✯ Kalau waktu adalah uang, boleh ditukar? ✯
★ ★ ☯ ★ ★
Mereka tidak sebodoh itu untuk tidak tahu.
"A-apa pangeran Halilintar tidak kenapa-napa?"
Blaze berdecak. "Dia pingsan begitu, kau pikir apa?"
Pengawal Kerajaan Elektro dibiarkan mengurus pangeran mereka, sementara pangeran lain diam nan menyingkir memberi jalan. Tangan Gempa mengepal walau tidak ada kekuatan. Lelaki itu mengeluarkan napas pelan. "Yaya mengatakan seseorang di kerajaan mengincar nyawa kak Hali."
Ucapan itu berhasil menarik perhatian elemental lain, terutama Solar. "Karena kasus pembunuhan Bora Ra yang kami lakukan?" Tidak sepenuhnya salah. "Tapi kalau benar begitu tujuannya, kenapa harus disembunyikan? Kalau kak Hali dan aku salah, langsung saja hukum ia daripada sunyi begini."
Di balik pekerja istana yang melakukan tugas seperti biasa, sebenarnya ada gemuruh politik yang terjadi. Mereka yang hanya melihat dari cover mana bisa tahu sebenarnya istana yang kelihatan damai itu sedang di ambang konflik. Ice berdeham. "Pihak istana tidak mungkin diam mengetahui ada yang salah, kecuali yang salah mereka sendiri."
Blaze mungkin tak punya otak-eh, mungkin jarang menggunakan otak, tapi jarang bukan berarti tak pernah karena saat ini ia memaksakan otakknya untuk memikirkan sesuatu. "Apa itu ada hubungannya dengan kak Hali yang memberi kami kemutlakan elemental masing-masing?" Kekuatan tidak diberikan secara gratis, yang jelas Blaze tahu hal ini sebagai sosok yang memiliki pengalaman bertarung banyak setelah Halilintar.
"Hm." Taufan tidak diberi item kemutlakan, lagipula ia tak butuh. "Apa ada orang yang ingin mencuri kekuatan elemental kita sampai kak Hali berlaku seperti itu? Sama sepertiku dulu saat Mariposa mencoba mencuri kekuatanku, aku berlindung dengan memakai item kemutlakan dan berhasil mencapai tahap tiga untuk mengalahkannya."
TINGG!
Solar memetik jari. "Mungkin itu bukan mimpi, kak Hali hanya sok mengatakan ia bermimpi ada orang yang ingin mencuri kuasa kita. Padahal, memang ADA yang mengincar kuasa kita dan ia adalah pihak istana-orang sama yang mengincar nyawa kak Hali karena kak Hali mengetahuinya duluan." Meski yang lain juga berpikir seperti itu, tapi hanya Solar yang mampu mengkonversi firasatnya menjadi kata-kata yang mudah dipahami.
Thorn memegang tangannya erat. 'Mungkin ini juga ya alasan kak Hali meminta Thorn untuk belajar teknik penyembuhan, agar saat kita diserang, tidak ada yang terluka parah atau bahkan ... mati.' Sayang sekali kemampuan Thorn belum seberapa, dan sayang juga karena Thorn baru mengalami kemajuan ketika keadaan sedang genting.
"Kemungkinan besar seperti itu." Gempa setuju. "Aku akan memanggil Yaya untuk menanyakan apa yang terjadi di istana, kurasa kapten Koko Ci sedang menginvestasi apa yang terjadi. Jika kita ingin membantu kak Hali, hal pertama yang bisa kita lakukan adalah bekerjasama dengan mereka." Gempa melayangkan tatapan pada Taufan, mereka sudah mengenal siapa saja tim Koko Ci.
"Lalu, bagaimana rencana kita?" tanya Blaze.
"Rencana apa?"
"Rencana liburan, sepertinya mereka akan bergerak semasa kita pergi." Blaze menyandarkan bahu ke tembok, ia menggaruk belakang lehernya sembari berpikir. "Kalau kita membatalkannya, bukannya itu akan menjadi alarm bagi mereka? Tapi, tidak mungkin juga kita pergi mengetahui kondisi kak Hali sedang tidak baik-baik saja."
"Jelas." Ice mengangguk. "Kita akan membuat skenario seolah-olah kita pergi, lalu menunjuk salah satu pengawal kepercayaan kita untuk mengawasi apa yang terjadi di istana, khususnya kak Hali. Aku rasa mereka akan memulai ketika kita melewati perbatasan istana. Kalau begitu, untuk mengecoh lacakan kepergian, aku akan membuat enam tubuh air yang mempresentasikan diri kita melewati perbatasan. Bagaimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
RESET ➜ HALILINTAR [COMPLETED ✔]
Fiksi Penggemar⚡ COMPLETED: 25 Chapter ✔️ Boboiboy Halilintar, kakak tertua dari tujuh saudara yang mati di tangan adiknya sendiri. Apakah itu adil? Padahal yang Halilintar lakukan adalah melindungi adik-adiknya dari Raja Kerajaan Elemental-Retak'ka, yang ingin me...