Prolog

34.3K 2.1K 44
                                    

Nama ku Arielle, usiaku baru saja menginjak 27 tahun seminggu yang lalu. Pencapaian apa yang aku dapatkan diumurku yang hampir menyentuh kepala tiga ini? Tidak ada selain kerja keras, aku masih rajin mengisi celengan ayam meski setiap tidak memiliki uang aku akan membobol celengan itu, lagi, dan lagi.

Bahkan hidup ku dikelilingi hutang yang akan terus bertambah setiap harinya.

Awalnya kehidupan ku bisa dikatakan baik, ekonomi yang mencukupi dan memiliki keluarga yang harmonis. Aku memiliki seorang kakak laki-laki, sayangnya dia sama sekali tidak bertanggung jawab!

Ini bermula saat dia ditinggalkan kekasihnya menikah dengan orang lain, sejak saat itu kakak ku sering mabuk-mabukkan, berjudi, dan menipu sana sini dengan mengatasnamakan investasi.

Perusahaan katering yang dijalani keluarga ku harus gulung tikar saat penipuan yang dilakukan kakak ku tercium polisi, dia dipenjara dan kami harus mengganti rugi pada mereka yang menginvestasikan uangnya pada kakak ku. Dalam sekejap keluarga ku hancur, sekitar 5 bulan setelah kakak ku dipenjara dia dikabarkan meninggal bunuh diri.

Saat itu usia ku baru saja 15 tahun, ibu ku sakit-sakitan tak berselang lama ibu ku pun meninggal. Dua tahun aku hidup bersama ayah ku yang kerja banting tulang demi terus hidup, awalnya kami berniat kembali membuka usaha katering sayangnya kepercayaan masyarakat pada kami sudah hilang sepenuhnya.

Cacian, makian, dan hinaan menjadi makanan kami sehari-hari. Aku sering di bully, hampir dilecehkan, dan mencoba bunuh diri, tetapi semua itu tak terjadi tak tega aku melihat ayah ku berjuang demi aku. Hingga, satu-satunya keluarga ku, pahlawan ku, dan orang yang paling kusayangi ikut meninggalkan ku.

Ayah ku meninggal saat di tempat kerja, saksi mata mengatakan ayah ku jatuh dari lantai atas tempat konstruksi yang menjadi tempatnya bekerja. Aku kembali jatuh ke titik paling rendah dalam hidupku, aku sendirian, kesepian, sejak kepergian Ayah aku memutuskan untuk keluar dari sekolah dan menjalani pahitnya hidup dengan bekerja keras tanpa tau waktu.

Aku menatap bulan di atasku, duduk di pinggir sungai di atas rerumputan hijau. Menikmati sekaleng soda dan mie instan, asap panas keluar dari cup mie instan ku, melahapnya dengan cepat karena kelaparan. Perut ku sangat  hebat bisa menahan lapar selama dua hari dan hanya diisi air minum dan sebungkus roti setengah busuk.

Hawa dingin memaksa masuk lewat jaket usang dengan berbagai tambalan di setiap sisinya. Tiba-tiba saja aku teringat dengan perkataan ibu ku saat aku masih kecil, kata ibu ku hal yang mustahil bisa saja terjadi asalkan kita percaya dan meyakini hal itu.

Dulu sih saat aku masih kecil aku percaya saja, membayangkan menjadi seorang putri kerajaan dan bertemu dengan seorang pangeran tampan. Maka dari itu aku suka sekali mengoleksi buku-buku dongeng, sambil membayangkan menjadi salah satu tokoh dalam cerita tersebut.

Aku tertawa dan tersedak saking kencang nya, "ya semua itu hanya khayalan anak kecil!"

Lalu aku mengeluarkan sebuah buku tebal dari dalam tas compang-camping yang sudah 7 tahun ini menemaniku, buku dengan sampul gelap dan ukiran emas cantik menjadi hal pertama yang ku lihat.

[Sepucuk Surat untuk Mawar Hitam]

Aku menoleh ke arah kanan dan kiri ku, sesaat setelah aku membaca judulnya angin dingin seperti membelaiku dengan lembut. Aku menggeleng pelan, ku buka lembar pertama dan membaca setiap untaian kata demi kata tanpa terlewat.

Lembar tiap lembar aku buka dan ku baca aku mengeluarkan banyak ekspresi, jantung ku bahkan berdetak sangat kencang, tanpa sadar aku membaca buku ini sampai habis. Akhir yang tak pernah kubayangkan, sad ending!

Aku merenung sejenak, "kenapa sad ending? Kenapa? Lafitte ku yang malang~!"

Sungguh, cerita ini menguras semua emosi ku. Lagipula apa sih yang aku harapkan dari genre tragedi dan dark romance berakhir happy ending? Apalagi melihat dari semua karakternya tidak ada yang bisa membahagiakan pemeran utama wanitanya.

Ah, biar ku beri tau... Lafitte ialah gadis malang yang harus terjebak diantara 3 laki-laki kejam dan salah satu diantaranya malah menjadi malaikat mautnya.

Ya, meskipun begitu cerita ini hanyalah fiksi dan tak akan benar-benar berubah menjadi kenyataan!

Meskipun iya aku berharap di jauhkan dari para pria penuh obsesi seperti itu, sungguh aku tidak ingin memiliki hubungan penuh dengan obsesi, itu mengerikan.

Aku menutup buku itu, menghela napas berat dan bangkit berdiri. Hari ini aku di pecat, uang ku habis untuk membayar hutang, dan setelah berpikir matang-matang aku ingin mati, meninggalkan semua permasalahan hidup ku, aku tau ini salah tapi aku benar-benar sudah menyerah.

Aku tidak sekuat itu, di dewasakan keadaan nyatanya tak membuat diriku terus berpikir dewasa, terkadang aku ingin kembali ke masa-masa bahagia saat bersama keluarga ku, untuk kali ini biarkan aku egois, aku ingin sedikit bernapas lega.

Perlahan kedua kaki ku berjalan ke arah sungai yang tenang. Aku sudah mengibarkan bendera putih, sudah cukup lelah aku hidup sendirian dan menderita di dunia ini, aku ingin pergi bertemu semua keluarga ku.

Air sungai yang dingin sudah mencapai leher ku dan aku terus maju hingga pijakan ku tiba-tiba hilang. Gelembung air keluar dari mulut dan hidungku, dadaku perlahan merasakan sesak, dan aku semakin tenggelam dalam kegelapan. Mata ku tertutup, kini hidup ku berakhir hanya sampai sini.

Arielle, sosok gadis malang yang harus mengakhiri hidupnya sendiri karena terlalu lelah dengan dunia.

Selamat tinggal!!

Selamat tinggal!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tbc.

A Happy Ending for the Protagonist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang