pada sahabatnya lalu bangkit dan berlalu. Refleks saja Putra menepuk bahu Zemima untuk menanyakan ke mana tujuan gadis itu.
Menoleh, Zemima langsung paham apa yang akan ditanyakan.
"Pulang," ucapnya, "mau ditemenin nggak? Kasian sendirian."
Putra sadar, dua orang di sebelah kanan dan kirinya langsung memusatkan perhatian. Mereka menatapnya dan Zemima dengan raut penasaran.
Bukan waktunya untuk menjelaskan, ia bangkit, tapi tak langsung pergi. Putra malah menyodorkan tangan pada Jendra yang semakin bingung dengan tingkahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cutie Fay (Pre Order)
Roman pour AdolescentsBagi Pringgabaya Putra, jatuh cinta adalah hal paling rumit dan membutuhkan banyak waktu. Namun, anggapannya salah ketika ia dipertemukan dengan sosok Fay, seorang kakak tingkat yang datang tanpa diundang membawa serta sepucuk surat cinta untuknya. ...