[15] ᯤ֟

1.5K 124 46
                                    

× just your love ×

.

.

.

Fact; judul ini book 100% ngasal dibuat:'D

[]

Neth menghela napas gusar. Ia menatap resep dokter yang di berikan kepada nya, ia... Merasa dejavu dan gelisah.


Penyakitnya kembali kambuh.... Kenapa harus sih? Neth pusing memikirkan semuanya, mulai dari pekerjaannya, indo koma, dan sekarang di tambah penyakitnya? Dia bisa gila.(?)

"Neth... Lo ngelamunin apa?" Sebuah suara buat neth terbangun dari lamunannya dan langsung mendongok ke arah suara. Oh, hanya malay. "Halo juga. Sedang apa?" Tanya neth datar, "nemenin temen, soalnya dia sakit di sini. Sayang banget beda rs sama indo" oceh malay hanya di balas anggukan kecil dari lawan bicaranya.


Au ah neth gk asik.


"Lo ngapain juga di sini?" Malay kembali bertanya. Neth tiba-tiba sedikit panik dan menyembunyikan sesuatu di tangannya. "Itu apaan?" Malay langsung mengambil benda di tangan neth secara paksa karna neth malah memberontak.

Kaya anak kecil yang berebut main.

"Liat heh! Pelit banget!!" Ucap malay sembari terus berusaha merebut kertas itu dari tangan neth. "Gk akan!, Gk usah kepo lo sialan!" Umpat neth lalu malah kabur karna capek debat fisik sama malay.

"JANGAN KABUR WOYY!!" teriak malay menggema di sepanjang lorong.

Tak lama malay di tegur suster di sana karna dia berisik. Ok end aneh.

[]

Nah kan. Indo jadi harus pulang sendiri karna hukuman yang neth kasi itu bersihkan semua toilet yang ada di sekolah dan total toilet di sekolah itu ada 5 dan 19 bilik! Kok dia jadi kaya kerja paksa sih?

Indo menggelengkan kepalanya cepat, mengingat kata kerja paksa rasanya dejavu tentang masalalunya lagi. Indo membuka pintu alfamaret, ia berencana membeli minuman untuk di perjalanan.

Indo jalan kaki? Ya, kebetulan untuk olahraga juga.

Setelah memilih milih minuman yang ada, indo segera membayarnya lalu melanjutkan perjalanannya dengan san- mungkin tidak santai?

Karna, indo mencium bau amis tak sedap dari gang kecil di dekatnya. Bau darah? Ada pembunuhan?? Ya mungkin, karna jalan yang indo lalui saja sudah sepi-indo memilih jalur ini karna tak suka suara ribut kendaraan-.

Entah kenapa, tubuh nya terasa bergerak sendiri ke arah bau amis itu. Dia, penasaran!

"Ah... Hiks, a-aku tak s,sengaja... Hiks... Ibu.." tubuh indo menegang mendengar suara isakan yang tak asing, suaranya familiar! Tapi... Siapa? Dan kenapa ia menangis dengan mau amis di sekelilingnya? Apa... Tidak tidak! Jangan perfikiran negatif dulu!.

.
..
.

Indo... Melihatnya. Dia juga melihat indo. Beradu pandang, semua terasa dejavu. Darah dan nangisan itu membuat mereka membeku di tempat, masa lalu itu terbuka lagi. Indo mundur beberapa langkah, ia mual dan pusing setelah melihat banyak kubangan darah di dekat tempat tersebut.

Tanpa sadar indo meneteskan air mata. Ia takut, jijik, dan mual... Ia menutup mulut dan hidungnya, bau amis dan warna pekat darah membuatnya mau mati rasanya. Indo kabur, lagi. Sama seperti waktu dulu juga.

Indo berlari secepat mungkin tanpa memperdulikan perutnya yang mulai terasa keram mencekik.

::::

Indo terduduk dengan menyandarkan tubuhnya pada pintu rumah papanya dengan napas terengah-engah. Semuanya campur aduk rasanya! Pusing dan sakit menggerogoti tubuh nya yang berkeringat itu.

Harusnya ia tak mengikuti aroma amis itu tadi, ia lupa satu hal. Dia phobia darah.

Indo menjambak-jambak rambutnya untuk menghilangkan rasa takut dan stress yang melandanya tiba tiba ini.

"Indo kamu ngapain di situ?" Sebuah suara menyadarkan indo. Ia mendongok, oh hanya Thailand saja. "Lagi... Cari udara segar doang" bohong indo dengan senyum.

Thail duduk di dekatnya lalu mengambil sapu tangan di sapu miliknya, "elap keringat mu dulu..." Indo langsung mengambil sapu tangan itu dan mengelap wajahnya yang penuh keringat itu.

Indo memberikan kembali, "makasih"ujarnya. Thail mengangguk pelan lalu berkata; "masuk yu, bentar lagi jam makan malam. Kamu juga belum mandi" setelah itu mereka masuk. Indo harus tampak biasa saja.

[]

"Lagi??" Ujar perempuan itu pada neth, "mau bagaimana lagi" timpal neth membuat Belgium-perempuan itu- sedikit jengkel. "Kagak usah ke barang-barang juga! Liat rumah ini kaya kapal hancur!" Omel nya kesal sembari melihat kondisi rumah neth yang berantakan.

"Setidaknya sekarang kamu punya kerjaan" ujarnya membuat Belgium ingin memukul nya. "Ih udh di bantuin malah ngejek! Gk sopan!!" Omel nya. Ok, lama-lama telinga neth bisa berdarah sepertinya.

Ia terus mengomel sembari membantu neth membersihkan kekacauan di rumahnya itu. Neth harus berterimakasih atau bagaimana??

"Udah di bilang gk usah di pikirin terus! Tau otak minim di kasi beban berat kan stress!" Akhir dari omelan bel. Neth mendesah lega, akhirnya suara itu hilang!

"Perasaan gk bisa di kontrol sesukamu bel" Belgium hanya memutar bola matanya malas, udah berkali-kali rasanya ia mendengarkan kata kata itu.


.

.

.

[Chapter 15 - selesai]


AUTHOR NOTE;

- pendek? Yaa, biar plot twist nya seru heheheh:v
- plot twist nya udh keliatan... Ayo di tebak!! Yang mendekati sy kasi hadiah :V /j
- harusnya ini up nya kemarin, tapi karna sy sakit dan masih kurang hari ini sj dehh


[ See you next chapter !૮₍ ๑ • ᵜ ก ๑ ₎ა࣪]

just your love [netherindo] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang