Chapter 17 ; Chance(?)

498 97 19
                                    



Hai? Masih ada yang nunggu story ini up? Semoga masih ada ya, hehe.
Sorry karena buat kalian nunggu lama. Tapi aku benar-benar lagi stuck.

Hope you guys masih enjoy setiap tulisan story yang aku buat ☙

"Masih adakah kesempatan bagi mereka yang mencoba menaruh sedikit asa?"

"Masih adakah kesempatan bagi mereka yang mencoba menaruh sedikit asa?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bintang masih enggan menunjukkan dirinya di atas sana. Dua remaja tengah berbaring di atas pasir pantai dengan manik yang menerawang jauh ke atas sana. Tidak ada lagi canda tawa, tidak ada lagi bahasan tentang bagaimana cara kembali menemui orang-orang terkasih yang pastinya tengah menimbun cemas juga rindu.

"Everything will be alright, Jungkook-ah."

Katakan kalau dirinya munafik, karena saat ini pun Jaehyun merasa hancur bukan main. Satu per satu sahabatnya direnggut oleh kejamnya amukan semesta, dimana menyisakan duka mendalam baginya juga Jungkook. Namun kondisi Jungkook saat ini membuatnya harus menjadi lebih tegar di hadapan sahabatnya.

Hening yang tadinya sempat dipecah oleh kalimatnya, kembali dipecah dengan suara isakan Jungkook. Membuat Jaehyun segera mengambil langkah mendekat kemudian merengkuh tubuh bergetar sahabatnya.

"Menangis saja, luapkan semuanya." membiarkan Jungkook menangis di dalam dekapannya, Jaehyun memilih memberikan usapan lembut pada punggung sahabatnya.

"Aku...aku yakin semuanya...akan baik-baik saja." meski terselip rasa ragu karena asanya pun sudah habis tak tersisa, Jaehyun tetap melontarkan kata-kata penenang yang dirinya sendiri pun tidak bisa memastikannya.

Tetap pada posisi seperti itu untuk beberapa saat, Jaehyun tidak lagi mendengar suara isakan sahabatnya. Dimana dirinya sedikit menjauhkan tubuh Jungkook guna mendapati kedua manik sembab sahabatnya telah terpejam sempurna. Pun dengan napasnya yang tadinya tidak beraturan mulai teratur secara perlahan.

"Selamat malam, Jungkook-ah."

Sudut bibirnya tertarik membentuk lengkungan samar. Jaehyun kembali membaringkan tubuh Jungkook di atas pasir pantai kemudian berniat mencari kelapa muda untuk mereka berdua.

"Aku pergi sebentar. Semoga tidurmu nyenyak." gumam Jaehyun sebelum benar-benar berlalu menjauh.

Menarik napas dalam, manik kelam milik Jaehyun menatap sekitarnya bersamaan dengan kedua tungkainya yang terus mengambil langkah maju. Pulau kecil dengan berbagai keindahannya yang dirinya juga para sahabatnya anggap sebagai bentuk bantuan semesta kini telah hancur. Merenggut ketiga sahabatnya sekaligus merenggut seluruh asa yang telah mereka bangun dengan tinggi.

"Kalau memang mau mengambil salah satu dari kami lagi, tolong bawa yang satunya juga. Jangan menyisakan siapapun dengan luka yang pastinya akan sulit untuk sembuh."

"Kalian sudah siap?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalian sudah siap?"

Suara penuh wibawa tadi berhasil mengambil alih atensi keduanya. Membuat Taehyung juga Jimin menoleh ke arah sumber suara dimana Namjoon datang menghampiri mereka dengan setelan lengkap dinasnya. Pria dengan status jabatan perwira tinggi itu lantas meminta keduanya untuk mengikuti langkahnya.

"Hanya malam ini, Taehyung. Setelahnya aku tidak bisa membantumu lagi."

Tidak ada balasan apapun dari yang lebih muda. Namjoon juga tidak mempermasalahkannya. Paham kalau Taehyung pasti masih tidak bisa menerima kalimatnya tadi.

"Naiklah. Kita akan mencari Jungkook dengan kapal ini."

Melawan dinginnya udara malam juga angin laut yang berhembus cukup kencang malam ini, Jimin, Namjoon, Jungkook, juga dua bawahan sang perwira tinggi, mulai menyusuri laut yang menjadi rute kapal yang menjadi transportasi sekolah sang adik menuju pulau Jeju.

"Apa aku tidak jadi pergi saja, ya?"

Suara yang sangat dirindukannya itu kembali terngiang memenuhi rungu. Mengulang kalimat tanya yang seharusnya Taehyung setujui. Bukannya malah meyakinkan adiknya untuk pergi.

"Nanti hyung kesepian."

Benar. Sekarang semuanya terasa sepi bahkan hampir seperti mati rasa. Dunianya kembali runtuh untuk yang kedua kalinya ketika berita tentang tenggelamnya kapal sewol yang ditumpangi adiknya tenggelam karena amukan semesta. Malamnya selalu tersita karena bayang-bayang sang adik terus menghantuinya. Membuat Taehyung sulit untuk terpejam.

Kalau saja dirinya menyetujui ragu sang adik untuk tidak pergi study tour bersama sekolahnya, maka bisa dipastikan kalau saat ini Jungkook masih bersamanya dengan kondisi baik-baik saja. Kedua maniknya kembali memanas ketika mengingat pesan terakhir yang adik kecilnya kirimkan padanya.

Akan aku jual kalungnya.

Sulung keluarga Kim yang tadinya hanya diam mematung dengan manik menatap lurus pada lautan lepas, kini segera merogoh saku celana kain yang dikenakannya guna mengambil benda persegi pintar miliknya. Taehyung mulai sibuk dengan layar ponselnya. Bibirnya terus melontarkan kata 'aku mohon' berulang kali bersamaan dengan jemarinya yang sibuk bergerak lincah di atas layar ponselnya.

Cukup lama berkutat dengan ponsel ditangannya, senyum tipisnya terukir spontan pun dengan kedua tungkainya yang lantas berlarian menuju ke arah ruangan yang tersedia pada kapal. Dimana tanpa sabar Taehyung segera membuka pintunya dengan sedikit kasar dimana hal itu langsung merebut atensi Jimin juga Namjoon yang tengah berbincang dengan satu sama lain.

"Aku menemukan lokasi Jungkook!" berseru dengan lantang, Taehyung lantas mendekat ke arah Namjoon juga Jimin. Menunjukkan layar ponselnya yang berhasil melacak keberadaan sang adik melalui alat pelacak yang dipasangnya pada kalung pemberian darinya untuk Jungkook.

Taehyung sengaja memasang alat pelacak di dalam kalung itu untuk memastikan dimana saja Jungkook berada. Guna membuatnya tenang kalau sewaktu-waktu harus meninggalkan sang adik ketika mendapat pekerjaan keluar kota. Siapa sangka kalau pemikiran randomnya benar-benar membantunya saat ini guna menemukan alasannya masih bertahan sampai saat ini.

"Kita coba. Tapi jangan terlalu menaruh harap yang tinggi. Semua kemungkinan bisa saja terjadi, Taehyung-ah."

Menepuk pelan pundak sosok yang telah dianggapnya layaknya seorang adik, Namjoon melangkah menjauh menuju ke arah ruang kemudi dengan ponsel Taehyung di tangannya. Meninggalkan Taehyung yang kini kembali termenung bersama sang adik, Jimin yang mulai menenangkan sahabatnya dengan berbagai kalimat penuh harap.

"Benar, kemungkinannya hanya ada dua. Hyung bisa bertemu denganmu atau tidak. Dimana saat bertemu pun masih ada dua kemungkinan lainnya, Jungkook-ah."

Hidup atau mati.

==========
To Be Continue

Hehe, maaf baru up lagi.
Jangan lupa tinggalin support kalian ya. Vote and comment for the next part.

See you

Law Of Attraction Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang