13. Kakak dan Adik

56 19 1
                                    

*Warning chapter ini terdapat adegan kekerasan yang mungkin membuat para pembaca merasa sedikit tidak nyaman. Bijaklah dalam membaca.

•••

Jakarta, 2003.
Sehari setelah kelahiran Sean.

"Setya lihat itu adek kamu."

"Setya jangan dirauk muka adeknya nak astaga!"

"Setya itu punya adek ya."

"Setya sekarang kamu di panggil kakak ya? Kak Setya suka ga?"

Setya kecil mengangguk riang sambil bertepuk tangan.

Bocah yang baru saja berusia satu tahun enam bulan itu pun kini telah naik level menjadi anak sulung.

Semuanya tertawa kala Setya berdiri lalu berkacak pinggang layaknya seorang bos besar disaat semua orang memanggil nya kak Setya.

Tak hanya kedua orangtuanya, Roy, dan juga Jenna sahabat Hasley beserta para dokter dan perawat serempak memanggil Setya dengan panggilan kak Setya.

Betapa bahagia nya Setya saat itu.

Selama satu harian hal yang di lakukan Setya hanya menatap adik nya yang tengah tertidur di dalam box bayi di samping kasur ibu nya.

"Kak Setya, adeknya ga bakal kemana mana kok." Ujar ibu nya lembut.

Setya, si bocah bijak itu menyahut.

"Mama, adek Sean."

"Sean?"

"Ocean?"
Sambung ayahnya.

Setya mengangguk.

Setya sangat menyukai lautan.
Lautan adalah segalanya bagi nya.

"Sean ga buruk juga pa. Gimana?"

Richo tampak menimbang-nimbang, lalu sedetik kemudian netra nya menangkap netra anak sulung nya yang tampak berbinar tengah menatap ke arah nya.

"Oke, kalau begitu hari ini nama nya adalah Seano Sagala. Karena kak Setya dari tadi bilang Sean Sean terus jadi kita namakan Seano ya."

"Seano, kalau di balik jadi osean, ocean."

"Lucu."

"Mama suka?"

Hasley menatap anak sulungnya lembut.

"Suka sayang, mulai hari ini nama adek Sean ya. Adek Sean?"

Tepat di dalam tidurnya Sean kecil tersenyum.

Hal itu tak luput dari pandangan Setya.

"Papa, mama Sean senyum."

Kedua orangtuanya serempak menengok.

Benar saja ternyata Sean tengah tersenyum dengan mata terpejam.

Jakarta, 2004.
Hari ini genap setahun umur Sean.

"Selamat ulang tahun Sean."

Pandangan Sean terfokus pada balon dan bola - bola yang bertebaran di sekelilingnya.

Lilin di nyalakan, semua orang bernyanyi dan bersorak.

Semua orang menunggu Sean untuk meniup lilin nya, namun dengan cepat Setya mengambil alih.

"Sean masih kecil, jadi kakak aja yang tiup."

Sontak Hasley dan Richo pun tertawa.

Pesta yang mereka buat hanyalah pesta kecil yang hanya di hadiri mereka ber-empat dan beberapa asisten rumah tangga yang ikut memeriahkan.

Sean dan Semestanya. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang