03. Sean

100 44 5
                                    

Hari sudah menjelang sore shiera juga telah mendapatkan apa yang ia cari.
mereka memutuskan untuk pulang kerumah masing-masing.

Dan disini ketakutan Sean muncul, ia tidak pernah bepergian seperti ini.
tujuan bis mereka dengan Sean jelas berbeda, dan Sean tidak mungkin menyuruh mereka untuk mengantarkan dirinya kembali kerumah.

Sean hanya tidak ingin merepotkan.

"Sean, aku boleh mampir kerumah?"

"Tiba-tiba?"

"Iya, aku sekalian mau ke perpustakaan di kampus karena mau balikin buku yang aku pinjam, tadi siang aku lupa hehe."

Sean menggeleng pelan, gadis ini agak pelupa rupanya.

"Ok kamu boleh datang."

"Terimakasih Sean! kamu tenang aja aku nanti bakal pulang sendiri kok."

Ah benar, soal pulang bagaimana bisa Sean membiarkan seorang gadis pulang sendirian.
Ia ingin mengantar nya tapi tentu saja tidak akan ada yang mengizinkan nya menyentuh kendaraan apapun di rumah.

Apa ia minta tolong kepada Setya saja?

Sean memilih diam dan tidak menjawab pernyataan Shiera.

Bis tiba tepat di depan mereka, kemudian shiera berpamitan kepada ketiga teman nya yang lain lalu ikut bersama Sean menaiki bis di depan.

Beruntung kali ini penumpang agak sepi, sehingga mereka berdua bisa duduk dengan tenang.

Setengah jam berlalu, bis berhenti di halte yang persis ada di depan kampus mereka.

"Kita ke perpustakaan dulu baru kerumah ku ya."

Shiera mengangguk dan berjalan sambil menggenggam tangan Sean.

Mereka berjalan beriringan tanpa menyadari jika ada seseorang yang memperhatikan mereka dengan amarah, lebih tepatnya menatap amarah kepada Sean.

"Lain kali jangan kesorean ya Shiera."

Shiera cuma bisa tersenyum lebar menampakkan gigi nya, ia sudah tahu penjaga perpustakaan pasti akan berkata seperti ini. soalnya mereka datang di saat penjaga perpustakaan baru saja selesai mengunci pintu gedung.

"Kalo gitu saya permisi ya Miss."

Penjaga perpustakaan itu pun mengangguk lalu menyusun kembali berkas berkas yang baru saja ia keluar kan tadi.

"Udah mau gelap Shiera."

Shiera mengalihkan pandangan nya ke arah langit, benar saja sudah mau gelap.

"Kita langsung kerumah ku ya, kamu juga belum makan tadi siang."

"Iya Sean."

Kemudian mereka kembali berjalan beriringan menuju rumah Sean, sesampainya disana Sean langsung membuka kan pintu untuk dirinya dan Shiera.

Pertama kali memasuki rumah Sean, satu kata yang terbesit di kepala shiera.

Dingin.

Tidak ada siapapun yang menyambut, seakan rumah ini kosong.

"Sean, dirumah kamu ga ada orang ya?"

"Ada, tapi mereka sibuk maaf ya kalau kamu jadi tidak nyaman."

Sean kemudian menyuruh Shiera untuk menduduki sofa di ruang tengah dan meninggalkan nya sendirian di sana, Sean hanya ingin berganti pakaian agar lebih nyaman.

Shiera melihat sekeliling rumah Sean bukan seperti rumah biasa ini sangat berbeda dengan rumahnya sendiri.

Suasana vintage yang kental mengisi seluruh rumah, berbagai barang khas tahun 80an atau mungkin 90an entah Shiera tidak paham, ada banyak sekali lukisan disini rumah sean benar-benar besar sepertinya Sean bukan lah orang biasa.

Sean dan Semestanya. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang