•
•"Tinggal sedikit lagi, akankah semuanya berakhir menjadi lebih baik?"
"Berhenti berkata kalau kau menganggapku seperti keluarga, Park Jimin!"
Kedua netra itu saling menatap dengan sirat yang berbeda. Namun rasa kecewa tergambar jelas pada netra tajam milik Taehyung yang kian memerah. Air matanya pun tak bisa dicegah untuk tak mengalir membasahi kedua pipinya.
"Kau marah pada Namjoon hyung, tapi kenapa malah meluapkannya padaku?" kali ini Jimin kembali membuka suaranya, ikut melemparkan tatapan kecewa pada Taehyung yang kini menunjuk tepat di depan wajahnya.
"Karena kau sama saja dengannya!" Taehyung menyentak tak mau kalah. Rasa kecewanya yang terlalu besar mampu membuat emosinya meluap tak terkendali.
"Apa maksudmu?! Aku bahkan datang kemari untuk menemaimu! Tapi apa yang aku dapat?! Aku malah mendapat cacian darimu!"
Habis sudah kesabarannya. Jimin yang sedari tadi mencoba bersikap dewasa kini ikut terpancing emosi. Dibentak, dituding bahkan dihina tentunya dapat menguras habis rasa sabar yang sedari tadi coba dipertahankan olehnya.
Jimin datang menyusul murni karena rasa pedulinya pada Taehyung. Tapi begitu dirinya berhasil mencegah langkah Taehyung yang tergesa, sahabatnya itu malah melemparkan berbagai macam kalimat pedas padanya.
"Aku sedang dalam mood yang buruk, Jimin-ah. Maaf karena sudah membentakmu."
Seruan kecewa yang Jimin lontarkan tadi mampu membuat Taehyung menyadari kesalahannya. Benar dirinya kecewa pada Namjoon, dan tidak seharusnya meluapkan emosi pada Jimin yang notabennya datang untuk menemaninya, menghiburnya.
"Aku permisi, sekali lagi maaf karena sudah kasar padamu." sambungnya pelan.
Karena tak kunjung mendapatkan balasan apapun dari Jimin yang masih setia menatapnya kecewa, Taehyung memilih untuk membalik tubuhnya, kembali melanjutkan langkahnya menuju ke arah Hyundai hitamnya.
Mendudukkan dirinya pada kursi kemudi, Taehyung memilih memejamkan sejenak kedua matanya. Menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan, mencoba menenangkan dirinya yang sempat lepas kendali.
Namun beberapa detik selanjutnya, Taehyung kembali membuka kedua netranya dengan nafas yang sedikit terengah. Air matanya kembali mengalir dengan sesak yang ikut menyerang membuatnya merasakan sakit yang bukan main.
"Tunggu sebentar lagi, Hyung akan segera datang. Hyung akan berusaha agar bisa kembali bertemu denganmu."
Bayangan tentang wajah adiknya kembali datang. Hatinya sangat yakin kalau Jungkook-nya tidak termasuk ke dalam daftar korban yang meninggal dunia seperti apa yang dikabarkan padanya semalam. Adiknya masih hidup, Taehyung yakin betul akan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Law Of Attraction
FanfictionLiburan yang seharusnya menjadi hari-hari menyenangkan malah membawanya pada tragedi yang tak terduga. Note : • Bahasa semi baku