What if : In another universe.

39 19 1
                                    

"Papa!"

Lily dengan kaki mungil nya berlari ke arah ayahnya.
Sang ayah, dengan cekatan mengatur kamera lalu mengarahkan sorot lensa nya pada putri kecil yang tengah berlari ke arah nya.

Setiap langkah tidak luput dari sorot kamera itu.

"Papa!"

Seano merentangkan kedua tangannya menyambut pelukan hangat putri kecil nya.

"Kamu udah pinter lari ya Lily."
Ujarnya sambil menjawil hidung mungil Lily.

Sementara Lily tertawa girang akibat ulah ayah nya.

"Mas Sean, Lily ayo makan dulu!"

Dari dalam rumah terdengar suara perempuan yang selama ini menjadi dunia nya.

"Mama!"

"Ayo Lily."

Sean menggandeng tangan putri nya, mereka berjalan beriringan masuk ke dalam rumah.

"Cuci tangan sama kaki dulu baru boleh makan ya!"

"Makan kan pake tangan mama, iya kan sayang?"

Lily mengangguk setuju dengan perkataan ayahnya.

"Kita makan di depan tv tau, nanti karpet nya kotor kalo kalian ga cuci kaki. Udah buruan bentar lagi film nya mulai."
Titah nya lalu beranjak pergi meninggalkan sepasang ayah dan anak itu di kamar mandi dapur.

"Mama galak ya?"

Lily tertawa, lesung pipi yang tercetak di pipi kanan nya seketika muncul membuat Seano tak kuasa menahan gemas pada putri nya.

"Ayo deh, nanti keburu film nya mulai."

Kini keluarga kecil itu tengah menyantap makanan mereka dengan lahap, di temani film keluarga yang selalu mereka tonton kala akhir tahun tiba.

"Lama - lama aku kesel lihat Kevin nya. Nanti kalo kita punya anak lagi jangan sampe Lily ketinggalan pas liburan ya ntar kartu kredit aku habis di hajar Lily buat belanja sendiri."

Seano dengan celetukan nya membuat istri dan anaknya seketika tertawa.

"Lagian emang kamu tega ninggalin Lily sendirian dirumah sementara kamu liburan gitu?"

"Ya engga lah, anak sekecil ini siapa yang tega ninggalin?"

Sang istri tersenyum lembut.

"Oh iya, aku baru ingat. Hari ini kak Setya balik ke Indonesia bareng istrinya." Ujar Sean.

"Serius? Bukan nya katanya bulan depan ya?"

"Ga jadi. Di majuin soalnya istrinya mau lahiran di sini."

"Kalo gitu kita kerumah papa mama dong."

Sean mengangguk setuju.

"Kita beli apa ya? Kalo baju bayi pasti mereka udah beli ga sih?"

Sean kembali mengangguk, keningnya mengkerut memikirkan hadiah apa yang mau mereka bawakan untuk saudara nya itu.

"Oh! Aku tahu, kita kasih stroller aja deh."
Celetuk sang istri.

"Ide bagus, kan lumayan buat di pake selama di indo."

"Mereka ga netap?"

Sean menggeleng.
"Cuma enam bulan, setelah itu mereka balik lagi ke London."

"Yah ga seru dong."

"Maksudnya?"

"Aku ga bisa uyel - uyel bayi nya."
Gerutunya.

Sean dan Semestanya. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang