"Jadi... Papah ikutin saran om Wowo untuk buatin kita makanan sebagai bentuk kasih sayang?"
Andre menunduk kepalanya mengangguk dengan kedua tangan yang saling meremat "katanya dengan begitu hubungan ayah dan anak akan semakin erat."
"Papah tau kalo Papah gak bisa masak?" Lagi, tanya Ilaria.
"Tau."
Pusing sudah, namun tak ayal membuat senyum terbit di kedua belah bibirnya. Ilaria berdiri berjalan ke arah Andre dan duduk di sampingnya "Papah gak perlu ngelakuin hal yang Papah gak bisa, cukup Papah kasih perhatian, kasih sayang, dan waktu Papah buat aku sama kakak." Ilaria memeluk Andre erat.
'Jangan lupa juga uang selalu ngalir hihi~!'
"Dan itu sudah lebih cukup buat Ila."
"Papah hanya belum merasa menjadi Papah yang baik untuk kalian berdua, apa lagi kamu Ilaria."
Ilaria menggeleng "bukankah sudah berapa kali Ila katakan untuk jangan lagi membahas masa lalu? Sekarang Papah dan Kakak sudah mau berubah dan kalian sayang Ila kan?" Ilaria menatap mata Andre.
"Tentu sayang, Papah sangat menyayangi kamu!" Andre membalas pelukan Ilaria, sementara Zeigler yang duduk di seberang membuang wajahnya sambil berdehem singkat.
"Kakak nggak mau ikutan peluk?" Ilaria menatap Zeigler dengan wajah sedih. Melihat itu Zeigler pun ikut memeluk adik dan Papahnya dengan Ilaria berada di tengah mereka.
Sedang dalam suasana haru tiba-tiba Ilaria berujar "terus dapur siapa yang beresin?"
"Kan ada pembantu sayang." Jawab Andre.
"Ooh gitu... terus kenapa harus pembantu kan Papah yang berantakin dapur sampe Papah jadi golem salju, kenapa malah pembantu yang harus beresin? Papah nggak bertanggung jawab!" Ilaria mengurai pelukan mereka berdiri sambil berkacak pinggang.
"Pokoknya dapur Papah yang harus beresin sampai bersih! Gak boleh minta bantuan pembantu atau siapapun kecuali-" melirik Zeigler "pokoknya sebelum dapur bersih kita musuhan!" Ilaria segera pergi.
Andre di buat terheran-heran "loh? Ila, kok Papah?"
Zeigler berusaha pergi secara diam-diam sebelum baju yang dikenakannya di tarik paksa "mau kemana kamu!!"
"Bantuin Papah, Zeigler!"
Zeigler membisu.
Mereka tak tau di kamarnya Ilaria tertawa puas bisa mengerjai kedua pria itu, sekali-sekali ya kan... membuat kedua pria yang paling di takuti memegang alat-alat kebersihan.
***
Malam tiba dan entah untuk kesekian kalinya ia menghela napas berat. Kondisi tubuhnya malam ini sedang tidak dalam keadaan baik, karena siang tadi Ilaria terlalu memforsir staminanya secara berlebihan jadilah kini kondisi tubuhnya memburuk.
Keringat dingin, pusing, dan mual, melihat persentase staminanya dalam beberapa menit sudah bisa dipastikan bahwa tubuhnya akan beristirahat sendiri dalam kurun waktu yang cukup lama.
Ding!
[Gunakan poin karma untuk meningkatkan jumlah persentase stamina anda]
-■-
《100 poin karma untuk 20% selama 20 menit》《200 poin karma untuk 40% selama 30 menit》
《360 poin karma untuk 50% selama 40 menit》
-■-Ilaria tersenyum tipis lantas menyentuh layar transparan di depannya dan memilih berapa banyak poin karma yang akan ia gunakan untuk meningkatkan stamina nya.
Ding!
[Kenaikan persentase stamina anda saat ini berada di angka 44%]
[Poin karma : 30]
Berangsur-angsur perasaan yang sempat Ilaria rasakan kini menghilang, badannya terasa sehat bugar dan ia hanya memiliki waktu 30 menit.
Tok.. tok.. tok..!
"Nona Ilaria sudah siap?"
Pintu terbuka, Ilaria tersenyum senang ke arah Dea "sudah!"
Sesampainya di bawah Ilaria sudah disambut dengan dua pasang mata yang menatapnya hangat dan satu pasang mata menatapnya seperti seorang predator, Ilaria mencoba menghiraukan tatapan tersebut.
"Selamat malam kakak, Papah" ujar Ilaria diikuti kecupan singkat di pipi mereka.
Andre menatap Ilaria "kenapa Pah?" Tanya Ilaria.
"Kamu baik?"
Ilaria seketika di buat terkejut "baik kok Pah, Ilaria sehat!" Ilaria memeluk Andre.
"Kalau sakit bilang sama Papah, jangan maksain oke?" Ucap Andre dengan tangan mengusap kepala Ilaria.
"Hu'um!"
Zeigler tersenyum tipis "jadi, kita bisa berangkat sekarang?"
"Ha? Emangnya kita mau ke mana?" Bingung Ilaria setaunya bukankah mereka hanya akan makan malam saja?
"Kita akan makan di luar" jawab Zeigler.
"Sebaiknya kita cepat berangkat" ucapan Max pun diangguki Zeigler dan Andre, Ilaria hanya bisa mengintili mereka.
Sambil harap-harap cemas mengingat waktunya hanya sebentar.
Setelah 10 menit perjalanan akhirnya mereka sampai di sebuah restoran yang sebelumnya sudah Max reservasi, memesan banyak makanan hingga memenuhi meja bundar besar itu. Ilaria tentu senang, ia makan banyak sementara tiga pria di sana sibuk dengan pembicaraan yang Ilaria tidak bisa ikuti.
"Ugh~!"
[Persentase stamina anda berada di angka 8%]
Shit!
Ilaria mengumpat, waktunya tinggal sedikit di tambah ia merasa sesak dan sakit tenggorokan saat menelan. Apa ini efek samping karena staminanya?
Sepertinya bukan, ah tunggu apakah Ilaria memiliki alergi pada makanan tertentu?
Cough...! Cough...!
Dadanya sakit, Ilaria memukul-mukul pelan "Pa..pah.. kak...!"
Brukk!!
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Happy Ending for the Protagonist
Romansa[COMPLETED] Arielle menyerah untuk hidupnya, tenggelam dalam kepasrahaan dunia yang sama sekali tak membiarkannya bahagia. Lalu kembali di permainankan oleh takdir yang membuatnya masuk ke dalam sebuah novel yang mana ia di berikan misi agar bisa me...