021 || Reset, Halilintar ❥

1.8K 196 12
                                    

Capek Banget Loh, CBL

★ ★ ☯ ★ ★

Aku menghapus ingatan masa lalumu. Bagimu, itu hanya dongeng yang diceritakan orang lain hingga kau masuk ke dalam dongengnya. Padahal justru dongeng sebenarnya adalah itu, ilusi bahwa kau tidak terlibat. Sekarang kau mengerti kesalahanmu, kan? Kau tahu apa yang salah dari 'tokoh Halilintar' bukan begitu, Halilintar?

"AHH!" Tubuhku bangun cepat, mendadak merasa menggigil padahal sudah diselimuti banyak kain. Kukira ini mimpi, kukira ini hanya ilusi ... tapi? Aku melihat kaca, aku melihat adik-adikku berdatangan. Aku mendengar panggilan yang mereka berikan dan aku mengingat masa laluku. Entah berapa kali aku melihat cermin, mengungkapkan pertanyaan sama yang pernah aku ucap di awal kedatangan.

Aku menjadi Halilintar?

Apakah aku Halilintar?

'Aku adalah Halilintar, dan ingatanku akan kembali jika aku sampai pada puncak emosi yang sama seperti sebelumnya.' Gusaran napasku mengakhiri kalimat yang perlahan kupahami sendiri. Sesaat ingatanku kembali, saat itulah aku menghubungkan tiap titik kejadian. Untuk membuktikan ini tidak saah, aku memanggil sosok yang biasa berkeliaran di kepalaku. 'Halilintar, apa kau di sana? Katakan ini hanya mimpi buruk!'

Tidak ada balasan.

Dari sini, aku mengambil kesimpulan.

Ada dua Halilintar, satu Halilintar yang mengingat masa lalu dan satu lagi tidak. Akulah yang tidak, dan orang yang selama ini memberi petunjuk itu adalah 'aku' yang mengingat apa yang terjadi. Sekarang dua dari diriku menyatu oleh kekuatan Sang Penulis. Tidak terduga, aku tidak tahu harus senang atau sedih ... semuanya semakin jelas. Aku diminta untuk sampai pada rasa frustrasi yang sama, walau aku rasa perasaan kemarin tidak pantas disandingkan dengan apa yang aku alami di cerita original. Mungkin pengaruh racun yang membuat diriku tak berdaya jadi pendukungnya.

'Jadi, aku sengaja dijadikan dua sisi seperti ini agar aku bisa berkaca dan tahu kesalahanku?'

"Kak Hali!" Thorn memelukku erat. "Jangan menangis lagi! Kakak membuat Thorn takut!" Tangannya melingkar di tubuhku, semakin erat layak akar-akar pengikat. Namun, tidak ada rasa sakit sebagaimana serangannya. Aku memang tidak melihatnya, tapi aku merasakan bahuku basah yang kemungkinan besar adalah tangisan dari Thorn juga. Kita saling membasahi baju satu sama lain dan aku lupa kenapa aku ikut menangis.

Aku merasakan mataku terus mengeluarkan air mata, hal ini membuat adik-adikku was-was. Salahku, aku tidak pernah menunjukkan sisi lemah seperti ini hingga mereka jadi terbawa panik. Dan yang paling menyedihkan adalah ... mereka tidak tahu apa-apa, tapi ingin sekali menolong.

Aku merindukan mereka sebagai sosok Halilintar yang mengingat semuanya. Namun, mereka bukan orang sama yang dahulu bersama Halilintar pertama. Mereka adalah adik-adikku, dengan diriku yang baru. Aku merindukan mereka, dua-duanya. Hanya saja, aku terpikirkan seandainya aku bisa mengungkap perasaan ini daripada memendam.

Dendam ingin kulampiaskan.

Mengapa kasih sayang ingin kupendam?

Tanganku terangkat mengusap puncak kepala Thorn. Aku merasakan seseorang memakaikan kain pada wajahku untuk mengusap bekas air mata. "B-berapa lama aku tertidur?" tanyaku dengan suara serak, rasanya seperti orang yang bertahan hidup beberapa hari tanpa segelas air.

RESET ➜ HALILINTAR [COMPLETED ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang