Chapter 11 ; Don't Worry

670 117 15
                                    


Song recommendation,
Don't Worry, My Dear - D.O ft Jo Jung Suk.

Happy reading~

"Gyu?"

Mencoba bangkit dari posisi tertidurnya, Jungkook merangkak mendekat ke arah Mingyu yang berbaring tak jauh disampingnya. Mengabaikan rasa sakit yang perlahan menjalar memenuhi seluruh anggota tubuhnya, kini Jungkook memilih untuk duduk bersimpuh di samping Mingyu.

"Gyu?" memanggil nama sang sahabat sekali lagi, tangannya mulai terulur untuk mengguncang pelan tubuh Mingyu yang masih belum memberikan reaksi apapun.

Dingin.

Tubuh Mingyu terlalu dingin untuk ukuran suhu tubuh manusia pada umumnya. Menggeleng pelan, hatinya masih belum percaya dengan apa yang pikirannya katakan.

"Gyu? Kau mendengarku?" menggenggam tangan sahabatnya, Jungkook mulai menggosokkan kedua tangannya bersamaan dengan kedua telapak tangan Mingyu yang digenggamnya.

Sementara itu, Jaehyun dan Minghao hanya bisa berdiam diri di tempatnya. Kepala kedua pemuda itu menunduk dalam, tanda tak kuasa melihat pemandangan di depannya.

"Eiy~ jangan bercanda, Kim." Jungkook terkekeh pelan dengan kedua tangannya yang beralih untuk menepuk kedua pipi Mingyu pelan.

Gyu, ayo buka matamu.

Sayangnya semua yang Jungkook lakukan hanyalah sebuah kesia-siaan. Apapun yang dilakukannya tidak mendapat respon apapun dari Mingyu yang masih betah menutup kedua matanya dengan sempurna.

Namun Jungkook tidak menyerah begitu saja. Membuka seragam milik Mingyu, dirinya sedikit meringis begitu melihat banyaknya memar juga luka baret yang cukup lebar menghiasi tubuh sahabatnya.

Gyu, ku mohon....

Dengan bibir juga tangannya yang bergetar, Jungkook mengerahkan sisa tenaganya untuk menekan dada Mingyu berharap agar jantung sahabatnya akan kembali berdetak. Namun tetap saja usahanya kali ini tidak membuahkan hasil.

Nihil-------dada sahabatnya tetap tenang tak bergerak sedikitpun.

"Mingyu sudah tiada, Kook." Minghao mendekat, memeluk tubuh Jungkook dari arah samping.

"Apa yang kau katakan Hao?! Mingyu masih hidup! Lihat, aku akan membuatnya kembali bangun!"

Jungkook menggeleng keras. Menyeka air mata yang perlahan kembali mengalir deras kemudian menekan berulang-ulang dada Mingyu seperti yang dilakukannya tadi.

"Aku menyayangimu, Kook. Ayo tetap berteman di kehidupan selanjutnya."

Tidak! Jungkook kembali menggelengkan kepalanya begitu suara Mingyu perlahan mulai memenuhi pendengarannya. Jungkook tidak ingin mereka berteman di kehidupan selanjutnya. Dia ingin Mingyu tetap disisinya sekarang. Bukan bertemu di kehidupan selanjutnya.

"Kita sudah melalui banyak hal. Kita mengalami banyak kesulitan bersama. Tapi ingatlah, masa lalu tetaplah masa lalu. Biarkan semuanya berjalan sesuai takdir. Dan lepaskan semua rasa bersalah yang ada pada dirimu."

"Kook, aku tidak tau apa yang akan terjadi ke depannya. Tapi kalau seandainya hanya salah satu dari kita yang selamat, maka jangan pernah menyalahkan dirimu sendiri atas kepergianku."

Semua memori tentang beberapa saat sebelum gelombang besar tsunami menyerang mulai menghantuinya. Bagaimana Mingyu memeluknya erat dari arah belakang sambil membisikkannya semua kalimat penyemangat kembali berputar pada ingatannya.

Bahkan saat gelombang tsunami sudah sampai pada arus baliknya, Mingyu tetap memeluknya erat. Menghalangi setiap benda bawaan arus yang berniat menghantam keras tubuhnya.

"Aku senang bisa mengenalmu, Kookie-ya."

Jemarinya meremat kuat kerah seragam Mingyu yang sudah tertidur dengan lelap. Tubuhnya semakin bergetar hebat karena isakannya mulai tak bisa ditahannya lagi.

Semua pertahanannya runtuh sudah. Jungkook benar-benar kehilangan salah satu sahabatnya. Sahabat terbaiknya.

Dulu, sangat sulit bagi Jungkook untuk mendapatkan teman di masa sekolah menengah pertamanya. Saat itu Jungkook bukanlah remaja tampan dengan segudang prestasi seperti sekarang ini.

Saat itu Jungkook hanyalah anak laki-laki tampan biasa dengan segudang sifat introvetnya yang membuat teman sekelasnya tak terlalu menyapanya. Dan saat itu pula Mingyu datang.

Mengulurkan tangan padanya kemudian mulai mengenalkannya pada dunia baru. Membantu Jungkook yang pemalu juga pendiam, berubah menjadi Jungkook dengan segudang prestasi seperti sekarang ini.

Dan semenjak kehadiran Mingyu, Jungkook merasa kalau hidupnya lebih berwarna. Dirinya sangat senang saat menemukan Mingyu, sahabat pertamanya yang berjanji akan selalu bersamanya sampai tua.

Sampai tua?

Jungkook kembali meringis, merasakan sesak yang semakin menyiksanya. Kembali dari semua lamunannya, Jungkook mulai menekan dada Mingyu sambil terus memanggil nama sahabatnya dengan isakan pilunya.

Bahkan kali ini Jungkook mulai memberikan nafas buatan pada Mingyu sambil mengecek nadi pada leher sahabatnya yang sama sekali tak berdetak.

"Hentikan, Kook. Ini sudah lebih dari 15 menit." lirih Jaehyun pelan.

"DIAM JAE!"

"Pikirkan dirimu juga, Kook. Jangan begini terus."

"AKU BILANG DIAM! DIAM! KALIAN DIAM SAJA!!"

Jungkook menjerit histeris. Menepis kasar lengan Minghao yang menyentuh pundaknya dengan kasar. Kemudian pada detik selanjutnya, Jungkook kembali melakukan hal yang sama.

Menekan kuat dada Mingyu berulang kali dengan sisa-sisa tenaganya saat tubuhnya sendiri menjerit kesakitan. Tangannya mulai mati rasa----terlalu kebas karena terus menerus menekan dada sahabatnya dengan kuat.

Jungkook hanya tidak ingin kehilangan Mingyu. Dia tidak ingin melihat kematian sahabatnya di depan mata kepalanya sendiri. Dan yang paling menyiksanya adalah rasa bersalah.

Mingyu meregang nyawa karena melindunginya. Memeluknya erat agar terhindar dari hantaman buruk benda yang terseret arus balik.

"Kook, sudah cukup!" Minghao membentak, menarik lengan Jungkook namun kembali ditepis kuat oleh si empunya.

Gyu, bagaimana bisa kau masih tersenyum begitu?

Berniat memberikan nafas buatan entah untuk yang keberapa kalinya, Jungkook mulai merasakan matanya memberat. Dan tepat sebelum dirinya berhasil memberikan nafas buatan untuk sahabatnya, tubuh Jungkook sudah lebih dulu ambruk di atas tubuh Mingyu yang memejamkan matanya sempurna dengan sudut bibir yang sedikit tertarik ke atas.

Benar, Mingyu sahabatnya masih bisa mengulas senyum tipis bahkan setelah banyaknya rasa sakit yang tadi menyerangnya tanpa henti.

Terakhir yang bisa ditangkapnya adalah suara Jaehyun yang memanggil namanya berulang kali sebelum hitam benar-benar menjemputnya.

Tubuh dan pikirannya terlalu lelah menahan semua rasa sakit dari permainan takdir yang Tuhan berikan.

==========
To Be Continue.

Hope you guys bisa dapet feelnya🙏

Jangan lupa tinggalin support kalian buat book ini.

See you in next part~
===========

Law Of Attraction Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang