07. Menghilang

70 34 9
                                    

Sudah dua jam terlewati, Sean melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

"Shiera aku pulang sekarang ya."

Shiera yang tengah sibuk menonton televisi di depan nya sontak mengalihkan pandangannya kepada pemuda di sebelahnya.

"Sean, aku boleh tanya sesuatu?"

Sean menatap gadis itu seolah mempersilahkan nya untuk bicara.

"Sebenarnya keluarga kamu itu siapa? Kemarin waktu aku main ke rumah kamu jelas banget kalo kamu bukan berasal dari keluarga biasa, sebenarnya kamu siapa?"

Sean menahan napas nya.

Habis sudah dia tidak mungkin memberitahu siapa keluarga nya pada orang lain, sudah bertahun-tahun berita kematiannya di sebar oleh kedua orangtua nya, mana mungkin sekarang ia membongkar cerita aslinya.

Kedua orang tua Sean itu sangat kecanduan dengan penilaian publik, mereka selalu ingin menjadi sempurna di dalam penilaian siapapun.

Selama ini Sean dan bahkan Setya berusaha menyembunyikan identitas mereka dari orang-orang yang tidak dekat dengan mereka, jika ada satu orang saja yang mengetahui fakta tentang mereka bisa saja berbagai wartawan dan antek-anteknya akan segera memburu mereka. Terlebih Sean yang telah di beritakan meninggal kala itu.

Jika itu Setya tidak masalah, lagi pula publik sudah mengenal nya sejak kecil namun, Setya kecil memutuskan untuk menghilang dari publik karena ia lelah dengan banyak nya orang yang selalu mengikutinya kemana pun ia pergi.

"Sean?"

Cukup lama pemuda itu terdiam, Shiera merasa sedikit bersalah.

Seharusnya ia tidak boleh menanyakan itu, bagi Shiera mungkin mereka sudah dekat tapi bagi Sean belum tentu.

"Aku harus pulang sekarang, maaf Shiera."

Katanya lalu bergegas pergi mengambil tas punggung milik nya.

Sesampainya Sean di ruang tamu, ia mendapati Juan, Ricky, Anetha, dan satu orang lagi di sana.

Ia tidak tahu siapa orang itu, mungkin saja teman Shiera yang lain.

"Sean? Mau balik?"

Sean mengangguk.

"Naik apa?"

Pemuda itu menggeleng, niat nya ingin memesan taksi online tapi seketika ia teringat jika ponsel nya hilang akibat ulah Setya.

"Gue pesenin taksi deh bentar."

Kata Juan lalu mengutak-atik ponsel miliknya.

"Rumah lo di belakang kampus kan?"

Sean mengangguk lagi.

"Udah gue pesenin, lo tunggu aja paling bentar lagi dateng."

Sementara itu sedari tadi pemuda yang duduk tepat di sebelah Anetha itu memperhatikan dengan seksama.

"Kaya nya gue kenal."

Mereka semua bersitatap.

"Ya iya lah temen nya Shiera ini."

Sahut Ricky dengan mie instan cup di tangan kiri nya.

"Oh iya bener, lo yang berdiri di depan kantin bahasa sama Shiera kemarin kan?"

Sean mengernyitkan dahinya.

"Gue kemarin liat lo sama Shiera di depan lagi bengong kaya orang bego hahahaha!"

"Goblok!"
Sahut Juan.

"Kak Jade? Kapan kesini?",

Jade mengalihkan perhatian nya.

Sean dan Semestanya. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang