III . Awal = ...

4.2K 479 22
                                    

.
.
.
.

Jeongguk

x

Taehyung

.
.
.
.

Pagi itu Taehyung seperti biasa tengah menikmati pagi harinya dengan bersantai. Membaca buku kuno yang ia bawa dari perpustakaan kerjaan.

Ditemani dengan secangkir teh yang hangat, dan tiga pelayannya. Masih ingat dengan Lisa, Rose dan Jisoo.

Mereka memilih untuk menjadi pelayan Taehyung yang setia. Mereka tidak menyangka kalau Taehyung yang sekarang sangat berbeda.

Terlebih mereka punya alasan kenapa sekarang mereka memilih setia dengan Taehyung.

Alasan yang mereka simpan untuk diri mereka sendiri dan enggan memberi tahukan lada rekan rekannya termasuk Taehyung.

Sedangkan Taehyung jelas tidak peduli. Yang penting mereka tidak mengganggu dirinya dan melewati batasan. Itu saja.

Tali sepertinya dewi fortuna sedang mencoba mengujinya. Entah angin dari mana tiba tiba sosok yang begitu Taehyung benci muncul di taman kediaman kecil Taehyung.

Sosok yang selalu di labeli sebagai malaikat pembawa berkah. Jimin. Benar hanya Jimin. Tidak ada marga di belakang namanya.

Dia hanya rakyat biasa yang secara kebetulan menjadi sosok penolong ayahnya yang terluka ketika saat berburu di hutan.

Sosok polos bak peri yang selalu periang dan polos sekali. Sosok yang menenggelamkan Taehyung dalam bayang bayangnya.

Tapi apakah ia memang sepolos itu. Tentu saja tidak karena cuma Taehyung yang tahu siapa Jimin sebenarnya.

Di balik wajah sok polosnya selalu tersenyum merendahkan ketika Taehyung di marahi, di hina, di rendahkan dan di permalukan oleh ayahnya sendiri.

Dengan riangnya Jimin menghampiri Taehyung, yang acuh saja meski ia menyadari kehadirannya.

" Taehyung.. bagaimana kabarmu? Ku dengar kemarin kau pergi ke perpustakaan ya? Kok sekarang gak ke meja makan lagi sih? Padahal kan yang mulia dan aku menunggumu lho."

Dengan polosnya Jimin langsung duduk di depan Taehyung. Biasanya Taehyung yang dulu selalu murka jika Jimin duduk di depannya. Dan ia akan mendapat tamparan gratis dari ayahnya serta tatapan merendahkan dari para pelayan.

Tapi sekarang Taehyung hanya mendengus kecil. Hei dia sadar dari tadi itu Jimin sedang memanas manasi hatinya agar ia menindas Jimin. Dan anak itu akan mengadu pada Namjoon.

" Untuk apa menungguku? Toh aku juga tidak ingin bergabung."

Jawaban dari Taehyung membuat bahu Jimin tersentak kecil. Terlebih mendengar nada datarnya.

Tangannya diam diam mengepal di bawah meja. Wajah cerianya berubah jadi sendu. Matanya mulai berkaca-kaca siap menumpahkan air matanya.

" Hiks.. Taehyung benci sama aku ya? Hiks.. padahal kan aku hanya ingin merasakan makan bersama hiks.." tangis Jimin yang membuat siapapun langsung iba.

Taehyung menatap datar. Bahkan dengan santainya menopang dagu seolah melihat Jimin menangis adalah tontonan yang menarik.

Begitu juga dengan ketiga pelayan Taehyung yang memandang datar. Mereka sudah tahu kalau Jimin memang selalu seperti itu.

" Percuma kau menangis Jimin. Mending kau pergi dari sini dan jangan mencoba mendekatiku lagi. Karena kita sejatinya sudah berbeda."

Taehyung memilih bangkit dan pergi diikuti ketiga pelayannya tanpa membungkuk seperti pelayan yang lain.

The BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang