Bagian 13

164 39 4
                                    

Mencintai, sebenarnya cukup sederhana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mencintai, sebenarnya cukup sederhana.
***

Putra berhasil membuat gadis itu menerima ajakannya. Kini, ia sudah siap dengan motor pinjaman milik Dewo. Tadinya, Putra hendak meminjam beat Jendra, tapi temannya itu sudah mudik lebih dulu, membawa serta kendaraannya. Beruntung Dewo masih sibuk dengan kegiatan UKM meski libur semester telah tiba.

Lelaki yang menjabat sebagai ketua bidang musikalitas itu hampir setiap hari berangkat ke kampus. Bukan hanya UKM TMC saja, sama halnya dengan UKM lain yang sudah memulai melakukan persiapan untuk demo dalam kegiatan ospek nanti.

Berhubung Dewo dan temen seangakatannya akan menjalani kegiatan KKN selama 40 hari. Mereka memutuskan fokus latihan dari sekarang. Lelaki berambut cepak itu terkadang sampai menginap di ruangan musik yang sudah menjadi rumah keduanya setelah kosan.

Sebelum menjemput Fay, ia pergi terlebih dahulu ke kampus. Dewo yang sedang ada latihan menyuruhnya mengambil motor di kampus. Putra sempat ditanyai ke mana dirinya akan pergi, tapi ia hanya menjawab akan membeli oleh-oleh.

Mengentikan kendaraan di depan kosan Fay, ia mengirimi gadis itu pesan. Perlu menunggu beberapa menit hingga Fay keluar dengan penampilan yang selalu berhasil membuatnya terpukau.

Gadis itu hanya mengenakan blouse cream berlengan panjang dan baggy pants hitam yang memperlihatkan kaki jenjangnya.

"Lama, ya?"

Suara itu terdengar lembut di telinganya. Raut malu-malu Fay tampak menggemaskan, tapi Putra berusaha untuk tidak mencubit pipi tirusnya.

Putra berdehem lalu tersenyum tipis. "Nggak, kok."

Sebenarnya Putra sempat tidak menyangka Fay akan mengiyakan ajakannya, padahal sebelumnya gadis itu berusaha keras menghindar. Mungkin perkataanya di malam dies natalis cukup mempengaruhi Fay hingga berhenti menjaga jarak.

"Yuk, naik!" Putra menggerakan dagu ke arah belakang. Fay hanya mengangguk dan naik ke boncengan.

Melajukan kendaraannya dengan kecepatan normal, Putra melirik lewat kaca spion lalu berdehem untuk menarik perhatian. Mata keduanya sempat bertemu, tapi Fay yang wajahnya tampak bersemu segera membuang pandangan.

"Gue kira ajakannya bakal ditolak." Putra memulai pembicaraan. Senyum tipis terpatri di bibirnya.

"Bukannya lo minta buat nggak menghindar?" tanya Fay dengan nada suara yang terdengar ragu.

Tenyata benar, gadis di boncengannya mengabulkan permintaan Putra. Perasaan senang memenuhi dadanya.

"Gue ... beneran nggak ganggu, kan? Kali aja lagi ngerjain revisian." Ada nada tak enak yang tersemat dalam nada suara lelaki itu.

"Nggak, kok. Udah beres tinggal print aja," jawab Fay yang terdengar mulai nyaman berbicara dengannya.

"Sukur, deh." Putra bergumam lalu kembali mengajukan pertanyaan. "Oh ya, gue ... panggil lo Kak Fay atau-"

Cutie Fay (Pre Order)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang