09. Kakak

75 28 0
                                    

Tak terasa minggu ke minggu telah terlewati, Shiera masih kebingungan akan keberadaan Sean yang tanpa ia ketahui anak laki-laki ini tengah terbaring lemah di ranjang rumah sakit dengan beberapa alat terpasang di tubuh nya.

Seano Sagala, setelah menjalani kemoterapi kondisi tubuhnya semakin memburuk.

Sel - sel kanker itu semakin menggerogoti tubuhnya. Kanker darah atau biasa disebut leukimia, penyakit ini telah menghinggapi tubuh nya dalam dua tahun belakangan.

Ia terus memendam tanpa mengetahui jika penyakit itu menghampiri nya selama ini, kini harapan hidup bagi Sean seperti hilang begitu saja.

Disini ia terbaring sendirian, setelah kejadian dua hari lalu dimana asisten rumah tangga nya menemukan dirinya pingsan dengan wajah pucat dan tubuh yang mulai dingin.

Dan akhirnya dia berakhir disini.

"Seano, ini sarapan untuk hari ini ya."

Salah seorang perawat masuk ke dalam ruangan inap nya membawa satu gerbong besar berisikan sarapan para pasien rumah sakit.

Setelah meletakkan makanan di atas nakas, perawat itu pun beranjak pergi.

Sean hanya menatap nampan berisikan makanan itu dengan nanar, dia sudah tidak ingin hidup.

Jangankan untuk makan, bangkit untuk duduk saja rasanya sulit.

Pandangan nya beralih pada jendela besar ruangan nya, menatap langit biru dengan ribuan awan di atas sana.

Dia bertanya-tanya apakah disana ada tempat yang lebih baik untuknya?

"Selamat pagi Sean."

Sean tersentak, dokter baru saja datang.

"Sarapan nya sudah dimakan?"

Lanjutnya lalu mengangguk paham kala mata nya menangkap nampan Sean masih lengkap.

"Saya akan datang kembali setelah kamu sarapan, setelah itu kita akan lanjut check up."
Katanya lalu pergi di ikuti seorang perawat di samping nya.

Mendengar itu, dengan susah payah Sean memaksa tubuh nya untuk bangkit dan memakan sarapannya.

"Sean, apa ada saudara atau kerabat yang bisa datang menemui saya? Karena ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan."

Sean menggeleng, mereka tidak akan datang.

"Sean, kamu bisa hubungi Setya kan?"

Sean buru - buru menuliskan kalimat di kertasnya.

"Dia dan mereka ga akan mungkin datang, dokter tahu sendiri bagaimana keluarga ku."

Dokter itu pun tertegun dengan pernyataan Sean, jelas ia tahu betul bagaimana keluarga Sean.

Ibu Sean merupakan adik dari ayah sang dokter, membuat nya mengetahui dengan jelas seberapa dingin kondisi keluarga mereka.

"Perawat bisa keluar sebentar? Saya harus melakukan beberapa tes sendirian." Ungkapnya dan segera si perawat meninggalkan mereka berdua.

"Sean, kamu harus ketemu sama nenek."

Sean menggeleng, dia tidak pernah sekalipun bertemu dengan nenek mereka bahkan mungkin nenek nya itu tidak tahu keberadaannya.

Ini semua akibat, rumor bodoh yang di buat oleh orang tua nya.

"Orang tua kamu itu udah gila, kamu masih hidup Sean keluarga besar kita harus tahu kamu. Kamu mau sendirian terus sampai mati?"

Sean kembali menuliskan kalimat di kertasnya.

"Iya. Kalo aja keluarga besar tahu keberadaan ku mama sama papa bisa bunuh aku sekarang juga."

"Sean dengar! Disini saya bicara sebagai seorang kakak, kamu bagian dari keluarga ini. Kamu masih hidup kamu ada di dunia ini, jadi dengan atau tanpa persetujuan kamu saya akan memberitahukan ini semua ke keluarga kita."

"Lalu aku mati dibunuh."

"Persetan, orang tua mu itu gila Sean. Kamu sama Setya itu korban nya."

"Terus kabar apa yang mau kakak kasih tahu ke orang yang di sebut saudara itu?"

Si dokter tertegun.

"Vonis kapan aku bakal mati? Kasih tahu aja sekarang biar aku bisa lebih siap. Karena ada seseorang yang harus tahu kebenaran tentang ku."

Dokter itu pun tercengang dengan pernyataan blak blak an Sean. Tebakan nya pas tepat mengenai sasaran.

"Kamu masih bisa bertahan Sean, masih banyak hal yang belum kamu lalui."

"Aku boleh pinjam hp sebentar?"

Dokter itu pun mendengus, lalu menyerahkan ponselnya pada Sean.

Sean menerima nya dan membolak balikkan halaman buku miliknya mencari sesuatu, lalu mengetik sesuatu di ponsel dokter itu.

Sean tersenyum getir, setidaknya nanti pesan itu akan sampai pada penerima nya.

Saatwaktu nya telah tiba.Sean dan semesta nya.

Sean dan Semestanya. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang