Suara derap langkah kaki yang bergema menjadi musik dini hari, Sean berjalan menunduk menatap setiap ubin yang ia pijak, pandangan nya fokus pada ubin keramik yang terlihat berdebu itu.
"Woi bisu!"
Sean menulikan pendengaran nya, kata cacian seperti itu sudah menjadi sarapan pagi untuknya, tidak ada yang berpihak dan memahami seseorang yang berbeda seperti dirinya. Mereka cenderung mengolok - olok seseorang yang memiliki kekurangan dengan kata - kata yang tidak pantas untuk di ucapkan.
"Udah bisu tuli juga lo?"
"Kaya nya sih dia tuli, yakali bisu ga tuli." ungkap yang lain nya lalu suara tawa mengiringi percakapan mereka.
"Sean Sean, lo mending cari kampus kebutuhan khusus deh kita semua ga akan bisa paham sama bahasa tangan lo itu bikin ribet tau ga."
Cemooh yang lain nya.Sean hanya diam, dia tidak bisa apa-apa dia tidak punya keberanian untuk melawan karena pada dasarnya ia pun membenci kondisi dirinya sendiri.
Ia masuk ke universitas ini dikarenakan beasiswa yang ia dapatkan dan juga karena cita - cita yang ingin ia gapai.
Arsitek, itu cita - cita nya.
Sean sangat menyukai kegiatan menggambar interior atau model - model bangunan yang indah, ia bertekad untuk masuk ke jurusan ini di karenakan ia ingin membangun rumah impian nya sendiri.
Sebuah rumah yang akan ia huni sendirian, begitu pikirnya untuk sementara ini.
"Bisu!"
"Bikin ribet lo!"
Langkah kaki nya melambat, dikarenakan perasaan sesak yang memasuki hati nya.
"Sean!"
Sean sontak menengok, di lihat nya seorang gadis cantik dengan rambut coklat terurai indah tengah menatap nya dari jauh.
Sean terpaku, hingga tanpa sadar gadis itu kini telah berada dihadapannya.
"Sean, ayo ke kelas bareng."
Pertama kali nya, seseorang mengajaknya pergi bersama.
"Kamu ga usah dengerin mereka, mereka itu cuma iri sama kamu karena kamu itu spesial."
Sean tersenyum, hatinya terasa hangat.
Melihat Sean yang tersenyum gadis di sebelahnya pun ikut menyunggingkan senyuman di wajah nya.
"Kamu manis kalau senyum."
Ungkap nya.Sean merasa salah tingkah, ia mengalihkan pandangannya ke arah lain sambil mengusap tengkuknya.
Sean menggerakkan tangan nya, ke hadapan gadis itu.
"Terimakasih"
Entah gadis itu paham atau tidak, yang penting sean sudah mengatakan nya."Sama - sama."
Sean membulatkan matanya, gadis ini mengerti apa yang ia katakan.
Sean kembali menggerakkan tangannya.
"Kamu bisa bahasa isyarat?"
Gadis itu mengangguk cepat.
"Aku bisa, tapi kalo di suruh untuk balas pakai bahasa isyarat aku ga bisa."
"Tidak apa - apa, terimakasih."
Sean kembali tersenyum, hari ini perasaan bahagia kembali datang setelah sekian lama.
Mereka berjalan beriringan sambil sesekali bercerita tentang diri mereka masing-masing.
"Ngomong - ngomong nama ku Shiera."
"Aku Sean."
"Aku suka kamu, soalnya kamu imut."
Sean terkejut mendengar nya, ia kembali memalingkan wajahnya.
"Telinga mu merah, kamu malu ya?"
Shiera tertawa, lalu mengeluarkan dua buah coklat dari dalam tas nya.
"Sean, aku punya coklat kita makan sama - sama ya biar kamu ga canggung lagi."
Sean menatap gadis itu dengan tatapan menyesal.
"Maaf ya, aku baru kali ini punya teman jadi aku agak canggung. Tapi terimakasih coklatnya."
Ujar Sean dengan tangan nya, lalu mengambil satu coklat dari tangan gadis itu.
"Sama - sama."
Kemudian keheningan menyelimuti mereka sejenak.
"Sean, kamu tinggal di mana?"
Sean menggerakkan tangan nya kembali.
"Aku tinggal di sekitaran sini kok, rumah ku ada di belakang kampus."
"Wah, deket banget dong. Kapan - kapan kalau ada tugas aku boleh mampir kan?"
Sean mengangguk senang, ia benar - benar punya teman sekarang.
Sean dan semesta nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sean dan Semestanya. [END]
FanfictionR17+ ft. Sunoo of enhypen Cantik, ini halaman terakhir. Maaf jika aku tidak lagi di samping mu, mungkin sekarang kamu sedang menangis maaf tangan ku tidak lagi bisa mengusap air mata mu. Aku benci jika kamu menangis, dan aku benci jika aku menjadi a...