Chapter 9 ; Struggle

632 112 20
                                    


Hai? Apa kabar kalian?
Leave your support,

And Happy Reading~

Menghela napasnya lelah, kedua netra milik Jimin tidak henti-hentinya menatap ke arah Taehyung yang saat ini tengah sibuk berkutat dengan beberapa dokumen di mejanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menghela napasnya lelah, kedua netra milik Jimin tidak henti-hentinya menatap ke arah Taehyung yang saat ini tengah sibuk berkutat dengan beberapa dokumen di mejanya. Pria itu juga sibuk pada layar laptop di depannya, sama sekali tidak menghiraukan kehadiran Jimin di ruangannya.

"Tae, setidaknya kau harus makan terlebih dulu. Apa kau tidak lelah berkutat dengan pekerjaan selama 6 jam penuh? Tubuhmu juga perlu istirahat."

Tidak ada sahutan, bahkan Taehyung seperti menganggap ucapannya tadi bagaikan angin lalu. Jimin ingin kembali membuka suaranya. Tapi belum sempat belah bibirnya terbuka, suara pecahan kaca sudah lebih dulu menggema memecah keheningan.

"Astaga!" Taehyung yang tadinya sibuk dengan pekerjaannya segera berlari ke arah dimana figura yang mejadi pajangan di ruangannya jatuh dan pecah berserakan di lantai.

Jimin yang melihat itu juga segera ikut menghampiri Taehyung yang kini sudah berlutut dengan tangan yang terulur untuk mengambil selembar foto dengan ukuran yang cukup besar itu.

"Kook, hyung rindu." lirih Taehyung dengan pandangannya yang perlahan menyendu.

Foto ini diambilnya bersama Jungkook tepat tiga bulan yang lalu. Dimana Taehyung harus memaksa anak itu agar mau melakukan foto shoot bersamanya. Tapi siapa sangka kalau dalam kurun waktu tiga bulan juga, Taehyung harus mendapat kabar buruk tentang adiknya?

Sepertinya Tuhan sangat senang mengajaknya bermain dengan takdir.

Tidak ingin menyalahkan, tapi kalau bukan mempertanyakannya kepada Tuhan, pada siapa lagi Taehyung bisa mengeluh? Disaat terpuruk seperti ini terkadang membuatnya bepikir untuk berhenti percaya dengan-Nya.

"Jangan menyalahkan takdir atau siapapun dalam hal ini." ujar Jimin yang seolah mengerti kemana arah pikiran Taehyung saat ini.

Dan seperti itulah Tuhan selalu berhasil membawanya kembali untuk percaya dan menghilangkan pikiran buruknya. Dengan cara mengirim sosok Jimin untuk selalu mendampinginya.

"Kalau aku masih bisa meminta, maka tolong kembalikan adikku dalam keadaan selamat. Aku percaya padamu, Penguasa Semesta. Aku yakin kau akan mendengarkan permohonan ku ini."

Langit perlahan menghitam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit perlahan menghitam. Rintik hujan juga mulai menitik menyapa daerah di sekitaran dataran yang berada pada titik tengah hamparan laut yang luas.

"Mingyu! Jaehyun!"

Suara teriakan tiga remaja laki-laki yang kini tengah berlari menerjang angin yang berhembus kencang, tentunya tidak mendapat balasan apapun dari dua empunya nama yang mereka serukan bersama.

"Ayo berpencar! Kita harus segera menemukan mereka!" usul Jungkook yang mulai tak sabaran karena rasa cemasnya semakin menjadi-jadi.

Namun tentunya hal itu langsung ditolak mentah-mentah oleh Minghao yang kini melemparkan tatapan tak percaya pada Jungkook.

"Apa kau gila?! Kalau kita berpencar, yang ada akan semakin lama untuk kembali berkumpul lagi! Kita cari mereka bersama! Tidak ada bantahan!" sahut Minghao menolak mentah-mentah usul Jungkook tadi.

"Tapi kita akan kehilangan banyak waktu! Bisa saja badainya semakin kencang nanti!!"

Jungkook kembali berteriak menyerukan opininya. Minghao yang perlahan mulai tersulut hendak mengajukan penolakannya lagi. Tapi sebelum itu terjadi, Eunwoo segera menengahi keduanya dengan cara berdiri di antara Jungkook dan Minghao kemudian menarik kerah seragam kedua sahabatnya itu.

"Berhenti membuang waktu, bajingan! Kita harus mencari mereka sekarang!" bentak Eunwoo dengan rahangnya yang ikut mengeras menahan emosi.

Setelah mengatakan itu, Eunwoo segera berlalu meninggalkan keduanya. Membiarkan Minghao dan Jungkook sempat terdiam di tempatnya sebelum pada akhirnya mereka mulai mengikuti langkah Eunwoo.

"Mingyu! Jaehyun!" kembali seperti semula, kegitanya berseru bersama memanggil nama dua sahabat mereka yang tadinya berniat mengumpulkan kelapa.

"Lihat! Apa itu mereka?!" Eunwoo berseru dengan nada riang yang terdengar jelas saat netranya menangkap afeksi Mingyu dan Jaehyun yang sedang berlari ke arah mereka.

Namun saat mereka kembali berkumpul, kelima remaja laki-laki itu langsung berlarian ke arah hutan setelah Mingyu berseru menyuruh mereka berlari menjauh dari pantai.

"Goa! Kita pergi ke arah goa itu dan berlindung disana!" Minghao memberi arahan yang langsung mendapat anggukan paham dari Eunwoo dan Jungkook.

"Kalian ikuti kami! Kalau kita berhasil sampai disana tepat waktu, maka kita akan selamat!"

Detak jantung berpacu dengan cepat. Napas kelimanya tersendat-sendat dengan rasa sesak dan takut yang mulai memenuhi setiap rongga pada tubuh. Keringat yang mengalir tertutup samar oleh air hujan yang juga membasahi tubuh kelimanya.

Tadi, saat Mingyu dan Jaehyun mencoba mengumpulkan kelapa mereka harus dikagetkan dengan hujan yang perlahan mulai turun. Mengira kalau itu hanya hujan biasa seperti sebelumnya, mereka memilih untuk tetap melanjutkan kegiatan mengumpulkan buah kelapa yang berjatuhan di atas pasir.

Tapi saat angin bertiup kencang, netra keduanya secara otomatis melirik ke arah air laut. Dan pada beberapa menit ke depan, Mingyu dan Jaehyun langsung berlarian meninggalkan buah kelapa yang sudah mereka kumpulkan dengan susah payah.

Karena di hadapan mereka, di depan mata kepala mereka sendiri, Jaehyun dan Mingyu bisa melihat dengan jelas bagaimana air laut perlahan menyusut sebelum kemudian menampilkan gelombang besar bersamaan dengan getaran yang luar biasa hebatnya.

"Ayo cepat!" Eunwoo berteriak kesetanan saat melihat jarak gelombang tinggi yang semakin mendekat.

"Oh tidak! Kalungku!"

Jungkook menghentikan langkahnya saat benda yang harusnya melingkar apik pada lehernya kini terjatuh dan tertelan pasir. Bukan hanya berhenti berlari, saat ini Jungkook bahkan sudah berlutut guna mencari benda pemberian terakhir yang kakaknya berikan.

"Kook, jangan bodoh! Cepat bangun! Kita tidak punya banyak waktu!" Mingyu yang tadinya sudah berlari di depan kembali berbalik saat menyadari kalau Jungkook tidak ikut berlari bersama mereka.

"Tidak bisa! Aku harus menemukan kalungku!"

Mingyu yang tidak ingin berdebat, mencoba melirik sekilas ke belakang sebelum ikut berlutut membantu Jungkook menemukan kalungnya.

"Ini kalungmu, tapi setelah ini tolong jangan menyalahkan dirimu sendiri kalau seandainya ada hal buruk yang terjadi." Mingyu tersenyum.

Sedikit bangkit dari posisinya kemudian memeluk erat Jungkook dari arah belakang. Menutupi tubuh Jungkook yang lebih kecil darinya dengan memberikan pelukan yang erat.

"Aku menyayangimu, Kook. Ayo tetap bersahabat di kehidupan selanjutnya."

Dan pada detik selanjutnya, Jungkook tak bisa membalas ucapan Mingyu karena deburan gelombang tinggi yang mereka takuti sudah lebih dulu memporak-porandakan pulau kecil yang seharusnya menjadi tempat mereka beristirahat dan melepas penat juga rasa takut untuk sesaat.

= = = = =
To Be Continue.

Seperti biasanya, cuma mau minta kalian buat tinggalin jejak 😉.

See you in next part guys, love ya!
Xoxo from me💘
= = = = =

Law Of Attraction Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang