12. Setya

48 22 2
                                    

Setelah perdebatan nya dengan sang ayah tempo hari, kini Setya kembali menjalani kehidupan biasanya.

Pergi ke kampus lalu bermain bersama teman-temannya.

Sudah satu bulan Setya tinggal sendirian, entah bagaimana kabar Sean di rumah sakit Setya tidak tahu.

Ia memilih mengabaikan perasaan nya dan menyibukkan diri nya.

Rasa itu masih ada, rasa benci akibat kehadiran Sean yang membuat ia kehilangan ibu nya.

Sejak kecil ia mengingat bahwa Sean adalah dalang dari hancurnya keluarga mereka.

Setya menempatkan sepeda motor nya di halaman kios.

Hari ini dia ada janji untuk bermain billiard dengan teman - teman nya.

"Lama bener. Abis ngapain lo?"

"Berak."

"Anjing."

"Weh sumbang gocap, tadi di talangin sama Zidan noh."

Setya merogoh saku nya mengambil dompet dan mengeluarkan selembar uang lima puluh ribu dari dalamnya lalu menyerahkan nya pada Zidan.

Jade menghampiri nya, menawarkan sekotak rokok ke hadapannya.

"Sebat ngab?"

"Engga gw."

"Tumben, ganti ke Vape lo?"

"Ga juga."

"Terus kenapa anjir, respon lo kaya cewe pms anjing."

"Gimana tuh?"
Zidan menyahuti.

"Pendek."

Sontak mereka semua tertawa, kecuali Setya yang sibuk dengan isi kepala nya.

"Ambil stick sono, kita taruhan gope nih."

"Gw males main, udah lo pada aja."
Balasnya lalu mengambil tempat di atas sofa, mendudukkan dirinya dengan nyaman.

"Ah ga asik amat lu set."

Memilih bungkam, Setya memejamkan kedua mata nya.

Memikirkan tentang bagaimana keadaan adiknya di rumah sakit.

Ia pasti terbaring lemah sama seperti waktu pertengkaran nya dengan ibu mereka beberapa tahun lalu.

Lalu bagaimana dengan ibu nya, bagaimana kabar nya sekarang?

Di lubuk hatinya paling dalam Setya ingin sekali memeluk ibu nya sekali lagi.

Ia bisa saja dengan mudah mencari jadwal kerja Hasley dan menyusul ibu nya.

Tapi Setya sudah tahu, jika Setya nekat mengunjungi wanita itu sudah pasti ia akan di usir.

Setya tidak mau di permalukan seperti itu.

Juga, jika dia menyusul media pasti akan mengetahui siapa dirinya.

Sudah susah payah Setya menyembunyikan identitas nya, ia tidak mau hidup dengan aturan ketat hanya demi memuaskan kehausan publik akan kesempurnaan.

Ponsel nya berdering.

Setya melihat panggilan itu.

Hanya nomor, tidak ada nama kontak tertera di layar.

Malas mengangkat Setya memilih mematikan panggilan itu.

Namun, kembali nomor yang sama menghubungi ponsel nya.

Dengan berat hati ia pun menerima panggilan tersebut.

"Kak Setya."

"Siapa?"

Sean dan Semestanya. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang