Chapter 18 ; Hug

540 76 19
                                    


Update lagi setelah sekian lama, hehe. Buat kalian yang masih nungguin book ini, aku mau bilang maaf dan terimakasih yang sebesar-besarnya ❤


"Rencana yang dimiliki semesta terkadang memang tak masuk di akal."

"Jangan terlalu menaruh harap, Taehyung-ah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan terlalu menaruh harap, Taehyung-ah. Aku berkata demikian karena tak ingin kau merasa hancur saat harapanmu tak sesuai dengan apa yang akan kita temui nantinya."

Ada hening disana selama beberapa menit disana. Kedua insan yang tengah menjatuhkan fokus pada lautan lepas membiarkan hembusan angin menerpa wajahnya dengan kedua mata yang terpejam.

"Masuklah ke dalam, kau perlu beristirahat juga." dua tepukan pelan diberikan pada pundaknya sebelum sahabatnya berlalu menjauh darinya. Kembali memberikannya waktu untuk menyendiri, meninggalkannya dengan suara debur halus lautan yang kini tengah diarunginya.

"Nanti hyung kesepian."

Kalimat yang sejak tadi terus menerus mengisi memenuhi rungu kembali terulang. Manik tajam yang tadinya terpejam perlahan mulai terbuka. Menatap lurus pada hamparan air laut yang luas dengan bulir bening yang mulai menumpuk saat sesaknya hadir untuk yang kesekian kalinya.

Meski asa kembali hadir dengan presentase yang sangat kecil yang mampu membuatnya mampu bernafas dengan lebih baik hingga detik ini, tak dapat ia pungkiri kalau atmosfer aneh yang kembali membuatnya merasa sesak kerap kali datang kala benaknya dipenuhi akan kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi. Terlebih lagi ketika beberapa saat yang lalu laut tak setenang saat ini.

"Kau pasti baik-baik saja, kan? Adik kecilku pasti baik-baik saja..." bisikan lirihnya dibiarkan terbang terbawa oleh hembusan angin yang tak pernah absen untuk menemaninya. Berharap kalau angin mampu membawa juga menyampaikan pesannya pada sang adik yang berada pada belahan bumi yang belum mampu dijangkaunya.

Mentari kembali berpamitan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mentari kembali berpamitan. Tenggelam di telan oleh luasnya laut kemudian membiarkan rembulan mengambil alih tempatnya. Malam ini bintang-bintang kembali absen menunjukkan sinarnya. Membiarkan kedua pemuda yang tengah berbaring di atas pasir pantai beratapkan langit malam yang menjatuhkan rintik gerimisnya.

Tak ada lagi senyum yang mampu terukir, tak ada juga asa yang tersisa. Yang ada hanya kepedihan. Selimut duka terus merengkuh tanpa merasa lelah. Menyisakan sesak kala kedua manik salah satunya kembali terbuka guna menatap wajah damai sahabatnya yang berbaring tepat di sampingnya.

"Jaehyun..." memanggil pelan, kedua tangan bergetarnya ia ulurkan untuk membingkai kedua pipi Jaehyun yang masih setia menutup kedua matanya.

Dingin. Hal pertama yang dirasakan olehnya kala kedua telapak tangannya bersentuhan dengan kulit pipi milik Jaehyun adalah dingin.

Tidak, tidak mungkin.

Menggeleng pelan, tubuh yang hampir mati rasa karena terlampau banyak menerima rasa sakit dipaksanya untuk bangkit dari posisi berbaringnya. Jungkook mencoba mendudukkan dirinya kemudian menepuk pelan pipi kanan Jaehyun yang masih setia terlelap.

"Kau tau kalau aku paling tidak suka diajak bercanda seperti ini, bukan?"

Tidak ada reaksi yang diberikan. Bahkan hanya sebuah pergerakan kecil pun tak ia dapatkan sebagai balasan dari tepukan keras yang diberikannya pada pipi Jaehyun. Hati kecilnya masih menolak dengan keras meski bulir bening kini mulai mengalir deras membasahi kedua pipinya.

Beberapa saat yang lalu, ketika corak indah langit senja digantikan oleh warna kelabu yang pekat, derai air hujan yang turun dengan deras berteman angin yang bertiup kencang mampu menimbulkan mimpi buruk baru baginya.

"Jungkook awas!"

Masih terekam dengan jelas bagaimana Jaehyun berlari cepat ke arahnya lalu merengkuh tubuhnya saat gulungan ombak yang cukup tinggi kembali hadir menyapu bagian pesisir pantai tempat keduanya mengambil tempat guna mengistirahatkan tubuh yang lelah.

Memang bukan gulungan besar, namun amukan kecil laut yang kembali hadir mampu merenggut sisa asa yang coba dibangunnya.

"Aku lelah, Jungkook-ah. Tolong bantu aku berbaring ya? Aku ingin tidur sebentar."

Saat laut kembali tenang juga membebaskan keduanya yang sempat terseret paksa, Jaehyun meminta dengan pelan. Dimana senyum masih sempat terukir pada wajah tampan sahabatnya itu kala melontarkan pinta yang tentunya Jungkook sanggupi meski tubuh kembali diserang oleh rasa sakit yang bukan main rasanya.

Dengan sangat berhati-hati, Jungkook membaringkan tubuh Jaehyun di atas dinginnya pasir pantai. Hela napas Jaehyun sempat memberat selama beberapa detik namun berangsur membaik saat Jungkook melempar tanya khawatir pada sahabatnya.

"Berbaringlah di sampingku."

Sempat menolak, pada akhirnya Jungkook ikut membaringkan tubuhnya karena Jaehyun mulai memaksa. Kedua matanya juga terpejam sempurna karena Jaehyun memintanya untuk beristirahat sembari memejamkan kedua matanya.

"Kenapa kau melakukan hal yang sama seperti apa yang Mingyu lakukan?" mengajukan tanya masih dengan kedua matanya yang terpejam, Jungkook merasa sesak kala rungunya mendengar bagaimana sulitnya Jaehyun mengambil satu tarikan napas panjang sebelum memberi jawab.

"Tanpa alasan. Itu reaksi spontan yang aku lakukan saat melihat gulungan ombak itu datang."

"Dan kau pasti tau kalau itu sangat berbahaya untuk dirimu sendiri, Jaehyun-ah."

Tak ada balasan. Karena pada kenyataannya memang demikian. Dengan memeluk tubuhnya erat, Jaehyun melindungi Jungkook dari bebatuan yang ikut terseret oleh tarikan laut yang terbilang cukup kuat.

Kondisi Jaehyun yang memang tak baik-baik saja, kini semakin menyedihkan.

"Terimakasih karena sudah merangkulku di saat kedua orang tuaku sendiri memilih untuk melanjutkan hidup mereka masing-masing. Kalau aku tidak melakukan itu, maka kau bisa saja pergi meninggalkan ku. Dan aku tidak mau hidup sendirian tanpa kalian semua."

Jaehyun menjeda kalimatnya sejenak. Kembali mengatur napasnya yang mulai tercekat juga mencoba mempertahankan sadarnya yang perlahan menipis.

"Aku memang memiliki kedua orang tua yang entah menunggu kepulanganku atau tidak. Tapi yang aku tau pasti, hanya para sahabatku yang selama ini selalu bersamaku. Jadi kalau memang masih diberikan kesempatan untuk membuka mata, aku mau kau juga masih bersamaku."

"Lalu kenapa malah kau yang pergi meninggalkanku sendiri disini, Jaehyun-ah?"

Di bawah langit malam yang dipenuhi oleh awan hitam yang masih setia memuntahkan muatannya seolah menangis bersamanya, Jungkook meraung dengan keras. Mengumpati semesta yang dengan kejam merenggut seluruh sahabatnya.

"Kenapa tak langsung membunuhku juga?! Kenapa tak langsung membunuhku?! KENAPA?!"

Muak dengan semua yang terjadi juga terlampau sakit karena sesak yang semakin menggerogotinya, Jungkook mulai hilang kendali dan mulai memukuli dirinya sendiri karena merasa bersalah. Dimana tanpa ia sadari, semesta kembali mengirimkan kejutan lain baginya. Karena tak berselang lama, di sela derasnya suara hujan, suara lain ikut terdengar berseru memanggilnya.

==========
To Be Continue.

Semoga masih ninggalin feel ya buat kalian. Jangan lupa buat tinggalin jejaknya, vote & comment.

Thank you and see you ❤

Law Of Attraction Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang