20

10.8K 1.4K 15
                                    

Lafitte menyerah!!

Takdir kembali mempermainkan hidupnya, kisahnya masih tertulis sama.

Pasrah? Tentu saja tidak!!

Hidupnya di pertaruhkan dan kebahagiaannya terancam pupus.

Mungkin sejak awal Lafitte hidup kembali hanya untuk membuatnya kembali merasakan siksaan. Ini tidak adil, jelas!

"Siapa dia?"

"Oh ya ampun lihatlah senior Zeigler menggendong seorang gadis?"

"Apakah dia albino? Dari jarak jauh begini saja dia sudah terlihat cantik!"

"Apakah mereka memiliki hubungan?"

"Jelas tidak!"

"Kenapa kau sok tau? Lagi pula jelas-jelas kan senior Zeigler tidak pernah dekat dengan gadis mana pun dan sekarang lihat? Dia tengah menggendong gadis cantik! Siapa lagi jika bukan kekasihnya."

"Dia itu adiknya! Lihat gadis itu sekarang duduk bersama dengan tuan Andreas!"

"Oh? Jadi rumor itu benar?"

"Tentu saja!"

Lafitte diam-diam mendengarkan pembicaraan orang-orang di sekitarnya. Karena penasaran Lafitte menatap ke depan dan tanpa di sangka ia bertatap dengan Zeigler hanya seperkian detik.

'Mata kami tak sengaja bertemu!'

Hingga Lafitte menyadari sesuatu... ada yang berbeda. Bukankah di kehidupannya dulu sosok 'adik' Zeigler tak pernah muncul.

"Apa masa depan akan berubah?"

***

Lafitte keluar dari auditorium dengan perasaan bingung melanda. Dan tanpa sengaja matanya melihat sosok gadis yang ternyata adik dari Zeigler terjatuh, secara naluri Lafitte menghampirinya, "kemari aku bantu."

Dia terlihat terkejut dan segera Lafitte membawanya duduk di kursi, membalut lukanya sambil bercengkrama.

Hingga Lafitte sadar akan satu hal, mungkinkah Ilaria adalah jawabannya selama ini? Apakah adanya Ilaria datang untuk membantunya membelokkan takdir dan meluruskan benang yang sudah kusut? Jika itu memang benar maka terjadilah.

Lafitte melakukan apapun untuk bisa membantunya, kepercayaan dirinya kembali. Dan Lafitte akhirnya percaya bahwa masa depan bisa berubah!

Hari-harinya berlalu begitu saja, hingga satu hari Lafitte di pertemukan dengan sang malaikat mautnya, Jeune!

Ia terus menatapnya tajam Lafitte amat sangat membenci pria di depannya saat ini. Tubuhnya bahkan bergetar, tetapi kenapa pria itu menatap Ilaria dengan aneh?

Tidak mungkin kan Jeune tertarik pada Ilaria?

Tidak boleh!!

Ilaria tidak pantas mendapat cinta dari pria bejat dan gila seperti Jeune, Ilaria berhak mendapatkan cinta dari pria yang jauh lebih baik dari Jeune.

Semakin hari Lafitte merasakan perasaan ingin melindungi Ilaria, menjaganya dan tentu saja mendekatkan Ilaria dengan adiknya Jeremy!

Dan Lafitte pun lupa bahwa masa depannya masih belum sepenuhnya berbelok.

"Hei ada apa?"

"Coba kau lihat ini? Ada kebakaran di sebuah mall, sebuah Cafe yang terletak di lantai tiga gedung terbakar!"

Lafitte menoleh cepat, ia mendekat dapat Lafitte lihat sebuah siaran langsung tengah menayangkan sebuah mall yang terbakar.

"Tidak! Jangan lagi... ku mohon!" Gumamnya tak percaya.

Lafitte keluar dari dalam kelas dengan panik ia mencoba menelpon ibunya, "halo bu?"

"Lafitte? Ada apa?"

"Apakah Jeremy ada di rumah?"

"Tidak ada, dia pamit pergi bersama temannya. Apakah ada sesuatu yang terjadi?"

Kaki Lafitte lemas seketika, "m-maaf bu aku akan menghubungi mu lagi nanti."

Segera Lafitte bergegas pergi dengan menaiki taxi. Sepanjang perjalanan Lafitte berdoa agar adiknya baik-baik saja, ia pun berusaha untuk menghubungi Jeremy namun nihil telepon nya sama sekali tak di angkat.

Di tengah lautan manusia yang bergerombol Lafitte mencari keberadaan adiknya. Perasaannya sudah sangat tak enak, bagaimana ini?

"Jeremy?"

Itu adiknya Jeremy, maka tanpa pikir panjang Lafitte berlari ke arahnya sambil berteriak kencang "JEREMY!!"

Lafitte langsung memeluk adiknya dan mencerca dengan berbagai pertanyaan.

Dan lagi-lagi Ilaria menjadi penolong baginya tanpa di sadari, Jeremy selamat karena ada campur tangan Ilaria. Begitu bersyukurnya Lafitte karena adanya Ilaria membuat takdir tragisnya terputus.

Tetapi...

"Benar Ila, pilihlah aku atau dia!" Spontan Lafitte bertanya pada Ilaria.

"Tentu saja dia akan memilihku, secara aku adalah kakaknya!"

Saat Zeigler berkata seperti itu Lafitte terpancing emosi.

"Meski pun kau kakaknya Ila lebih sayang pada ku!" Dengan tegas Lafitte bicara seperti itu pada Zeigler tanpa rasa takut.

"Aku!"

"Aku!"

"Aku!"

"Aku!"

Tentu saja Ilaria lebih baik menjadi adiknya dari pada pria cuek seperti Zeigler. Namun, diam-diam Lafitte menikmati pertengkaran nya dengan Zeigler.

"Cih! Awas saja kalau Ila marah pada ku, itu semua salah mu!"

Apa? Refleks Lafitte menjambak rambut Zeigler.

Ah kenapa hatinya bahagia? Ini menyenangkan.

Ilaria! Aku sangat berterima kasih pada mu!

Tbc.

A Happy Ending for the Protagonist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang